Setelah makan malam Bagas mengantarkan Tiara pulang. Ayah Tiara sedang duduk di kursi yang ada di teras. Sudah jadi kebiasaan Ayahnya kalau Tiara pulang malam. Beda cerita jika Tiara pulang malam karena main dengan teman-temannya. Ayahnya tidak akan menunggu dirinya di teras.
Saat Tiara akan masuk kedalam rumahnya ayahnya berkata, “Dianter siapa?”
“Bos. Tadi diajak meeting dulu,” jawab Tiara.
Tiara ini walaupun sudah dewasa tetap saja Ayah dan Ibunya masih suka cemas jika anak perempuannya pulang malam. Hingga Tiara terkadang bingung, siapa anak bungsu di rumah ini. Dirinya atau Bayu.
“Ara masuk ya. Capek banget hari ini. Oh iya besok Ara mau pergi nyari bahan baju buat nikahan Abangnya Hana,” ucap Tiara sekaligus memberitahu bahwa besok akan pergi.
Tanpa menunggu Ayah atau Ibunya menjawab Tiara sudah melenggang masuk kedalam rumah. Lagi pula esok dia pasti akan meminta izin lagi sebelum berangkat.
Ayah dan Ibunya ini tiak akan masalah Tiara pergi dengan siapa asal bisa jaga diri saja. Enaknya punya orang tua yang tidak kaku seperti mereka itu adalah anugerah.
Malam ini Tiara sudah sangat lelah sekali dengan segala pekerjaan dan urusan kantornya. Tidur pasti akan sangat nikmat sekali.
*****
Keesokan harinya Tiara sudah siap. Dengan riasan wajah yang tipis, dia siap untuk pergi mencari bahan. Hari ini mereka pergi dengan mobil milik Ayu.
Diantara kawan-kawnnya hanya Tiara saja yang belum memiliki mobil. Bahkan Tiara tidak berminat untuk memilikinya. Lagi pula pekerjaannya tidak membutuhkan dirinya untuk tampil mewah.
“Ara! Ini kawan-kawannya udah dateng jemput nih,” teriak Ibunya dari arah ruang makan.
“Iya bentar!” jawab Tiara.
Teman-temannya itu memang sudah kenal dekat dengan Ibunya. Sehingga mereka sudah tidak canggung lagi saat berkunjung kerumah Tiara. Bahkan saat SMA dulu rumahnya sering sekali dijadikan teman-temannya untuk bertemu pacarnya. Terutama Hana.
Saat Tiara menyusul kearah ruang makan. Dia melihat teman-temanya sudah duduk manis di meja makan dengan piring terisi.
“Makan dulu Ra sebelum pergi,” ucap Ibunya.
“Ayah mana Buk?” tanya Tiara sambil mengisi piringnya dengan nasi.
“Nyari bibit ikan. Kolam di belakang udah abis ikannya,” jawab Ibu Tiara.
“Hana nambah kalau masih kurang. Ayu sama Ajeng juga gak usah malu-malu. Nambah aja kalau kurang ya. Ibu ke depan dulu, mau nyiram tanaman,” ucap Ibu Tiara.
“Oh iya buk,” jawab Hana, Ayu dan Ajeng kompak.
Ibu Tiara ini memang sangat menyukai tanaman. Halaman depannya penuh dengan bunga-bunga berbagai macam. Sedangkan Ayahnya sangat suka sekali memelihara ikan. Kalau ada yang bilang enak ya jadi Tiara kalau mau ikan langsung ambil belakang rumah.
Hah.. Nyatanya tidak. Ayahnya akan sangat protektif kepada ikan-ikannya. Mana boleh seenaknya ambil ikan. Kenyataannya juga Ibunya lebih sering membeli ikan di pasar dibandingkan mengambil di kolam.
Kalau orang lain punya kolam ikan supaya lebih mudah dapat ikan segar. Sedangkan Ayahnya beda. Menjadi beda adalah prinsip Ayahnya.
Bahkan Ayahnya pernah kesal dengan Bayu dan Tiara. Karena diam-diam mengambil ikan di kolam Ayahnya. Akhirnya ketahuan dan Ayahnya menjadi ngambek. Ah Ayahnya memang beda.
Mereka sudah sampai disalah satu pasar yang menjual banyak sekali kain dengan berbagai macam jenis.
Sebelumnya mereka akan saling berdebat satu sama lain hanya masalah warna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meja Kantor
Roman d'amourTiara seorang Copywriter dengan kelakuan absurd dan hampir tidak percaya cinta. Karena sifatnya tersebut pria lebih senang menjadikan Tiara sebagai teman. Hingga suatu hari Tiara diterima sebagai penulis untuk sebuah website. Bagas Pratama adalah p...