Bagian 1

1K 41 0
                                    

Kenalin gua sama temen lu dong Ra, yang pakek baju biru. Sebuah DM masuk ke Instagram Tiara dari Reza teman kuliahnya dulu.

Tiara hanya menghembuskan nafasnya saja. Kalimat seperti itu sudah sering sekali tiara dengar. Tiara memang mengupload video di Instagram miliknya. Video yang di uploadnya berisikan kawan-kawannya Hana, Ajeng dan Ayu. Video dimulai dengan menunjukkan wajah Hana kemudian berubah posisi kamera belakang yang memperlihatkan Ajeng, Ayu dan Tiara dalam satu video.

Tiara sebenarnya sudah jengah dengan banyaknya pesan di instagramnya atau bahkan bertanya langsung kepadanya. Tetapi dia sudah biasa saja dengan hal tersebut. Lagi pula teman-temannya tidak ada yang merespon sebab sudah pada punya pacar semua kecuali Tiara.

“Ada yang DM gua nih, ngajak kenalan sama lu Jeng,” kata Tiara.

“Siapa?” tanya Ajeng.

“Reza. Kawan kuliah gua,” jawab Tiara.

“Reza temen lu yang jadi Pengacara itu?” tanya Ajeng. Tiara hanya mengangguk saja sebagai jawabannya.
“Enggak deh. Cowok gua mau dikemanain,” sahut Ajeng.

Ajeng ini memang sudah punya kekasih yang profesinya sama seperti dia yaitu guru. Berbeda dengan Ajeng sebagai guru PAUD, kekasihnya ini salah satu guru SMA Negeri di Bandar Lampung. Mereka bertemu saat Ajeng yang mengambil raport Ardi adiknya di SMA tersebut. Ternyata Riyan, kekasihnya itu adalah wali kelas adiknya. Kemudian perkenalan mereka dimulai saat itu.

Kekasih Ajeng ini memang kelihatan sayang sekali dengan Ajeng, bahkan sudah kenal dengan keluarga besar Ajeng. Dengar-dengan sebentar lagi mereka akan naik ke pelaminan.

“Eh Ra, itu kawan kuliah lu bukan sih? Siapa namanya lupa?” tunjuk Hana yang membuat Tiara dan yang lain menengok kearah yang ditunjuk Hana.

Tiara hanya menengok sekilas dan tidak berminat menyapa. Lalu menengok kearah Hana lagi dan menjawab, “Oh itu. Si Ratna.”

Tiara sedikit banyak mengerti dengan sifat temannya itu, karena pernah satu kelas. Dari dulu temannya itu sangat terkenal sekali satu angkatan karena wajahnya yang jutek. Bukan karena pembawaan wajahnya yang seperti itu memang kelakuannya yang sangat tidak baik ditunjang sifat yang sangat sombong sekali.

“Tiara kan?” Tiara yang dipanggil namanya sedikit terkaget. Sebab dia paham dengan suara tersebut.

“Iya,” jawab Tiara tanpa tersebyum sama sekali.

“Bener dong penglihatan gue. Kerja dimana lu sekarang?” tanya Ratna tanpa basa-basi.

Astaga kawannya ini benar-benar. Lihat sendiri bukan kelakuan dia, tidak sopan sekali. ‘Buta lu segala nanyain penglihatan,’ batin Tiara.
“Yah, yang kayak lu liat ini. Gua ya masih gini-gini aja. Kalau lu kerja dimana sekarang?” sahut Tiara malas. Dia jengah sekali dengan kelakuan teman kampusnya itu.

“Oh gua sih jadi petugas pajak sih ya. Itu kantor pajak yang di Dokter Susilo,” jawab Ratna. Tiara sudah jengah sekali dengan temannya ini. Ingin rasanya Tiara berteriak ‘Bodo amat gua gak peduli.’ Tetapi lagi-lagi hanya hembusan nafasnya yang keluar. Tiara hanya tidak ingin terjadi perselisihan karena baginya tidak penting.

“Gua duluan deh ya. Kerjaan gua di kantor numpuk banget nih. Ini juga keluar cuma makan siang doang,” ucap Ratna sambil lalu.

Tanpa membalasnya Tiara langsung menengok kearah kawan-kawannya yang sudah menunjukkan muka tidak bersahabat.

“Kerjaan gua di kantor numpuk banget nih. Ini juga keluar cuma makan siang doang,” ejek Hana dengan mulut dimonyong-mnyongkan untuk meniru kalimat Ratna tadi.

“Dih apa peduli gue, Maemunah. Ra lu kok punya temen negeselin gitu sih. Gua kira udah berubah ternyata kelakuannya masih sama aja. Minus,” sambung Hana.

Kawan-kawan Tiara memang sudah paham dengan kelakuan teman kampusnya yang satu itu. Sebab dulu pernah bertemu di Fakultas Hukum kampusnya. Lihat teman Tiara yang bukan sejurusan saja paham dengan kelakuan Ratna. Terkenal sekali bukan. Hebat.

“Sabar Han,” ucap Ayu sambil mengelus punggung Hana.

“Jengkel aja gue, Yu. Kelakuannya itu lo. Minus,” jawab Hana dengan masih berapi-api.

Ayu yang mendengar omelan Hana hanya mampu menenangkan anak tersebut. Hana ini memang cukup mudah untuk terpancing emosinya. Sedangkan Ayu, sama seperti namanya. Wajahnya yang ayu dengan budi luhur yang baik. Pantas sekali nama itu bersanding dengannya. Lemah lembut sekali, banyak pria yang mengantri wanita tersebut.

Namun hatinya sudah tertambat oleh Kevin si polisi tampan.

Tiara yang mendengar omelan Hana hanya bisa pasrah. Sebenarnya Tiara juga jengkel sekali dengan perlakuan Ratna. Tetapi sudah diwakilkan oleh Hana. Jadi untuk apa repot lagi Tiara marah-marah.

“Eh, Ra. Ada lowongan penulis website nih,” ucap Ajeng tiba-tiba.

“Mana?” tanya Tiara.

“Temen gue nih yang upload. Oke nih katanya gajinya. Lumayan Ra duit,” ucap Ajeng.

“Eh lu masih ambil freelance tempat yang lama kan ya?” sambung Ajeng. Tiara hanya mengangguk saja sambil merebut ponsel Ajeng dari tangannya.

“Boleh deh Jeng. Oke nih kayaknya. Bisalah gua atur jadwal gua,” ucap Tiara.

“Kirim link pendaftarannya, ke WA Jeng,” sambung Tiara.

Tiara ini adalah penulis lepas. Awalnya hanya mencoba mendaftar saja sebagai penulis artikel, lama kelamaan Tiara betah dengan pekerjaannya ini hingga sekarang. Kalau dibilang tidak sesuai dengan jurusan yang diambilnya saat kuliah dulu. Tiara juga bingung.

Jurusan kuliahnya dulu adalah hukum. Terkadang iri melihat temannya kerja sesuai dengan jurusan mereka. Akan tetapi, Tiara langsung down saat memikirkan harus bekerja dibawah tekanan atasan yang menurutnya membosankan. Memang bekerja sebagai penulis lepas begini terkadang membuat Tiara membuat dirinya berada di bawah tekanan yang terlalu berat. Tetapi dia adalah bos dari dirinya sendiri.

“Lu emang udah gak nulis di tempat si Jaka, Ra?” tanya Hana.

Tiara menghadap kearah Hana. Emosi anak itu sepertinya sudah reda karena mendengar berita lowongan jadi penulis ini. Tiara hanya menjawab gumaman saja sebagai jawabannya. Tiara ini mengambil tempat kepenulisan ada beberapa tempat. Bahkan penulis novel pun dilakoninya. Baginya selagi menghasilakn uang halal maka tidak masalah. Lagi pula keluarganya mendukung.

“Linknya udah gue kirim ke WA lu,” ucap Ajeng sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

“Guys, gue duluan ya. Riyan udah jemput nih. Yu makasih ya makanannya. Thanks juga Han udah bandarin hari ini. Duluan ya semua bye bye,” lanjut Ajeng sambil cipika cipiki dengan teman-temannya.

Kemudian memasukkan barang bawaannya kedalam tas dan berlalu.
Hana pun melakukan hal yang sama mulai membereskan barang bawaaannya. Tiara pun menengok jam di tangannya. Ternyata sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ini adalah hari Sabtu. Akan banyak pasangan yang menghabiskan malamnya bersama orang terkasih.

Nasib jomblo seperti Tiara ini hanya berharap ada yang mengirimnya pesan saja sudah senang.

Tidak disangka HP Tiara berbunyi tanda sebuah pesan masuk.

Ayah
Ra, nitip beliin lampu. Lampu dapur mati, beli yang 5 watt aja.

Tiara
Ya, nanti dibeliin.

Nasib jomblo siapa yang akan mengirimkannya pesan di malam minggu begini. Padahal umurnya sudah 26 tetapi masih saja jomblo karatan kalau kata Hana. Memang mulut Hana ini setajam pembawa acara gossip Silet. Meski begitu dia selalu baik dan menjadi pembela nomor satu jika salah satu kawannya ada yang tersakiti. Buktinya tadi.

“Guys, gua balik deh. Ayah gua udah nyuruh balik sekalian beliin lampu,” tukas Tiara.

“Gua juga deh. Udah sore. Gua mau malmingan dong sama Hary,” ucap Hana.

“Thanks Yu makanannya,” ucap Hana dan Tiara berbarengan.

“Makasih Han, traktirannya. Sering-sering ya,” kelakar Tiara.

Hana hanya mencebikkan bibirnya. Meski mereka berkumpul di cafe miliki Ayu tetapi tetap bayar. Bukan malah seenak jidat tidak bayar makanannya. Ini sama saja membantu kawan sendiri untuk terus maju dan mengapresiasi usaha milik temannya tersebut.

Happy Reading Guys 💕

Meja KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang