Bagian 4

321 20 0
                                    

Sudah dua Minggu Tiara kerja bersama Bagas. Awalnya dia sangat optimis sekali dengan pekerjaannya ini. Tetapi bosnya itu bikin mental dan kemampuan Tiara dalam membuat sebuah tulisan diragukan. Sebenarnya Tiara yang meragukan dirinya sendiri.

"Ra, tolong revisi di paragraph 4. Coba buat lebih lembut lagi kalimatnya. Biar gak kerasa ada gap untuk masuk ke paragraph selanjutnya," ucap Bagas yang di sebelahnya, kemudian fokus kembali ke laptopnya.

"Iya. Pak," Tiara menjawab dengan nada yang lemah.

Bagas di sampingnya hanya diam saja. Fokusnya sedang ke laptop di depannya.

Kantor Tiara ini memang hanya berupa ruangan dan meja serta kursi yang memanjang. Kantornya memang hanya 4 orang saja. Satu orang tambahan sebagai admin social media, yang baru saja bergabung 3 hari lalu. Namanya Irma, menurut Bagas, Irma ini cukup baik dalam pekerjaannya, sebab sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut.

Saat ini Tiara sedang duduk sampingan dengan Bagas. Sedangkan Dani dan Irma duduk di sebrangnya.
Saat Tiara sedang fokus mengerjakan revisi artikel, tiba-tiba Bagas berbisik di telinga kirinya, "Ra."

Tiara yang kaget dengan hal tersebut membuat dirinya membeku sesaat. Dengan gerakan perlahan Tiara menoleh kearah kirinya dengan wajah bingungnya Tiara seakan berkata, 'Apa yang lagi kamu lakukan?'

"Colokin flasdisk ini ke laptop kamu," ucapnya. Sambil mengulurkan flasdisk di tangan kanannya.

Tiara langsung menjalankan hal yang disuruh Bagas tersebut. Hingga dirinya merasa kesusahan nafas. Ternyata saat Bagas tadi mendekat kepadanya Tiara menahan nafasnya. Buru-buru dirinya meraup pasokan oksigen untuk paru-parunya.

"Udah ini, mau buka file yang mana?" Tanya Tiara kepada Bagas. Sedangkan yang ditanyai sedang sibuk membalas pesan seseorang.

"Pak ini mau berkas yang mana, pak!" ujar Tiara dengan nada yang sedikit kesal.

Tiara sangat tidak suka saat dia berbicara lawan bicaranya mengacuhkannya seperti yang dilakukan Bagas kepadanya. Meski Tiara sudah jengkel sekali dengan Bagas, yang diajak bicara hanya cuek dan menjawab dengan gumaman.
Tidak ada jalan lagi bagi Tiara, dia mendekat kearah Bagas dan berbisik di telinganya persis yang dilakukan Bagas kepadanya.

Tiara pun berkata, "Mau berkas yang mana, yang dibuka Pak." Bagas yang terkejut dengan perlakuan Tiara pun hanya bisa membulatkan bola matanya.

Pikirnya wanita di sampingnya ini adalah cewek gila yang merusak ketenangannya.

"Gak usah deket-deket Ra!" peringat Bagas.

"Dari tadi dipanggilin gak denger soalnya," keluh Tiara. Sambil menopang dagu dengan tangan kirinya.

Tiara hanya melihat Bagas berkutik dengan laptop miliknya. Hingga tanpa sengaja Tiara melihat ada file bertuliskan KENANGAN. Meski hanya melihat sekilas Tiara bisa langsung menangkap tulisan tersebut. Tetapi itu bukan urusannya. Dalam dunia kerja ada prinsip yang Tiara lakukan. 'Apa yang kamu lihat atau dengar, lupakan.' Dengan begitu dirinya akan terhindar dari masalah.

"Ra. File ini copy di laptop kamu ya. Ini file untuk planning kita kedepannya. Kamu harus punya dulu. Nanti coba kamu lihat dulu, terus kasih tau saya menurut kamu gimana," ucap Bagas.

Tiara merasa kerja di sini membuatnya seperti ibu mereka
"Padahalkan bisa kirim lewat wa aja sih pak," omel Tiara.

"Kalau bisa sekarang kenapa harus kirim wa sih Ra," balas Bagas.

Tiara yang dibalas seperti itu hanya bisa mencebikkan bibirnya.

"Pak Bagas sama Tiara ini berantem mulu sih," ucap Irma yang melihat kelakuan dua orang tersebut sedang berdebat di depannya.

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang