Chapter 41

9 4 0
                                    

Suasana malam begitu tenang, dan tidak seperti hari sebelumnya, langit hitam itu di penuhi dengan ribuan bintang. Tak lupa dengan rembulan yang memancarkan sinar lembutnya.

“Sendiri aja nih?” tanya Zayn saat sudah berada di rooftop.

Yang di tanya hanya mengangguk, matanya masih asik melihat lukisan yang semesta buat. Disana dia menyadari, bahwa gelap pun suatu saat akan kembali gemerlap. Hitamnya tidak selalu menakutkan, tak jarang banyak orang mencari ketenangan di balik pekat.

“Ternyata tiga taun gak ngebuat kamu berubah,” ucap Zayn lagi, dan itu sukses membuat kekasihnya membalas tatapan matanya.

“Aku ngerasa bersyukur aja, ternyata dari banyaknya bintang, rembulan sangat berbaik hati buat milih aku. Padahal di sana banyak banget yang mau sama dia,” jawab Flora kembali menengadah.

Semilir angin yang hadir membuat suasana menjadi lebih romantis, hijabnya berkibar dan itu semakin membuat Flora terhanyut. Tidak menyangka bahwa Tuhan mau menyelipkan kata bahagia dalam kamus hidupnya.

“Kamu gak kangen sama orang rumah?” tanya Zayn yang membuat Flora mematung seketika.

Raut wajahnya berubah murung, tentu saja itu membuat si pemilik suara bass merasa bersalah. Karena dia sangat tahu bahwa masalah keluarga merupakan sesuatu yang sangat sensitif bagi kekasihnya.

“Eh sorry, aku-”

“Gakpapa.” Flora memotong, “Aku tau kok apa yang jadi kekhawatiran kamu, tapi ini bukan saatnya.”

“Aku cuma gak mau kalo keluarga aku jadi sasaran empuk Gina, dan untuk sementara biarin aja aku yang ngalah. Ngubur semua rasa rindu sampe saatnya tiba.”

“Tapi kapan?” tanya Zayn lagi.

Jujur saja dia tidak tega melihat gadisnya harus mengalah terhadap apa yang terjadi. Entah mengapa dia tidak suka jika Flora terlalu kuat, karena Zayn percaya gadis ini menyimpan begitu banyak luka. Flora hanya terlalu pintar menyembunyikan perasaannya, dan Zayn benci itu.

“Jangan pernah nyembunyiin sakit sendiri, karena sekarang ada aku di sini.” Zayn membawa Flora ke dalam dekapannya.

Dua sejoli itu terhanyut dalam keheningan yang mereka ciptakan, sudah lama rasanya mereka menantikan momen ini. Tidak ada pengganggu, dan hanya ada mereka. Sweet piccolo latte dengan penikmatnya.

“Apapun yang terjadi ke depannya, tetep sama aku ya?” tanya Flora menimbulkan kerutan di kening Zayn.

Ada apa?

Tetapi Zayn memilih untuk mengangguk, dia tidak ingin merusak suasana dengan pertanyaannya. Barangkali nanti Flora akan menceritakan semuanya, bukankah wanita selalu membutuhkan waktu yang tepat untuk bercerita?

“Kenapa sih kamu nyamain aku sama piccolo?” kali ini Zayn yang melempar pertanyaan.

Flora mengurai pelukan dan menatap lelakinya sesaat, “Gak tau kenapa, waktu aku denger piccolo tiba-tiba kek identik sama kamu aja. Apalagi dulu kamukan pernah cerita tentang makna kopi itu buat kamu, jangan lupa juga kalo dulu hampir tiap hari aku bikin itu sama mojito lemon pake daun mint.” Jawabnya dengan cibiran di akhir kalimat.

Ayolah, siapa yang tidak lupa dengan kejadian itu? Disaat cintanya begitu menggelora, Flora harus sabar menyaksikan pujaan hatinya bersama wanita lain. Dia harus menahan cemburu untuk orang yang katanya tidak ingin di cintai. Menyebalkan.

“Masih inget aja,” kata Zayn sembari terkekeh, bayangan masa lalu kembali menghampiri.

“Aku tuh ngerasa bego banget tau gak, masa dulu aku nyia-nyiain orang yang tulus kek kamu.”

“Lah terus aku gimana?” Flora balik bertanya, “Dulu aku rela ngemis-ngemis cinta, gak peduli meskipun cowoknya udah nolak berkali-kali. Bahkan dengan kurang ajarnya dia so sweet-so sweetan sama cewek lain.”

“Coba cari, ada gak cewek yang kek aku? Mentalnya sekuat baja, bahkan saat si cowok mau ke aku, bisa-bisanya aku sok jual mahal. Giliran harus beneran pisah nangis.”

Tawa renyah langsung ke luar dari mulut Zayn, gadisnya ini memang beda. Flora sudah seperti spesies langka yang harus di lestarikan. Dia bisa mengesampingkan egonya di saat yang tepat, walaupun terkadang tak lepas dari kata gengsi.

“Ketawain aja kebegoan aku dulu, gakpapa kok Hayati ikhlas bang.” Flora bersikap dramatis.

“Pacarnya siapa sih ini!!” ucap Zayn gemas, kali ini Flora tidak bisa melindungi pipinya yang selalu menjadi sasaran cubit.

Selama beberapa menit ke depan, mereka menghabiskan waktu dengan bernostalgia. Mulai dari awal pertemuan, sampai kejujuran Zayn yang membuat Flora ingin memutilasinya saat ini juga.

Siapa yang tidak kesal jika dirinya dulu hanya dijadikan pelampiasan? Apalagi saat yang kedua kalinya Flora sangat menyadari itu, tapi harus bersikap seolah tidak tahu apa-apa dan everything oke.

“Untung aku sayang ya bund,” cibir Flora, “Tapi kamu sampe ribut gitu tuh sama si Rama, berati tanpa sadar kamu tuh udah punya rasa sama aku.” Lanjutnya.

Zayn menggaruk kepala yang tidak gatal, dia juga heran sendiri kenapa saat itu meladeni sikap kekanakan Rama. Padahal bisa sajakan dia meninggalkan temannya begitu saja? Dasar labil, masalah cinta saja bisa merusak sebuah pertemanan.

“Tapi aku juga sempet ribut sama Elang tau.”

“Kenapa?” tanya Zayn penasaran.

“Ya gara-gara dia gak ngomong kalo dulu kamu masih sama Gina, padahalkan dia tau kalo dari dulu aku udah kelepek-kelepek sama seorang Zayn Valentino.” Jawabnya dari lubuk hati yang paling dalam.

“Kamu kenapa sih bisa suka sama aku?”

“Jangan bilang cinta dateng tanpa alasan!” sambar Zayn cepat, karena dia yakin Flora akan berkata seperti itu. Terbukti dari ekspresinya saat ini.

“Tau aja sih gantengnya aku ini,” ucap Flora sembari terkekeh, “Pertama dan yang paling utama itu kamu bisa nyanyi, jujur dulu aku langsung terhipnotis sama suara kamu. Nah, setelah kita chattingan, gak tau kenapa semua yang kamu lakuin ke aku tuh ngebuat aku nyaman. Gak heran sih, kan buaya paling pinter sama urusan gini.”

“Kata buaya betina,” timpal Zayn tak mau kalah.

Flora langsung mencubit perut Zayn, “Seenggaknya cowok-cowok di sekitar aku tuh cuma temen ya, gak kek kamu. Katanya temen, ternyata mantan.”

Bendera perang sudah di kibarkan oleh Flora, sepertinya dia sudah tidak segan untuk menguak masa lalu yang cukup menyakitkan itu. Karena bagi seorang wanita, sebuah sakit yang di rasakan oleh hatinya tidak akan menghilang begitu saja. Kalau kata Krispati itu tak lekang oleh waktu.

“Terus aja jelek-jelekin aku, gakpapa aku ikhlas. Apa sih yang enggak buat Flora tercinta,” ucap Zayn membuat Flora mual seketika.

“Kalo mau ngegembel jangan disini ya mas,” balas Flora langsung berlalu begitu saja.

Baginya ini sudah cukup, semoga saja nanti Zayn akan mengerti apa alasan dia menjadi seperti ini. Tinggal menghitung waktu saja dan semua akan kembali pada posisinya.

°°°

Hadudu, jadi mau si Flora tuh apa sih gaes? Author sampe bingung sendiri loh dibuatnya:(

Penasaran sama kelanjutannya? Langsung aja kuy vote dan komennya😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang