Chapter 2

39 8 3
                                    

Tepat pukul sembilan salah satu teman yang ditunggu datang, dia langsung menyapa Elang dengan ramah lalu melihat Flora dengan tatapan kikuk. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama tak berjumpa dia harus diberi tatapan setajam silet dengan raut wajah tidak bersahabat. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Flora memberikan senyuman terlebih dahulu.

“Dimana-mana cewek yang harusnya ngaret, lah ini malah kalian kaum adam yang ngebuat gue harus nunggu. Padahal kalian gak perlu skincare-an apalagi makeup-an.” Cerocos Flora setelah temannya telah memesan beberapa cemilan.

Sorry, gue pikir tadi gak jadi. Soalnya si jangkung sama item kagak ada ngontek gue lagi.” Jawabnya yang hanya dijawab dengusan oleh Flora.

Elang beda lagi reaksinya, dia terlihat sangat santai seperti tidak ada apa-apa. Baginya hal ini sudah biasa terjadi jika memakai embel-embel reuni. Namanya juga lelaki, semua dianggap santai asalkan itu tidak terlalu mengusik kehidupannya.

“Apa kabar bro?” tanya Elang ramah.

“Alhamdulillah baik, gue gak nyangka sekali ketemu lo bakal ngajak Flora. Padahal dulu kalian kek Tom and Jerry.” Jawab Herman dengan kekehan diakhir katanya.

Flora berdecak sebal, “Dia itu emang gak pernah bisa jauh dari gue, kerjaannya ngeganggu mulu. Padahal gak pernah ketemu loh, heran.”

Herman dan Elang saling bertatapan lalu setelahnya mengangguk, mereka sangat memahami apa yang terjadi pada teman gadisnya. Untuk kali ini mereka yakin tebakannya tidak akan meleset, lagi pula perempuan mana yang dapat menyembunyikan mood swingnya saat PMS melanda? Masih untung mereka sekarang berada di tengah keramaian, jadi Flora tidak bisa banyak berkutik.

“Kalian kenapa diem aja sih, bikin gue-”

“Pesenannya kak,” kata seorang barista memotong omelan Flora.

Elang mengangguk dan membantunya untuk menyajikan makanan, sedangkan Flora menatap barista itu dari atas sampai bawah. “Lo pasti temennya Elangkan? Keknya kita seumuran deh, gak usah manggil kakaklah gue masih muda.” Cerocos Flora tanpa peduli tatapan bingung dari sang barista.

“Biasa bro lagi PMS,” kata Elang sambil menepuk pundak temannya.

Mengetahui hal itu sang barista langsung tersenyum dan pamit undur diri, menyisakan tiga remaja yang saling terdiam. Bingung harus memulai percakapan dari mana, atau bisa jadi mereka terlalu kaku untuk memulai sebuah percakapan.

I want you to the bone
I want you to
Take me home Im fallin
Love me lone Im rolling
Loosing control body and soul
Main to for sure Im already yours

Flora menyenandungkan lagu asal, sedari tadi dia terlihat kesal walaupun matanya terus menatap ke ponsel. Entah apa yang sedang berada dipikirannya, yang jelas dia hanya menscroll whatssapp tanpa ada niatan untuk membalas pesan ataupun melihat snap yang tertera.

Lain halnya dengan Herman, sedari tadi dia memberi kode kepada Elang untuk segera mencairkan suasana. Karena berhadapan dengan wanita PMS terasa sangat sulit baginya. Untung saja Elang sudah ahli dalam hal mengalihkan situasi, segera saja dia meminta temannya untuk mempersiapkan mic dan juga speaker.

“Lo mau karokean kagak?” tanya Elang kepada kedua temannya.

Herman sudah pasti menggeleng tegas, sedangkan Flora berdecak tidak berminat. Kali ini dia hanya ingin mendengarkan orang bernyanyi, bukan dirinya yang harus capek-capek menghibur orang.

“Zayn setel karoke lagu Pamungkas!” titah Elang yang langsung diangguki.

Barista bernama Zayn itu dengan cekatan menyetel instrument lagu Monolog yang dinyanyikann  oleh Pamungkas, lalu Elang segera bersiap untuk menyanyikan lagu. Hanya saja baru sebait dia bernyanyi, Flora langsung tertawa dibuatnya. Tentu saja itu membuat Elang terkena mental seketika, belum lagi teman-temannya ikut menyoraki dia.

“Kak itu si Elang semangatin biar gak grogi.” Kata salah satu temannya dengan tawa mengejek.

Flora mengangguk dan segera menatap Elang, “Semangat Lang! Jangan grogi karena ada gue ya!” seru Flora yang justru menimbulkan gelak tawa dari semua orang.

Alasan masih bersama bukan karena terlanjur lama
Tapi rasanya yang masih sama
Seperti sejak pertama jumpa dirimu dikala senja
Duduk berdua tanpa suara

Elang menutup lagu dengan lirikan sinisnya kepada Flora, sedari tadi dia merasa kesal karena telah diledek oleh teman-temannya. Seketika dia menyesali keputusannya untuk mengajak Flora kesini, karena itu hanya membuat dia malu saja.

“Lah kok udahan? Nyanyi lagi sono!” usir Flora saat melihat Elang menghampirinya.

Bukannya menjawab Elang malah menjitak kepala Flora, “Lo aja sendiri yang nyanyi, males gue.” Katanya sambil menyesap cappuccino yang sudah mendingin.

Dikarenakan mood Flora sudah mulai membaik, dia hanya bisa mengaduh dan menertawakan tingkah Elang. Ternyata meskipun sudah kuliah dan menjabat sebagai ketuapun Elang masih bisa bertingkah kekanakan. Dia pikir sahabatnya itu sudah beranjak dewasa dan bisa bersikap sedikit jaim kepadanya.

Belum sempat Flora melontarkan ejekan, tiba-tiba suasana kafe telah dipenuhi dengan alunan musik. Seketika itu juga Flora terpekik, karena lagu yang dinyanyikan adalah lagu kesukaannya.

“Kenapa tadi lo gak nyanyiin lagu ini siih!” seru Flora sambil mencubit lengan Elang.

Tanpa banyak bicara Flora langsung menyiapkan ponselnya dan merekam seseorang yang akan menyanyikan lagu To The Bone, sesekali dia ikut bernyanyi lalu sebelum lagu itu selesai dia segera mempostingnya.

Entah mengapa lagu itu membawa kesan tersendiri bagi dirinya, seakan terhipnotis oleh alunan nada Flora sama sekali tidak mempedulikan beberapa percakapan yang terjadi diantara kedua temannya. Yang ada dipikirannya kini hanyalah kata kagum pada orang yang sedang bernyanyi.

“Anjir itu suaranya bagus banget, siapa sih namanya? Kok lo gak bilang punya temen kek dia?” tanya Flora bertubi-tubi.

Elang hanya dapat memutarkan kedua bola matanya, dia lupa kalau temannya ini mudah terhipnotis oleh suara seseorang. Alhasil dialah yang harus menanggung akibatnya, mendapatkan berbagai macam pertanyaan dengan jawaban yang tidak akan pernah bisa dinanti-nantikan.

“Zayn, tetangga gue. Lonya aja yang gak pernah nanya ke gue.” Jawab Elang malas.

Flora hanya mengangguk antusias, namun hal itu tidak berlangsung lama saat ponselnya berdering. Itu merupakan salah satu alarm dari adek lelakinya yang paling posesif, akhirnya dia meminta Elang untuk segera mengantarkannya pulang.

Hanya saja sebelum berpisah Flora segera menghampiri Zayn dan membayar pesanan yang sudah dia pesan, begitupun dengan Herman. Diam-diam dia memperhatikan Zayn dengan lamat, seulas senyuman muncul di bibir kecilnya.

“Jangan kapok main kesini ya.” Kata Zayn dengan senyuman manisnya.

Flora terpaku lalu segera mengangguk, “Siap, bukannya kapok malah betah kok.” Jawabnya lalu segera menghampiri Elang.

Mereka tidak tau apa yang terjadi kedepannya, hanya saja kali ini Flora berharap agar hubungannya dengan Zayn bisa lebih dekat daripada ini. Semoga saja apa yang dia semogakan dapat menjadi kenyataan.

°°°

Apaan nih, belom apa-apa si Flora udah baper. Dasar cewek 😪

Oke deh tanpa banyak basa-basi marilah kita pencet tombol bintang dan komen masal gengs, kalo ada typo bolehlah ditegur nih si author yg udah males banyak magernya😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang