Bagian 24

332 17 1
                                    

Terkadang cinta memang sulit ditebak. Atau sebenarnya individu itu yang mempersulitnya? Sebenarnya cinta itu mudah. Namun, individunya yang menjadikan cinta rumit. Aneh memang.

'Sudah siap?'

'Lagi pakai make up.'

'Oke, aku otw jemput!'

Tiara yang membaca pesan dari Bagas langsung mempercepat kegiatannya pakai make up. Tepat saat Tiara selesai memoleskan lipstiknya, Ibunya mengetuk pintunya.

"Ada Bagas di depan!"

"Iya ini udah kelar kok."

"Mau main kemana Ra?"

Tiara malas, jiwa kepo ibunya mulai naik. Ibunya memang sangat antusias sekali saat tahu Tiara sedang dekat dengan pria. Apalagi prianya tampan dan mapan seperti Bagas. Ibu-ibu mana yang gak kepincut. Orang Tiara aja kesemsem sama Bagas, apalagi Ibunya ya kan. Hahaha.

"Kemana sih?"

Astaga! Ibunya belum menyerah.

"Main doang! Mau nonton sama makan malam sama keluarga Bagas."

"Loh! Loh! Mau ketemu keluarga Bagas? Uhuyyyy! Jadi nih kayaknya Ibu dapet mantu!"

Lihat! Ibunya malah lebih antusias melihat anaknya akan kencan. Tak tahu saja dia, kalau beberapa waktu lalu Tiara sangat galau karena Bagas. Sudahlah lebih baik Ibunya tak perlu tahu.

"Ibu! Apaan sih! Suaranya itu loo! Gak enak nanti kedengeran sama Bagas. Udah ah mau jalan dulu ya. Balik malam." pamit Tiara sambil menyalimi tangan Ibunya.

Tiara keluar menyusul Bagas di ruang tamu. Hari ini Bagas terlihat tampan seperti biasanya. Hari ini, Bagas mengenakan baju kaos polo berwarna  hitam dengan bawahan celana chino berwarna coklat muda. Terlalu mononton. Astaga, ciri khas Bagas sekali. Berbeda dengan Tiara yang lebih berwarna. Hari ini Tiara mengenakan rok span berwarna cream dan baju motif bunga-bunga berwarna biru cerah. Persis seperti langit hari ini yang juga cerah ceria.

Ternyata Ayahnya menemani Bagas ngobrol. 'Ngobrolin apa tuh? Seru amat kayaknya.' batin Tiara.

Tiara melihat Ayahnya tersenyum sumringah. Jarang-jarang Ayahnya baik, apalagi sama teman pria Tiara.

"Ayah! Tiara pergi main dulu sama Bagas. Balik malam." ucap Tiara.

Ayahnya menoleh pada Tiara. Sambil bicara, "Iya hati-hati ya!"

Bagas juga sudah berdiri dari sofa. Tak lupa dirinya berpamitan kepada kedua orang Tiara.

"Pamit dulu ya Om, Tante. Saya ngajak Tiara main dulu ya. Pulangnya mungkin malem Om, soalnya saya mau ajak Tiara makan malem bareng keluarga saya juga. Bolehkan ya Om, Tante?"

"Boleh kok nak Bagas!" jawab Ayah Tiara.

Tiara memperhatikan gerak gerik Bagas. Matanya lalu awas melihat Ibunya. Wanita paruh baya itu sudah senyum senyum kegirangan. Siapa yang tidak girang. Sudah tampan, mapan, dewasa, sopan pula dengan orang tua. Ibunya pasti semakin girang ini. Akhirnya mata Ibunya melihat Tiara. Senyumnya tambah melebar. Tiara takut! Takut Ibunya pegal karena senyumnya terlalu lebar. Karena itu Tiara memburu Bagas untuk langsung pergi.

****

"Ngobrolin apa tadi sama Bapak?" tanya Tiara.

"Ada deh! Obrolan pria." jawab Bagas acuh.

Pria itu masih terlihat fokus menyetir. Hari Minggu begini jalanan memang sedikit lebih padat. Semua orang ingin menghabiskan waktu liburnya bersama yang terkasih.

Tiara memperhatikan Bagas. Mulai dari cara pria itu menyetir, membelok, mimik wajahnya juga tak luput dari pandangan Tiara. Seperti, bagaimana pria itu mengerutkan keningnya karena ada pengendara yang sembrono. Tanpa disadarinya bibirnya mengembang tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang