Bagian 9

251 18 0
                                    

“Ra!” panggil Irma.

“Apaan?” jawab Tiara.

“Bantuin gue dong. Ini tolong bikinin gue caption IG dong. Buntu banget otak gue,” keluh Irma.

Memang seminggu ini Tiara dan teman sekantornya merasa bahwa Bagas cukup memberikan tekanan kepada pekerjanya. Hal ini benar-benar Tiara dan lainnya rasakan.

Tidak jauh berbeda dengan Tiara. Dani juga sama bingungnya. Sudah beberapa desain yang diajukan kepada Bagas dan ditolak mentah-mentah olehnya.

Meja kantor ini adalah saksi biksu betapa stresnya mereka akhir bulan ini.

“Ma. Gue bantuin elu. Tapi nanti lu bantuin gue ngetik artikel juga ya?” balas Tiara.

“Ogah! Lagian itu pak bos kenapa sih akhir bulan sensi. Apa karena kita bentar lagi gajian jadi dia sensi ya woy,” ucap Irma.

“Ra! Itu bos lu apain dulu sih biar gak sensi sama kita ini. Capek banget desain gue ditolak mulu,” ucap Dani dan diiyakan oleh Irma.

Dani saja menyerah menfhadapi Bagas akhir-akhir ini.

“Maksud lu pada apaan? Emang gue sapanya si bos. Kan kita senasib, sama-sama babunya dia,” balas Tiara.

“Bos kemana nih?” tanya Irma sambil melihat Tiara.

Tiara yang merasa dilihat Irma pun berkata, “Ya mana gue tau sih Ma. Lu lagian nanya bos kenapa liat gue coba?”

“Lagian kan di kantor ini cuma elu yang deket sama bos. Kita-kita kan enggak ya kan Dan!” balas Irma yang mencari pembelaan kepada Dani.

“Iya deket sebagai kacung maksud lu pada?” balas Tiara sewot.

Sudah hampir 2 jam Bagas keluar. Dan sepertinya belum ada tanda balik kantor atau bagaimana?

Hingga suara SMS di handphone Tiara berbunyi. Sebuah pesan banking masuk ke Hpnya. Wajahnya yang awalnya tertekuk menjadi sangat ceria dengan senyum lebarnya.

Sampai suara Irma menginstrupsi, “Guys, lu pada dpt SMS Banking gak sih? Ini gue kok dapet laporan Banking?”

“Iya gue juga. Bukannya harusnya besok kita gajian?” tanya Dani.

Tak lama kemudian Bagas pun kembali ke kantor dengan wajah datarnya.

“Sudah pada masuk kan? Sengaja saya majuin ya gajinya. Besok kan weekend siapa tau kalian udah ada planning,” ucap Bagas tiba-tiba.

“Makasih pak bos!” ucap Tiara, Irma dan Dani.

Mereka seakan lupa dengan segala pekerjaan yang tadi membuat mereka pusing. Memang uang ini bisa membuat segala masalah hilang begitu saja.

Bagas ini memang tipikal pria yang cuek tetapi Tiara paham bahwa dia masih memiliki welas asih kepada orang disekitarnya. Lihat saja dia memajukan gaji para bawahannya karena besok adalah weekend. Dia kira kami memiliki planning untuk weekend besok ini.

“Gimana kerjaan saya tinggal tadi?” tanya Bagas.

Bagas tetaplah Bagas pria cuek yang sangat gila kerja. Untung saja gila kerja tidak gila uang. Susah juga kalau dia jadi gila uang, maka bawahan seperti Tiara ini akan menjadi tumbalnya dalam menyelesaikan segala pekerjaannya.

“Guys. Hari ini lembur dulu gak apa-apa kan ya?” tanya Bagas.

Sebenarnya Tiara malas sekali harus lembur, tetapi karena baru saja mendapat gaji mereka mana bisa menolak. Pintar sekali Bagas menyuruh mereka lembur dengan suka rela. Sehingga tidak ada yang bisa menolak Bagas saat disuruh lembur.

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang