Ini sudah tiga Minggu dari kejadian lalu. Masih sisa seminggu lagi dirinya akan mengajukan resign. Keadaan di kantor Tiara semakin hari semakin canggung dan terasa dingin. Bahkan Minggu lalu tidak sengaja Bagas dan Tiara berpapasan dari arah dapur. Bagas langsung memalingkan wajahnya.
Bahkan semenjak kejadian tersebut. Bagas tidak pernah lagi mengechatnya tentang pekerjaannya atau mengajaknya berdiskusi yang akhirnya kerja di hari libur.
Bahkan Bagas harus menyuruh Irma terlebih dahulu untuk menyampaikan keinginannya. Seperti misalnya laporan mingguan yang akan Bagas evaluasi, sampai harus menyuruh Irma terlebih dahulu.
Sebenarnya Tiara ingin melupakan kejadian tersebut tetapi Bagas malah terkesan menjaga jarak dengannya. Bahkan Dani yang biasanya cuek dengan sekitarnya sampai bertanya ada masalah apa dirinya dengan Bagas. Apakah begitu ketara?
Tiara tidak suka dengan keadaan yang seperti ini. Dirinya harus bicara dengan Bagas. Jangan sampai dia keluar malah menimbulkan kesan yang buruk dari atasannya tersebut. Setidaknya kalau Tiara harus keluar, citranya haruslah baik. Sudah Tiara putuskan dirinya akan berbicara nanti setelah semua orang pulang dari kantor.
Semesta seakan mendukung keinginanya untuk berbicara dengan Bagas. Irma dan Dani sudah pulang. Tersisa Bagas dan Tiara saja. Tiara belum memulai pembicaraan, terlihat Bagas sudah bergegas dan bersiap untuk pulang.
“Ra! Kalau masih ada kerjaan bawa pulang aja. Saya mau pulang ini. Saya dulu-” ucapan Bagas terpotong oleh Tiara.
“Pak!” panggil Tiara.
Bagas hanya mengangkat sebelah alisnya. Seakan berkata, ‘Ada apa?’
Tiara terlihat ragu untuk membuka mulutnya serta mengeluarkan suaranya. Suaranya seakan tercekat di tenggorokannya.
“Emm…Bi…bisa kita ngobrol sebentar?” tanya Tiara dengan suara yang sangat lemah.
Bagas yang mendengar perkataan Tiara hanya mengehmbuskan nafasnya kasar.
Bagas memang sengaja menghindarai Tiara. Sejak kejadian itu Bagas tidak tahu bagaimana perasaannya kepada wanita di depannya ini. Dia tidak ingin dianggap sebagai pria brengsek yang hanya mengambil kesempatan. Sepertinya sudah saatnya dia bersikap dewasa. Dia bukan lagi anak SMA yang harus diam saja ketika ada masalah.
Dia harus bisa membuktikan kepada Tiara dan dirinya sendiri bahwa dia adalah pria dewasa. Akhirnya Bagas duduk kembali di kursinya.
Cukup lama keadaan mereka saling diam. Hingga Bagas akhirnya buka suara, “Saya minta maaf untuk semua sikap saya ke kamu Ra.”
Tiara hanya memandang Bagas tanpa menjawab Bagas. Hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Mungkin sikap saya kurang dewasa dengan menghindari kamu. Tetapi saya hanya tidak ingin membuat segala keadaan ini semakin canggung. Malam itu saya juga tidak paham dengan diri saya kenapa bisa berbuat seperti itu sama kamu. Saya benar-benar minta maaf Tiara,” ucap Bagas dengan nada yang terdengan lemah, frustasi dan dia seperti merasa bersalah.
Tiara masih memandang wajah Bagas dan menatap mata pria tersebut dengan intens. Tiara hanya ingin melihat apakah Bagas memang benar-benar merasa bersalah atau tidak. Setelah Bagas mengucapkan segala hal yang mengganggunya sekarang giliran Tiara yang akan mengungkapkan keinginannya untuk keluar dari kantor Bagas.
“Saya sudah maafkan Bapak. Saya kira kondisi kita sudah beda Pak. Sebenarnya saya mau lupain aja semua masalah dan kejadian malam itu. Tapi sepertinya Bapak malah mengindari saya. Saya mau minta maaf ke Bapak untuk semua sikap atau perbuatan saya yang udah buat Bapak kurang nyaman terhadap saya,” ucap Tiara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meja Kantor
RomantizmTiara seorang Copywriter dengan kelakuan absurd dan hampir tidak percaya cinta. Karena sifatnya tersebut pria lebih senang menjadikan Tiara sebagai teman. Hingga suatu hari Tiara diterima sebagai penulis untuk sebuah website. Bagas Pratama adalah p...