Chapter 40

5 5 1
                                    

“Pagi sayang,”

Semua mata langsung tertuju ke arah suara cempreng, beberapa orang memandangnya jijik tetapi yang di panggil langsung memamerkan cengiran kuda. Rasanya penantian dia selama ini tidak berakhir sia-sia, semoga saja tidak ada hambatan lagi setelah ini.

“Apa lo? Iri? Bilang bos!” sinis Flora.

“Dih, gue iri sama lo? Strowbery mangga apel, sorry gak level!” ucap Elang tak kalah sinisnya.

Flora hanya megedikan bahu lalu segera menghampiri orang yang sedari tadi hanya menatapnya, “Dia tuh iri gara-gara jombs terus,” gerutunya.

Bukannya merasa iba, Zayn malah tertawa melihat temannya yang selalu meratapi nasib. Salah sendiri dia mengharapkan orang yang hanya menganggapnya sebagai sahabat? Kalau sudah begini mau bagaimana? Urusan hatikan tidak dapat di ganggu gugat.

“Mana Kak Aang? Gue mau ngomong,” ucap Flora begitu tiba-tiba.

Jika sudah begini, dapat dipastikan Zayn akan gagal beromantis ria. Mana mungkin dia menunjukan ke uwuannya dihadapan semua orang? Lagipula Flora pasti akan membahas hal yang belum tuntas, dan ujung-ujungnya berhubungan dengan sang pengganggu.

“Apaan?” tanya Angkasa sembari membawa empat cangkir teh hangat.

“Sejak kapan lo sama si Gina kerja sama?” tanya Flora tanpa basa-basi, baginya urusan ini harus diusut sampai tuntas. Karena dia tidak akan pernah membiarkan seorang pengkhianat berada di sekitarnya.

“Gue cuma diancem, harus berapa kali gue ngomong itu?” Angkasa berkata frustasi, pasalnya ini sudah pertanyaan ke sepuluh semenjak tiga hari terakhir.

“Terus kenapa lo ngeblock semua medsos yang berhubungan sama gue? Lo gak mau si sayang menemukan cinta sejatinya?” tanya Flora lagi.

Hembusan nafas keluar dari mulut Angkasa, berhadapan dengan spesies bucin memang selalu merepotkan. Haruskah dia bersyukur atas menghilangnya Flora saat itu?

“Kalo gue gak ngelakuin itu, si Zayn bisa gila nge-stalk lo terus. Liat tuh si Elang.”

“Loh kok jadi ke gue? Perasaan dari tadi gue diem,” sambar Elang tidak terima.

“Dahlah, gue tau kok kalo gue itu cantik, pinter, baik hati dan tidak sombong. Jadi jangan ngerebutin gue! Bener gak yang?” tanya Flora yang sudah bersandar di bahu ‘pacarnya’.

Zayn langsung mencubit pipi Flora gemas, dia tidak menyangka kalau gadis ini bisa sebucin itu. Padahal dia pikir kejadian masa lalu akan terulang lagi, di abakan dan berujung terjebak friendzone.

“Iyaa, pacar aku emang yang paling cantik kok.” Zayn mencubit hidung Flora hingga membuat semua orang yang berada di dekatnya harus bergidik ngeri.

“Kalo lo jadi sama gue, pasti lo gak akan sealay ini.” Ucap Elang yang langsung dihadiahi dengan pelototan.

“Dih dih, mana mau gue sama lo. Yang ada tiap hari lo minta hotspot ke gue, gak modal iwh!” balas Flora sinis.

“Uwuu, sayangnya aku ini pinter banget sih.” Zayn kembali mencubit pipi Flora gemas, membiarkan Elang semakin emosi agar tidak ada lagi rasa cinta untuk wanitanya.

Dalam hati Elang terus menggerutu, kalau saja waktu itu dia tidak mengikuti perintah Gina dan mengungkapkan perasaannya kepada Flora, pasti hal ini tidak akan terjadi. Sekarang lihat hasilnya, dia selalu menjadi korban bully dimanapun dan kapanpun.

“Masalah Gina, dia bakal balik lagi kesini?” tanya Angkasa.

Mendengar hal itu, Elang langsung berdecak dan memutarkan kedua bola matanya malas. “Ya elah bang, kenapa lo harus ngomongin dia sih? Ngerusak suasana tau gak!”

“Kemungkinan besar sih yes, liat aja nanti.” Flora membalas dengan tenang.

Baginya masalah Gina bukan sesuatu yang membahayakan, mungkin saja itu efek dari tahun demi tahun yang dia hadapi dengan banyak tekanan. Pikiran yang semula hanya pintar pun sekarang menjadi sangat cerdik. Entah sudah berapa rencana yang dia pikirkan saat ini.

“Kalian tuh kenapa sih? Takut banget keknya ke dia,” ucap Flora saat tidak mendapatkan respon apa pun.

“Gue cuma khawatir aja kafe ini yang bakal jadi sasaran empuk, padahal inikan sumber pendapatan gue.” Balas Angkasa, terlihat sekali kerisauan di wajahnya dan itu membuat Zayn ikut menghela nafas.

“Bukan lo aja bang, diem-diem gini juga gue waspada. Takut ada orang suruhan dia kek waktu itu.” Zayn menimpali, “Cewek gue juga dalam bahaya kalo itu terjadi, soalnya gue yakin dia yang jadi sasaran utamanya saat ini.” Lanjutnya lagi.

Flora langsung menggenggam lengan Zayn, dia dapat merasakan kekhawatiran pasangannya. Hanya saja yang belum mereka tau adalah dirinya tidak selemah itu. Masa dimana dia selalu di injak dan di remehkan sudah berakhir, sekarang roda sudah berputar berkat doa dan usahanya.

“Lo semua gak usah khawatir ya, selama gue ada disini semuanya aman. Lagian bokapnya dia orang baik kok, selama perusahaan masih ada di bawah kendalinya, kita aman.” Flora berusaha menenangkan.

“Rama, dia kemana?” tanya Elang membuat Zayn dan juga Angkasa langsung menatap Flora.

Mereka berdua tau apa yang dimaksud oleh Elang, rupanya satu-satunya gadis yang ada diruangan pun mengerti kegelisahan itu.

“Dia masih megang Gold Café, sejauh ini sih yang gue liat perasaan dia ke gue udah gak terlalu menggebu. Gak tau juga kalo si Gina nyuci otaknya dia lagi.” Jawab Flora.

“Kalian tenang aja, Rama gak akan bertindak tanpa perintah sepupunya. Jadi yang harus kita waspadai sekarang cuma cewek itu, karena gak menutup kemungkinan dia bisa ngelakuin hal-hal yang gak pernah kita duga.”

“Saran gue sih Kak Aang harus ngamanin semua dokumen yang berkaitan sama kafe ini. Jangan sampe ada satu orang yang bisa ngedapetin duplikatnya ke dia. Dan buat Elang, tolong awasin orang-orang yang mencurigakan di sekitar sini. Entah itu salah satu karyawan atau pelanggan.” Flora kembali memberikan instruksi, semua ini dia lakukan untuk mengurangi kemungkinan kejadian buruk yang akan terjadi.

“Kamu-”

“Zayn, jangan pernah tinggalin kafe ini ya. Soalnya dia gak akan pernah bertindak lebih jauh selama ada kamu. Aku yakin dia gak akan pernah nyuruh bawahannya buat nyakitin kamu.” Flora memotong ucapan Zayn.

Keheningan kembali melanda, sepertinya mereka tidak akan bisa merasakan tenang barang sejenak. Setiap harinya selalu dihantui oleh wanita licik itu. Bahkan sekarang, ketiga lelaki itu mengerti bahwa di balik sikap tenangnya Flora, terdapat gelisah yang mati-matian dia sembunyikan.

“Kafe lo disana gimana?” tanya Angkasa lagi.

“Aman, apalagi disana deket cabang perusahaan dia. Yang harus lo khawatirin ya ini, jadi gue minta fokus …” Flora menggantungkan kalimatnya sesaat, “Gak ada yang bisa menjamin kalo salah satu diantara kita gak ada yang tergiur sama tawaran Gina.”

°°°

Huwaaa, Flora udah mulai bergerak lagi nih gaes buat nyusun strategi berikutnya.

Kira-kira gimana ya part selanjutnya? Penasaran gak sih?

Penasaranlahmasa enggak😌

Langsung aja kuy vote dan komennyaa😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang