Seharusnya sejak awal Tiara paham konsekuensinya. Bagas bukanlah tipikal pria yang akan begitu saja merubah kebiasaannya demi seseorang. Terlebih ini hanya Tiara. Seorang wanita biasa, dengan wajah biasa. Tak ada yang istimewa darinya menurut dirinya sendiri. Sebuah praduga yang tak sengaja terbentuk. Dikarenakan seperti tak ada pria yang ingin mendekat kepadanya. Ingat ini hanya praduga.
Jika orang lain sedang PDKT maka mereka akan lebih sering bertemu untuk kencan. Namun ini Bagas. Apa yang Tiara harapkan dari kulkas dua pintu tersebut? Berharap pria itu datang dengan bunga di tangannya? Atau dengan kalimat manis nan menenangkan? Jangan berharap!
Jika orang lain maka Tiara boleh saja bukan, mengharapkan hal tersebut? Ini Bagas lo! Pria gila kerja dengan kepribadian bak kutub utara. Dingin!
"Gimana kantor?" ucap Bagas dari seberang telepon.
"Gak ada yang spesial, kantornya masih utuh. Pintunya masih bisa dikunci." jawab Tiara asal.
"Bukan itu maksud saya Tiara! Kerjaan kalian. Maksud saya gimana kerjaan kalian selagi saya tinggal? Ada masalah?" nada bicara Bagas sudah kesal.
"Gak ada masalah kok. Semua baik-baik aja."
Lihat bukan. Pekerjaan lebih penting untuk Bagas.
"Gimana kabar kamu selama disana?" tanya Tiara.
"Hah."
"Kabar kamu. Gimana kabar kamu selama saya tinggal?"
"Baik. Gak ada yang berubah, Ayah masih suka ngeburu-buru kalau aku nebeng berangkat."
"Hemmm
Hening...
Entahlah, rasanya mendekati Bagas terkesan lebih sulit. Bahkan pria itu cukup acuh, tidak ada pertanyaan basa basi seperti menanyakan kabar. Padahal mereka sedang berjauhan sekarang. Apakah hanya Tiara yang merasa sedikit rindu? Apakah Bagas tidak?
Entahlah Tiara ini sepertinya buta. Tak bertanya kabar? Jelas dia yang acuh disini bukan. Tetapi lebih mudah menyalahkan Bagas dibandingkan dirinya bukan? Itu lebih mudah.
Bagas saat ini sedang ada di Jogja. Untuk menghadiri acara ulang tahun kantornya. Ingat bukan, Bagas bekerja juga di sebuah perusahaan. Pekerjaannya tersebut tidak menuntut Bagas untuk terus berada di kantor. Maka dari itu dirinya bisa membuka kantor agensi untuk bagian digital.
"Tiara? Kamu masih di situ?" tanya Bagas dari seberang telepon.
"Masih."
"Angkat VC saya!" perintahnya.
Sekarang layar HP Tiara sudah menunjukkan wajah lelah Bagas. Pria itu terlihat lelah, bahkan kantung matanya mulai terlihat menghitam.
"Tidur gih. Mata kamu udah lelah banget kayaknya." terang Tiara.
Bagas langsung memperhatikan wajahnya melalui layar HP-nya. Bahkan jari-jarinya sudah menyentuh lingkaran hitam bawah matanya.
"Sebentar saya lihat wajah kamu dulu. Saya kangen ocehan absurd kamu. Apalagi muka bete kamu kalau saya kasih tugas tambahan atau revisi kerjaan."
Tiara agak kaget mendengar ucapan Bagas. Ini Bagas lagi kangen atau gimana?
"Ra! Kok bengong!" panggil Bagas.
"Hah. Eh. Em. Anu..." Tiara gelagagapan.
"Anu apa?" tanya Bagas bingung.
Bagas semakin bingung melihat Tiara semakin diam. Hingga berkata "Kamu sakit?" Karena melihat Tiara diam saja.
"Enggak kok saya sehat." jawab Tiara.
Cuma kaget aja kata-kata kamu kayak emang beneran kangen aku. Ucap Tiara dalam hati.
"Yaudah kalau gitu, tidur sana nanti malah sakit beneran. Lagian nanti saya masih harus ngoreksi kerjaan kalian. Termasuk punya kamu!" terang Bagas.
Sedang Tiara yang dikata begitu merasa tidak terima. Memang pekerjaan dia kenapa? Baik-baik saja. Lagian kenapa gak ngoreksi waktu sudah di kantor saja sih? Baru saja tadi dia merasa tersanjung dengan Bagas. Namun ingat Bagas akan tetap menjadi Bagas. Cowok gila kerja!
Ini kali pertama Tiara bertemu pria yang sangat gemar bekerja. Tiara memang suka pria yang bekerja keras seperti Bagas. Tetapi tidak gila kerja juga.
"Gak ada waktu lain buat ngoreksi kerjaan?" Sedangkan Bagas hanya menggeleng saja tanda bahwa dia tidak ada waktu selain malam ini. Tiara hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya. Melihat respon dari Bagas.
Sebelum Tiara mematikan sambungan teleponnya. Dia berkata, "Nikmatin dulu waktu kamu di Jogja. Anggap aja liburan. Kerjaan disini masih bisa nunggu sampe kamu balik kok."
"Saya sampe sana sudah harus beda kerjaan lagi. Utamanya harus bayar waktu buat ngajak kamu jalan. Saya pulang kita nonton ya Ra!" ucap Bagas.
Tiara hanya senyum dan mengangguk saja. Tak lama kemudian layar HP-nya menghitam. Namun wajah Tiara masih saya senyum menghadap layar HP-nya yang menghitam. Seolah dirinya masih bisa melihat Bagas melalui layar smartphone tersebut.
Astaga, Bagas terlalu manis. Kalau kata anak jaman sekarang sat set sat set. Tiara tahu karena sering baca komentar di TikTok.
Apa memang begini PDKT dengan manusia kutub? Kadang dinginnya bukan main. Dilain waktu bisa sehangat mentari pagi. Ah! Bagas terlalu misterius untuk ditebak. Entahlah.
Sudahlah lebih baik Tiara tidur saja. Tetapi....
"Arghhh!" pekiknya.
"Gue jadi gak bisa tidur Bagas. Kepikiran acara nonton nih! Arghh tanggungjawab ihh." monolognya.
Bahkan Tiara sudah seperti cacing kepanasan. Sprei kasurny sudah kusut, akibat ulahnya yang terlalu heboh. Entah berguling-guling atau meremas spreinya karena gemas. Intinya sprei Tiara sudah kusut.
Makin Tiara memejamkan mata untuk tidur. Semakin suara Bagas yang mengatakan akan membayar waktunya untuk Tiara terngiang. Astaga pelet Bagas terlalu kuat.
Happy ReadingTiara ini kayak kebanyakan cewek ya guys. Dia kalau sama orang lain bisa rame tapi kalau sama mas crush langsung kaku macem kanebo kering.
Btw Bagas mau pulang nih. Jadi nonton apa ya kira-kira?
KAMU SEDANG MEMBACA
Meja Kantor
RomanceTiara seorang Copywriter dengan kelakuan absurd dan hampir tidak percaya cinta. Karena sifatnya tersebut pria lebih senang menjadikan Tiara sebagai teman. Hingga suatu hari Tiara diterima sebagai penulis untuk sebuah website. Bagas Pratama adalah p...