Chapter 4

21 7 7
                                    

Sejak pertemuan kemarin tak ada satupun chat dari Elang, yang ada Flora harus membalas pesan dari Rama walaupun penuh keterpaksaan. Sebenarnya bisa saja dia mengabaikan pesan itu, hanya saja sebagai gadis yang baik hati dan tidak sombong dia sangat menghargai posisi Rama sebagai teman baik Elang.

“Bu aku mau main ya, bosen di rumah terus.” Kata Flora dengan mulut penuh dengan cemilan.

Sang ibu hanya dapat menggelengkan kepala saja saat melihat tingkah putri satu-satunya, “Mau main kemana kamu? Sendiri aja?” tanyanya sembari menyapu lantai.

Flora mengangguk mantap, lagi pula dia tidak memiliki banyak teman. Toh apa untungnya jika teman itu hanya hadir saat sedang sulit? Kalau mereka bahagia sudah jelas akan lupa dengan seseorang yang selama ini membantunya.

Tanpa banyak bicara Flora segera bersiap, memakai baju ala kadarnya juga sendal jepit swallow. Dia memang begitu santai dalam menghadapi banyak hal, bahkan dia tidak perlu repot-repot untuk mandi karena katanya tubuh dia tidak pernah bau.

“Kamu mau main apa ke warung? Jangan malu-maluin ibu, balik!” seru sang ibu sambil menggelengkan kepalanya. Memang terkadang anak gadisnya ini terlalu bar-bar, bahkan cenderung memalukan.

Untuk menghindari amukan dan ijin yang rawan dicabut, akhirnya Flora harus menuruti permintaan ibunya. Tidak memerlukan waktu lama, dalam waktu lima belas menit dia sudah siap. Bahkan sendal swalownya kini telah digantikan dengan sepatu kets. Wajahnya yang tirus itupun segera dia tutupi masker untuk menghindari tukang ojeg pengkolan yang selalu menggodanya.

“Aku berangkat ya, assalamualaikum!” seru Flora lalu segera beranjak.

Kakinya asik melangkah, tetapi pikirannya diliputi kebingungan. Kemanakah dirinya harus pergi? Sedari tadi dia tidak memiliki tempat yang cocok untuk dikunjungi, menuju kafe barista tampan itupun percuma karena ini masih terlalu pagi.

“Nasib jadi jomblo, malam minggu sendiri. Hari Minggupun gak ada yang ngajak jalan, kenapa semesta begitu kejam kepada aku yang cantik jelita ini?” batin Flora berteriak.

Tanpa sadar kakinya telah melangkah sampai taman kota, peluh sama sekali tidak membasahi tubuhnya. Yang ada sekarang Flora hanya berdecak tidak suka karena langkahnya malah membawa dia ke tempat yang begitu ramai. Moodnya merosot, tapi sedetik kemudian senyumnya merekah.

“Rama!” teriak Flora tanpa mempedulikan tatapan terganggu dari orang sekitar.

Yang disapa menoleh, mereka sama sekali tidak menyangka akan bertemu di tempat ini. Pasalnya sejak kejadian saat itu Rama sedikit takut jika berhadapan langsung dengan Flora. Siapa sih yang akan melupakan kejadian memalukan seperti itu?

“Sendiri aja?” tanya Flora sambil merangkul Rama, dia sama sekali tidak sadar bahwa perlakuannya itu membuat lawan bicaranya salah tingkah.

“Gue sama Zayn kak,” jawabnya gugup.

“Omaygat! Zayn Malik itu? Anjay jodoh emang kagak kemana,” kata Flora dengan teriak tertahan.

Rama hanya dapat tersenyum getir, gadis di depannya ini memang tidak mengenal kata sungkan. Bagaimana bisa dia menunjukan ketertarikannya kepada orang lain dihadapan orang yang benar-benar suka kepadanya?

“Eh lo disini juga? Apa jangan-jangan kalian janjian?” tanya seseorang tepat dibelakang mereka.

Flora langsung membalikan badan, memperhatikan pahatan istimewa dari sang pencipta. “Eh Zayn Malik, akhirnya kita ketemu juga.” Kata Flora dengan cengiran kudanya.

“Gue Zayn Valentino, lo salah orang keknya.” Timpal Zayn dengan kekehan diakhir katanya.

Flora mengabaikan gurauan Zayn, diapun langsung mengajak kedua lelaki itu duduk di salah satu bangku taman. Sejujurnya dia merasa lapar saat melihat dua roti yang ada di genggaman Zayn, namun untuk menjaga harga dirinya diapun ijin sebentar untuk membeli beberapa cemilan.

“Mau gak?” tanya Flora dengan sebungkus cimol super pedas digenggamannya, kedua lelaki itupun menggeleng kompak.

Jawaban itu sebenarnya hal yang sangat dinantikan, karena seorang Flora sangat enggan untuk berbagi. Apalagi jika itu makanan yang pedas dan dapat membuat lidahnya menari kenikmatan. Kedua lelaki itu sangat peka sekali ternyata.

“Jadi lo berdua libur?” tanya Flora mencomot sembarang topik.

Yang diajak bicara langsung mengangguk, “Biasanya si Zayn suka kerja part time, tapi katanya sekarang dia lagi capek.” Jawab Rama.

Kali ini Flora yang mengangguk, diam-diam dia merasa kagum dengan kegigihan lelaki satu itu. Apalagi saat ini dia berhadapan langsung dengan orangnya, jika urat malunya telah putus semua sudah dipastikan Flora akan loncat kegirangan.

“Zayn lo udah punya cewek?” tanya Flora tanpa basa-basi, meskipun dalam hati terdapat kecemasan namun dia begitu pintar untuk menutupi semuanya.

“Kagak ada sih, gue jomblo.” Jawab Zayn mantap.

Hal itu tentu saja membuat sebuah senyuman merekah di bibir ranum Flora, jantungnya berdegup kencang seolah akan lepas dari tempatnya. Dia sama sekali tidak menyangka jika rencananya mendekati Zayn akan semulus ini. Apakah kata jodoh sudah dekat dengan dirinya?

“Lo sendiri?” Zayn balik bertanya.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu Flora langsung terbahak, “Tampang kek gue emang keliatan udah punya cowok? Lagian mana ada cowok yang mau sama gue, yang ada dia malah ilfeel.” Jawabnya.

Rama mengangguk, menyetujui perkataan Flora. Siapapun yang akan menjadi pasangannya harus memiliki kesabaran ekstra dan tingkat kepekaan yang tinggi. Karena jika tidak, siap-siap saja hubungan mereka akan berakhir dengan cepat mengingat tingkah Flora yang tidak karuan itu.

“Gue kira lo ceweknya Elang. Soalnya dia jarang banget ngajak cewek, sekalinya main eh malah ngebonceng lo.” kata Zayn dengan senyuman manisnya.

Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Flora saat ini, dia semakin meleleh dibuatnya. Jika dunia ada dibawah kekuasaannya sudah dapat dipastikan saat ini juga status lajangnya telah berubah karena telah dihalalkan oleh pemilik senyuman manis itu.

“Gue jadian sama Elang? Oh no! Gimana nasib peradaban dunia kalo itu bener terjadi? Yang ada bumi musnah seketika.” Cerocos Flora menimbulkan tawa dari kedua lelaki itu.

Tanpa mereka sadari waktu terus berputar begitu cepat, bahkan mataharipun sudah berada tepat di atas kepalanya. Namun itu tidak menghentikan keseruan mereka, Flora terus terhanyut dengan setiap kata yang diucapkan Zayn, begitu juga dengan kedua lelaki yang terus terkejut dengan sikap Flora yang diluar dugaan.

Flora pikir itu adalah hari bahagianya. Kesempatan bersama dengan Zayn terbuka lebar. Dia tidak menyadari jika sedari tadi Rama menatapnya prihatin, matanya begitu terluka saat melihat setiap tawa yang keluar. Kali ini mereka tidak menyadari, bahwa beberapa hari setelah ini semuanya berubah. Entah itu kabar baik atau sebaliknya, yang jelas insting Rama lebih peka diantara yang lainnya.

°°°

Wadidaw, emang sih si Flora tuh jahat banget. Kan kesian babang Ramanya terpotek:(

Oke deh seperti biasa author yang cantik jelita ini gak pernah bosen ngingetin readers tercinta buat pencet tombol bintang dan komen masal😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang