Bagian 15

270 22 1
                                    

Setelah kejadian di pernikahan Bang Kahfi, Tiara merasa hubungannya dengannya dengan Bagas semakin tidak menentu.

Hari ini adalah hari terakhir Tiara kerja dengan Bagas sebelum keluar. Niatnya nanti ini dia akan mengajukan surat resignnya.
Tiara sebenarnya sedih harus keluar dari pekerjaannya ini. Pekerjaan ini sesuai dengan bidang yang dia kuasai. Tetapi dia juga tidak suka jika perasaannya mengacaukan pekerjaannya.

Setelah kejadian Bagas yang menggenggam tangan Tiara depan orang tuanya. Bagas mengajak Tiara untuk sedikit menjauh dari keramaian. Sebenarnya itu adalah cara untuk menghindari segala pertanyaan dari orang tuanya terutama Ibunya. Bahkan saat pergi pun Bagas malah kembali menggengam tangan Tiara.

Tiara yang ingat dengan kejadian tersebut langsung menggengam tanganya dengan tangan sebelahnya. Hal ini membuat Tiara cukup berat. Dia tidak paham dengan perlakuan Bagas kepadanya. Terlebih hatinya yang membuatnya semakin tidak menentu. Tiara hanya takut semakin lama bekerja di sini dirinya merasa terbebani.

“Ra! Artikel yang tanggal 2 kemaren udah kelar revisi belum?” tanya Dani.

“Udah sih. Kenapa emangnya?” jawab Tiara.

“Gak apa-apa hasil desaignnya mau gua kirim ke elu,” ucap Dani.

Tiara hanya mengangguk dan berkata, “Kirim ke email gua aja.”

Tiara pun membuka pesan Dani, tetapi ada satu email yang menarik perhatiannya. Bagas mengiriminya email berisi untuk dia pulang lebih telat dari pada yang lainnya.

Setelah membaca pesan tersebut, Tiara menoleh kearah Bagas. Yang Tiara tatap malah sibuk dengan laptop di depannya. Tiara bingung harus bersikap bagaimana dengan Bagas. Jujur saja sekarang ini dirinya sudah mulai menyukai pria dengan segala sikap cueknya.

“Ra! Udah gue email ya. Udah masuk belum?” tanya Dani.

Tiara langsung tersadar dan menjawab pertanyaan Dani dengan cepat, “Hah… Iya udah masuk kok.”

Lagi-lagi Tiara memikirkan pria di sampingnya ini. ‘Astaga lebih baik gue kerja deh. Mikirin orang yang gak mikirin gue bikin ambyar aje,’ batin Tiara.

Untung saja pekerjaan hari ini cukup padat. Sehingga pikirannya teralihkan dari segala pikiran tentang bosnya tersebut. Tanpa terasa jam pulang pun tiba. Dani sudah lebih dulu pulang. Bagas ini pria yang tidak terlalu kaku dengan segala macam peraturan. Jika di kantor lain biasanya kalau bosnya belum pulang maka kita sebagai bawahan akan merasa tidak enak. Tetapi Bagas berbeda.

“Bos. Balik duluan ya. Ra! Duluan ya gue,” pamit Irma.

“Yoi Ma! Hati-hati di jalan ya. Salam buat si ganteng,” balas Tiara.

Sedangka Bagas hanya melihat Irma sekilas kemudian mengangguk. Memang pria di sampingnya irit bicara sekali.

Tidak lama Irma pergi, Tiara langsung mengeluarkan surat untuknya mengundurkan diri dari kantor Bagas. Langsung saja dia letakkan di atas meja. Dia tidak ingin terlalu lama untuk menghabiskan waktunya dnegan Bagas. Bisa gak jadi resign yang ada nanti.

Tiara hanya melirik Bagas sekilas sebelum berbicara, “Itu surat resign saya Pak.”

Bagas hanya menoleh sekilas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tiara yang merasa situasi ini cukup lama hening kemudian buka suara.

“Terimakasih atas segala kesempatan dan kepercayaan yang bapak berikan kepada saya,” ucap Tiara.

Kemudian Tiara memberekan barang bawaannya kedalam tas serta mematikan laptonya dan dimasukkan juga kedalam tas.

“Saya pamit pulang ya Pak,” pamit Tiara.

“Pulang bareng saya Ra!” ucap Bagas yang langsung mendului Tiara.

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang