Malam semakin larut, sudah saatnya bagi Flora untuk menutup kafenya bersama kedua lelaki yang beberapa hari kebelakang menjadi sangat dekat dengannya. Sejauh ini penjualan meningkat dua puluh persen, meskipun bukan presentase yang mereka targetkan namun mereka sudah sangat bersyukur karena belum melakukan promosi yang baikpun beberapa pengunjung memilih untuk menikmati suasana kafenya.
“Besok jangan lupa bagian atas udah di booking ya, jangan ada satupun pengunjung lain yang ke atas duluan. Terus besok kalo bisa datengnya lebih pagi, kita harus ngeberesin dan sedikit ngedekor bagian atas. Selamat malam, sampai ketemu besok.” Flora menutup malam dengan beberapa wejangan.
Semenjak Flora datang, posisi Angkasa memang diambil alih olehnya. Tapi tentu saja itu bukan suatu masalah, karena sesuai kesepakatan Angkasa tetaplah pemegang saham kafe itu dan Flora hanyalah bawahannya yang mungkin bisa sedikit diandalkan.
“Pulang sendiri?” tanya pemilik suara bass yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Flora.
“Menurut lo?” Flora balik bertanya tanpa ada niatan untuk memalingkan pandangannya.
Mendapat respon seperti itu Zayn langsung mensejajarkan langkah dan mengusap kepala Flora, “Gue temenin sampe kosan yak.” Katanya yang hanya dibalas dengan anggukan.
Selama beberapa menit tidak ada satupun percakapan yang terjadi, bukannya tidak ada hal yang ingin dibicarakan, hanya saja mereka terlalu kaku untuk melakukannya. Meskipun dalam pekerjaan mereka terlihat kompak tetapi tidak ada satupun yang menyangka kalau hubungan mereka hanya sebatas rekan kerja, terlebih Flora yang saat ini seakan sedang menjaga jarak.
“Lo kenapa sih?” tanya Zayn setelah lama terdiam, “Maksud gue sekarang lo beda, chat gue gak pernah dibales dan kalo gue ngedeket lo selalu berusaha ngehindar. Apa gue ada salah sama lo?” lanjutnya lagi.
Mendengar hal seperti itu jantung Flora langsung berdetak dua kali lebih cepat, “Eh gue gak pernah ada niatan buat ngejauihin lo kok.” Jawabnya tak enak hati. Dia sama sekali tidak mengira jika Zayn akan berpikiran seperti itu. Padahal semua orang dia perlakukan demikian, termasuk Elang yang notabennya teman dia sejak ada di masa putih biru.
“Maaf ya kalo lo ngerasa kek gitu, gue cuma banyak pikiran aja. Lagian kerjaan kita sekarang lebih berat dari sebelumnya, jadi pas sampe kosan gue langsung tidur. Terus kalo pas kerja mana mungkin gue bisa santai kalo saingan kita jelas-jelas mau ngejatohin?” lanjut Flora sedikit memperlambat langkah. Tiba-tiba saja dia tidak ingin segera sampai di kosan agar obrolannya lebih lama.
Zayn mengangguk mengerti, sebelum ini memang Flora sudah cerita tentang kemajuan Gold Café. Mereka pun sepakat untuk mengikuti saran yang diberikan oleh Elang, bahkan diam-diam mereka menyuruh salah satu temannya untuk mengunjungi kafe milik Gina agar mereka tau apa yang menjadi alasan kafenya bisa begitu diminati.
“Gakpapa kok gue ngerti banget sama kesibukan lo,” kata Zayn sembari merangkul Flora, “Lo mau ngopi sebentar?” tanyanya lagi yang hanya dibalas dengan anggukan.
Saat ini disinilah mereka berada, dibawah langit yang begitu pekat dengan secangkir teh hangat di genggamannya. Pandangan Flora fokus ke arah langit, bintang yang bertaburan disana sangat memanjakan matanya apalagi semilir angin membuat suasana semakin syahdu.
“Lo liat bintang itu?” tanya Flora tanpa mengalihkan pandangan sembari menunjuk salah satu bintang, “Diantara ribuan bintang itu ada gue, dan lo disana.” Lanjutnya dan kali ini dia menunjuk ke arah sang Dewi Malam.
Zayn terdiam, matanya fokus melihat ke arah gadis yang berada disampingnya walaupun untuk pertama kalinya tatapan itu tidak mendapat balasan. Ada denyut aneh yang mengalir di setiap pembuluh darah Zayn, tetapi dia berusaha menghiraukan semuanya dan mengalihkan pandangan ke arah lukisan yang diciptakan Tuhan.
“Lo begitu sempurna buat gue yang terlalu kecil ini, bahkan lo gak akan bisa nemuin gue diantara jutaan bintang yang ada disana.” Flora berkata dengan senyuman miris yang terukir dibibirnya, lalu matanya melihat kedalam pemilik manik mata hitam legam dan kemudian tertunduk.
“Gue bukan bulan, dia terlalu bagus buat gue.” Kata Zayn membuat Flora kembali menatapnya, “Gue itu matahari, pengecut. Bahkan dia gak sanggup untuk menunjukan wajahnya dihadapan bintang yang paling bersinar itu, jadinya dia cuma bisa ngumpet dibelakang bulan dengan segala kelembutannya. Dia merajai siang tapi bukan apa-apa saat berhadapan sama lo.” paparnya membuat Flora terpana.
Dia sama sekali tidak menyangka seorang Zayn akan berbicara seperti itu, ternyata banyak sekali hal yang belum diketahui olehnya. Dia pikir lelaki yang ada disebelahnya ini berhati batu, meskipun pandai merayu tapi itu tidak seburuk apa yang selama ini ada dipikirannya. Dibalik sifat friendly-nya Zayn memiliki sesuatu yang tersembunyi yang bahkan tidak akan diketahui oleh orang terdekatnya sekalipun.
“Bintang itu kecil dipenglihatan orang awam, tapi untuk sebagian orang mereka mengetahui sebesar apa benda langit itu. Kek gue yang dulu selalu mandang lo remeh dan akan pergi setelah semua yang terjadi, tapi ternyata hati lo begitu besar buat selalu ada disisi gue apapun yang terjadi.” Zayn menatap Flora dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Flora saat ini, sedari tadi jantungnya telah berdetak dua kali lebih cepat. Sekarang yang dia bisa hanya berdoa semoga lelaki di sebelahnya ini tidak mendengar degupannya yang begitu kencang, diapun berdoa agar jantungnya masih berada ditempatnya.
“Sorry ya kalo selama ini gue cuma bisa ngasih luka,” gumam Zayn yang masih terdengar oleh Flora.
Digenggamnya jemari Zayn, “Jangan pernah ngomong gitu lagi. Ya meskipun itu bener tapi jangan pernah ngungkit masa lalu, gue percaya kalo lo gak bermaksud kek gitu. Emang guenya aja yang terlalu berharap sama lo dan gue juga terlalu egois buat nyuruh lo nerima perasaan gue walaupun secara gak langsung.” Ucap Flora, “Mulai sekarang inget kata-kata gue. Lo itu gak sepenuhnya salah, guenya aja yang terlalu tinggi berekspektasi tanpa mikir gimana akibat waktu gue jatoh.”
Zayn tersenyum mendengar pemaparan gadis yang selalu membuat hatinya tenang. Tangannya kembali terulur dan mengusap kepala Flora hingga keduanya saling melemparkan senyum. Dinginnya malam ini sama sekali tidak mempengaruhi kedua insan yang hatinya sedang menghangat, meskipun mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya namun mereka memutuskan untuk menikmati hari ini sebaik mungkin.
“Ra em…gue sadar ini agak gimana gitu di kuping lo nanti, tapi lo maukan nunggu gue sampe umur 23?” tanya Zayn membuat jantung Flora berhenti berdetak selama sepersekian detik.
“Tunggu gue tiga taun lagi ya dan nanti gue bakal ngelamar lo.”
°°°
Wadidaww!!
Seriusan nih si Zayn mau setia sama Flora? Btw kalian setuju gak nih guys?
Daripada pusing mikirin keseriusan Zayn, mending vote dan komen dulu kuy😚
See u💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Picollo Latte [✓]
Ficção AdolescenteBerawal dari kopi semua kisah terukir. Walaupun tidak ada yang mengetahui akankah semua itu berakhir menjadi kisah atau malah harus melepas yang terkasih. Hanya saja.... "Mencintai lo itu hak gue, dan sampai kapanpun lo nggak ada kewajiban buat ngeb...