Bagian 10

277 19 0
                                    

Hari ini jadwal Tiara dan kawan-kawannya sedang mengukur tubuh untuk menjahit baju.

Pernikahan kakaknya Hana memang masih akhir bulan ini. Tetapi semua persiapan tentunya harus dilakukan jauh hari bukan. Seperti halnya dengan proses pembuatan seragam mereka ini.

Satu persatu diukur tubuhnya oleh penjahit langgannanya Ajeng. Menurutnya jahitan di sini sangatlah rapi. Meski ini adalah hari libur tetapi tidak bagi Tiara. Semenjak dirinya memutuskan untuk menjadi seorang penulis maka Tiara harus paham dengan segala konsekuensi yang ditanggungnya.

Artikelnya haruslah dikerjakan sesuai dealine. Novelnya harus sering diupdate supaya para pembacanya tidak menerornya.

Teman-teman Tiara sudah paham dengan hal tersebut. Bahkan mereka maklum dengan kerjaan Tiara yang tidak bisa ditinggal begitu saja. Lagi pula Tiara akan dengan senang hati mentraktir mereka jika memiliki uang hasil menulisnya.

“Guys nanti mampir pizza dulu ya. Kayaknya enak nih makan itu,” ucap Tiara tiba-tiba.

Ajeng yang sudah paham dengan sifat Tiara hanya tersenyum sambil mengejek, “Widih bau-bau duit nih agaknya.”

Tiara yang dikatakan seperti itu hanya tersenyum saja. Dia sudah paham dengan karakter masing-masing kawannya itu.
“Makan di cafe aja ya. Hari ini rame banget,” ucap Ayu.

Tiara merasa senang memiliki orang sekitar yang benar-benar mendukung segala hal yang dia kerjakan tanpa menghujat. Mereka akan saling membantu satu dengan lainnya saat lainnya sedang ada yang kesusahan.

Definisi sahabat sejati adalah tetap setia meski kawannya sedang susah bukan. Dan Tiara punya mereka.

“Kawannya Abang lu gak ada yang jadi pagar bagus apa Han?” tanya Ajeng.

“Bridesman Jeng,” koreksi Hana.

“Sok Inggis Bahasa Indonesianya itu Pagar Bagus Han,” balas Ajeng.

Hana hanya memutar bola matanya jengah. Malas berdebat dengan wanita satu itu. Padahal biasanya Hana yang memicu perdebatan.

“Bang Kahfi sih bilang temen-temennya cuma bisa dateng doang. Lagian juga gue gak pernah tau kawan Abang gue yang mana. Sibuk semua. Emangnya kita, tiap minggu kayak pengaguran!” jawab Hana.

“Enak aja pengangguran. Itu mah lu aja ya Han gue mah banyak kerjaan keles,” sanggah Tiara.

Hana yang mendengar hal tersebut hanya menoleh sekilas lalu balik keposisi awal yaitu memunggungi Tiara tanpa berminat lebih lanjut.

“Eh Ra. Kita di sini tanpa gandengan itu juga karna lu ya. Makanya jangan jomblo mulu kenapa sih heran deh,” balas Ajeng.

"Eh... Eh gimana ya kak? Kok tiba-tiba bahas saya?"

Tiara sangat malas sekali jika pembahasan sudah menjurus kearah pria. Karena bagi Tiara pria itu sama saja. Kalau tidak berengsek ya bajingan.

Ini semua karena mantannya dulu yang pergi meninggalkannya begitu saja karena kembali kepelukan mantannya. Bajingan bukan!

Tetapi yasudahlah tanpa adanya mantan dia tersebut tidak mungkin Tiara ada di posisi sekarang ini.

Tidak lama itu, sebuah pesan masuk ke telephone genggam milik Tiara. Ternyata Bagas memberi tahunya untuk melihat jadwal serta bertanya tentang perkembangan website.

‘Ra! Jadwal untuk bulan depan sudah saya buat ya. Sama tolong nanti kamu kasih saya laporan untuk perkembangan website ya.’

Tiara yang melihat pesan tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Astaga ini masih hari libur kenapa bosnya tersebut sangat suka sekali mengajaknya bekerja di hari libur.

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang