Masih dua jam lagi kafe buka, tetapi seperti biasa Flora sudah ada disana membereskan kursi dan juga mengelap meja. Keadaan masih sangat sepi karena hanya ada dirinya disana, lagipula setelah dua hari membolos dia tidak tau apa yang terjadi sebelumnya. Apakah Zayn merasa keteter dengan pekerjaannya atau justru dia menikmati ketiadaan dirinya?
“Lo udah disini?” tanya suara bas yang amat dikenali oleh Flora.
Dengan cepat dia langsung menatap pemilik suara dan mengangguk. Baru dua hari tapi entah mengapa dia begitu senang saat melihat pemilik senyum manis itu. Walaupun kali ini tatapannya datar juga sikapnya dingin namun itu tidak membuat semangatnya turun. Setidaknya Flora bersyukur karena masih diterima bekerja disini, dia pikir kejadian kemarin akan membuat semuanya lebih rumit.
“Em kemaren lo sendirian gakpapa?” tanya Flora ragu namun sebisa mungkin dia bersikap biasa saja.
“Gakpapa, bahkan kalo lo gak masuk terus juga gak ada masalah.” Jawab Zayn ketus.
Flora hanya mengangguk tanpa ada niatan untuk membalas, dia amat tau mengapa pujaan hatinya bersikap seperti itu. Mungkin saja dia masih kesal dengan sifatnya yang terlalu kekanakan, atau mungkin dia tidak terima karena Flora lebih memilih mengobati Rama daripada dia.
Selama satu jam kedepan mereka disibukan dengan membereskan tempat sebelum opening, dan selama itu pula tidak ada satupun percakapan yang tercipta. Untung saja Zayn berinisiatif untuk menyetel musik jadi suasana tidak terlalu hening dan sedikit terlihat hidup.
“Hai, pesenan aku kek biasa ya.”
Satu kalimat itu membuat Flora beranjak dari duduknya. Saat ingin menghampiri pengunjung, Zayn sudah melangkah lebih dulu dan memeluknya singkat. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Flora saat ini, hatinya berdenyut seketika dan harapannya adalah semoga air matanya tidak keluar begitu saja.“Selamat siang kak, ada yang bisa saya bantu?” tanya Flora seramah mungkin.
Wanita itu menatap Flora dari atas sampai bawah, lalu pandangannya beralih ke arah Zayn yang sekarang berada di hadapannya. “Dia pegawai baru disini.” Ucap Zayn singkat yang hanya dibalas dengan anggukan.
“Oh dia cewek yang kamu ceritain itu, aku Gina pacar Zayn.” Ucap wanita itu sembari menjulurkan tangan.
Kalau bisa saat ini juga Flora ingin hilang dari peradaban, bagaimana bisa dia menjabat tangan pacar orang yang dia sukai? Bagaimana jika nanti dia tiba-tiba hilang kendali dan malah meremas tangan mulus itu?
“Saya Flora, rekan kerja Zayn. Dia juga suka nyeritain kakak kok ke saya,” balas Flora berusaha seramah mungkin, “Eh kakak mau pesen apa?” lanjutnya lagi.
Demi komunitas jomblo yang tersebar di seluruh penjuru negeri, rasanya ingin sekali dia menyiram wajah wanita sok manis itu dengan air keras. Memangnya Flora tidak merasa ada aura mengintimidasi yang keluar darinya? Dasar perempuan tak tau malu!
“Mojito limenya satu sama picollo latte-nya satu ya, soalnya Zayn suka banget sama itu.” Jawabnya sembari menggenggam tangan lelakinya.
Tarik nafas, buang. Mungkin mulai hari ini Flora harus banyak bersabar dengan tingkah menjijikan wanita itu.
“Gue aja yang bikin lattenya.” Zayn mulai beranjak dari duduknya namun dengan cepat dicegah oleh Flora. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya juga bisa diandalkan.
“Gue bisa sendiri, lo temenin pacar lo aja.” Ucap Flora lalu pergi meninggalkan dua sejoli itu.
Sembari menyiapkan pesanan diam-diam Flora mengawasi kedua orang yang sedang bergurau, tak jarang dia melihat Zayn tertawa lepas juga Gina yang bergelayut manja di lengan pacarnya. Hatinya terus mendidih hingga secara tidak sadar jarinya ikut teriris saat sedang memotong lime.
“Aish! Kenapa sih tu cewek pake kesini? Mana keadaannya gue lagi ngambekan lagi sama Zayn, jadikan gue gak bisa introgasi dia.” Gerutunya dengan tangan yang masih terus mengeluarkan darah segar.
“Ini lagi kenapa tangan gue harus berdarah, dasar cewek pembawa sial! Untung cantik, kalo enggak udah gue siram air keras tuh orang. Eh tapi kalo gak cantik mana mungkin si Zayn mau, diakan orangnya perfectionis.” Oceh Flora tanpa henti. Dia tidak menyadari kalau sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya, diam-diam orang itu menyunggingkan senyum sebelum meninggalkannya.
Sepuluh menit berlalu dengan lambat, dan saat itu pula Flora menyuguhkan pesanan tanpa meninggalkan sepatah katapun. Moodnya sudah hancur karena kehadiran Gina ditambah jarinya yang teriris, jadi dia tidak mau membuang-buang energi daripada emosinya ikut tersulut.
“Flora kok mojitonya gak dikasih daun mint? Akukan sukanya pake itu.” Seru Gina saat Flora baru beberapa langkah berjalan.
Flora menghela nafas perlahan lalu membalikan badan, untuk kesekian kalinya dia mencoba tersenyum dan menatap Zayn juga kekasihnya secara bergantian. “Maaf saya gak tau, mau saya tukar?” tawarnya.
“Udah sama gue aja.” Ucap Zayn lalu meninggalkan kedua perempuan yang sedang bersitegang.
Mereka saling bertatapan dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan. Dan entah mengapa Flora merasakan sesuatu yang aneh dari perempuan yang ada dihadapannya, seperti ada sesuatu yang tidak dapat dijelaskan namun apa? Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu dibalik sikap manjanya itu, apakah perasaannya ini dapat dipercaya?
Setelah lama berdiam diri Flora memutuskan untuk menuju dapur dan menghampiri Zayn yang masih melakukan gerakan tutup mulut. Tangannya cekatan membuat mojito yang baru sampai-sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang berada dibelakangnya.
“Jauhin dia atau gue yang turun tangan!” seru Flora tegas hingga membuat Zayn menaikan sebelah alisnya. “Dia gak baik buat lo Zayn, gue rasa-”
“Apa yang lo tau?” potong Zayn sinis, “Lo baru liat dia tadi dan seenak jidatnya lo men-judge kalo dia gak baik buat gue?” lanjutnya dengan kekehan di akhir katanya.
“Tapi Zayn insting perempuan itu gak pernah salah, gue-”
“Kalo insting lo gak pernah salah, kenapa lo percaya waktu gue bilang belum punya cewek?” tanya Zayn begitu sarkas.
Kali ini Flora tidak dapat mengatakan apapun, sindirannya begitu telak hingga dapat membungkam mulutnya. Dia menatap Zayn dengan tatapan memohon, setidaknya lelaki itu memberikan kesempatan padanya untuk membuktikan apa yang dia ucapkan bukannya seperti ini.
“Gue gini karena gue cinta sama lo!” seru Flora membuat Zayn menghentikan langkah.
Mereka saling bertatapan selama beberapa saat, dan selama itu pula Flora menahan air yang sedari tadi menggenang dipelupuk matanya. Tanpa dia sadari kedua lengannya saling bertaut dan juga meremas untuk menghindari kegugupan yang tercipta.
“Kalo lo cinta sama gue, jauhin gue!” ucap Zayn lalu pergi begitu saja tanpa mempedulikan Flora yang sudah terduduk lemas.
°°°
Wadidaw, author suka banget nih sama si Zayn😏 mari kita rayakankan kegalauan Flora bareng-bareng *ketawa jahat
Ya udin deh, langsung aja kuy vote dan komen biar author semangat bikin cerita😚
See u💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Picollo Latte [✓]
Novela JuvenilBerawal dari kopi semua kisah terukir. Walaupun tidak ada yang mengetahui akankah semua itu berakhir menjadi kisah atau malah harus melepas yang terkasih. Hanya saja.... "Mencintai lo itu hak gue, dan sampai kapanpun lo nggak ada kewajiban buat ngeb...