Jantung Tiara sejak tadi berdetak cukup keras. Ini adalah pertama kalinya Tiara melakukan wawancara setelah beberapa tahun lalu dia tidak melakukannya. Wajar saja jantungnya sangat deg degan.
Tiara hari ini menggunakan pakaian yang sopan dengan baju motif bunga kemudian dipadukan dengan kulot hitam panjang. Meski tidak disuruh menggunakan pakaian yang formal akan tetapi bukan seenaknya saja dia menggunakan kaos oblong. Tentu saja itu bukan hal yang baik dipertemuan pertamanya. Sebentar. Pertemuan pertama. Tiba-tiba senyum Tiara mengembang menerjemahkan kata-katanyanya sendiri.
‘Berasa mau kencan ah pertemuan pertama. Deg degan ih gue,’ batin Tiara sambil memegang dadanya tepat dibunyi jantungnya yang berdetak kuat.
Artikel
Temui saya di Els Coffee.
Bilang saja ke pelayannya. Pak Bagas.Tiara membaca sekali lagi pesan singkat dari orang yang akan mewawancarainya nanti. Nama kontaknya sengaja Tiara simpan dengan nama Artikel sebab dia orang yang mudah lupa. Ini bisa sebagai pengingat juga bahwa dia akan menemui orang yang akan memberinya pekerjaan sebagai penulis artikel. Semoga ini menjadi hari baik.
“Hembuskan nafas, Tiara. Semangat lu pasti diterima kok,” semangatnya pada diri sendiri. Pintu cafe pun dibukanya. Langsung disambut hangat oleh pelayan cafenya.
“Oh saya mau ketemu pak Bagas. Dia bilang tanya sama pelayan sini,” ucap Tiara. Sebelum pelayan tersebut menanyakannya.
Pelayan tersebut membawa tiara kearah kasir. “Pak Bagas yang mana? Mbak ini mau ketemu dia,” tanya pelayan tersebut kepada temannya sambil menunjuk Tiara. “Oh di sana mbak. Yang pakek kemeja biru itu,” ucap kasir tersebut sambil menunjuk seorang pria yang sedang sibuk dengan laptopnya.
“Oh. Makasih mas,” ucap Tiara sambil tersenyum. Tiara menghampiri pria bernama Bagas tersebut.
Tiara taksir umur pria tersebut lebih tua berapa tahun dengannya. Struktur wajah terkadang tidak bisa berbohong. Pria dengan kemeja biru muda tersebut cukup fokus dengan laptop di depannya. Kacamata bertengger di hidungnya yang mancung tersebut sangat pas dengan wajahnya. Tipikal pria yang cukup gila kerja. Sepertinya. Disaat akan wawancara di café saja dia masih sempatnya membuka laptopnya. Ntah untuk pekerjaannya atau untuk yang lainnya.
“Pak Bagas?” tanya Tiara.
Pria yang dipanggil Bagas tersebt menoleh kearah Tiara. Sambil memiringkan kepalanya dan sedikit kerutan di wajahnya. Tiara paham pria di depannya ini sedang bingung. Segera saja Tiara menjawab, “Saya Tiara pak, calon penulis yang mau interview hari ini.”“Oh iya. Silahkan duduk. Siapa tadi namanya?” tanya Bagas sambil melepaskan kacamatanya sambil memencet pangkal hidungnya.
“Tiara. Pak,” jawab Tiara.
“Ah iya. Tiara. Kita tunggu satu orang lagi ya, yang bakal interview juga. Ah iya saya Bagas,” ucap Bagas.
Tiara hanya senyum lalu mengangguk saja. Tiba-tiba pelayan cafe tersebut datang dan menawarkan ingin memesan minuman atau sesuatu. Sebenarnya Tiara ingin memesan minum untuknya.
Tetapi Tiara tidak enak hati sebab Bagas menolak dan berkata, “Nanti mbak. Nunggu yang lainnya datang. Baru mesen.” Padahal tenggorokan Tiara sudah haus sekali. Cuaca hari ini panas terik sekali, berharap minuman dingin bisa meredakan dahaganya. Apa daya pria di depannya ini menolak untuk memesan sekarang.
“Ah maaf ya telat,” ucap seorang pria. Tiara hanya tersenyum menanggapinya sedangkan Bagas seperti memakluminya dan menyuruhnya duduk sampingan dengan Tiara.
“Oke. Udah lengkap ya. Sekarang saya mulai sesi wawancaranya ya. Sebelumnya perkenalkan saya Bagas Pratama, panggil Bagas aja,” ucap Bagas. Lalu dia menunjuk pria disamping Tiara dan bertanya, “Ini Dani ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Meja Kantor
RomanceTiara seorang Copywriter dengan kelakuan absurd dan hampir tidak percaya cinta. Karena sifatnya tersebut pria lebih senang menjadikan Tiara sebagai teman. Hingga suatu hari Tiara diterima sebagai penulis untuk sebuah website. Bagas Pratama adalah p...