Chapter 23

6 4 0
                                    

Malam minggu kelabu. Mungkin itu kalimat yang cocok dimiliki Flora saat ini, karena sedari tadi pikirannya terus dipenuhi dengan perkataan Zayn. Seharusnya hari ini adalah hari sibuk semua karyawan kafe, tapi sekarang Aang harus merelakan pendapatannya demi menjaga keadaan yang sedang memburuk.

Rama dan Gina. Dua orang yang tidak asing ternyata memiliki ikatan sendiri, namun yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Flora tidak mengetahui hal itu? Munginkah Rama sengaja menyembunyikannya atau ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh mereka? Lagi-lagi Flora menghela nafas, pikirannya semakin penuh sesak ditambah dengan perilaku Zayn sekarang.

“Apa lagi yang belom gue tau?” gumam Flora masih dengan posisi rebahan, matanya terus melihat ke langit-langit dan sesekali terpejam saat kepalanya terasa berat.

Beberapa kejadian terlintas di benaknya dan saat itu juga Flora langsung terbangun, sepertinya memang ada sesuatu yang belum terpecahkan. Elang, Zayn dan Rama sudah bersahabat sejak kecil, tentunya mereka saling mengetahui satu sama lain. Gina sendiri adalah sepupu Rama dan menurut perkiraannya Rama selalu menceritakan apapun kepada dia. Lalu Zayn, dia seakan terjebak dalam satu ikatan tetapi yang membuat semua menjadi tidak masuk akal adalah mengapa kejadian itu bisa terjadi? Apakah memang sudah direncanakan?

Flora langsung bangkit dan segera bersiap, masa bodoh dengan malam yang kian larut pokoknya dia harus menemui salah satu diantara mereka. Dia ingin sedikit clue agar pertanyaannya bisa terjawab, setidaknya dia bisa menerka dan mencari kebenarannya sendiri. Masalah dia yang terlalu ikut campur itu bisa diurus nanti, karena saat ini dia memang sudah terlanjur masuk dalam masalah mereka.

Zayn Ganteng

Gue ada di depan, keluar sekarang!

Hanya butuh waktu lima menit yang ditunggu akhirnya keluar dengan muka bantal dan itu sukses membuat hati Flora diselimuti oleh rasa bersalah. Tetapi rasa itu kalah dengan rasa penasaran yang terus menghantuinya, alhasil dia memasang cengiran kuda terlebih dahulu sebelum akhirnya mengatakan maksud dan tujuannya kesini.

“Cuma lo cewek gila yang berani dateng ke rumah cowok jam setengah dua belas malem!” dengus Zayn ditengah rasa kantuk.

“Harusnya karena gue cewek, lo bakal nawarin gue masuk. Bukannya dibiarin diluar, terus kedinginan kek gini.” Flora membalas seolah tidak merasa bersalah hingga akhirnya Zayn mendengus dan menyuruhnya untuk masuk.

Zayn langsung meninggalkan Flora yang sudah berada di ruang tamu selama beberapa saat, lalu dia kembali dengan dua gelas air dan juga sepiring cemilan. Walaupun tamunya sangat tidak tahu diri datang pada jam segini tapi dia sangat mengetahui bagaimana adab menyambut tamu.

Sorry gue ganggu dan keknya obrolan ini bakal sedikit gak enak apalagi lo lagi marah sama gue, cuma pertanyaan ini emang gak bisa gue tahan.” Flora mulai membuka percakapan.

“Ya udah cepetan gak usah berbelit kek gitu,” dengus Zayn sembari memutarkan kedua bola matanya malas.

Helaan nafas keluar dari mulut Flora, sepertinya dia tidak enak sendiri menanyakan hal itu kepada seseorang yang tengah menahan rasa kantuk itu. Saat ini dia menyesali keputusannya untuk bertamu ke sini, seharusnya dia lebih memilih ke rumah Elang saja yang keluarganya sudah sangat mengenal dirinya.

“Masalah Rama sama Gina,” Flora sengaja menggantung perkataannya dan melihat ke arah lawan, “Sedeket apa hubungan mereka?” tanyanya kemudian.

Kali ini balik Zayn yang menghembuskan nafas, haruskah dia menjelaskan semuanya disaat seperti ini? Apalagi bayangan wajah Gina masih terlihat jelas di pikirannya, dan pandangan meremehkan itu sangat membuat dirinya jengah.

“Kalo lo gak mau jawab it’s oke, gue bisa nanya itu ke Elang besok.” Kata Flora tak enak hati. Raut wajah yang ditunjukan oleh Zayn seakan sudah menjawab semuanya, mana mungkin gadis itu tega untuk membuka luka lama yang berusaha ditutupi oleh lelakinya?

“Lo udah bener dateng kesini, karena gue orang yang paling deket sama dia. Masalah dia sedeket apa pastinya deket banget, mereka sama-sama anak tunggal dan dulu sempet tetanggan jadi gak heran kalo mereka saling curhat entah itu masalah kerjaan atau cinta.” Zayn menjawab setengah hati namun itu cukup membuat Flora yakin bahwa apapun yang akan ditanyakannya nanti pasti akan membuahkan hasil.

“Emm…lo jadi keluar kota?” tanya Flora ragu dan Zayn pun menggeleng walaupun ada keterpaksaan disana.

Dengan tidak tahu dirinya Flora langsung mengepalkan tangan dan menyebut kata “yes” hingga membuat lelaki dihadapannya menaikan sebelah alisnya. Apakah keterpurukannya sekarang menjadi sumber kebahagiaan Flora? Tapi pikiran itu langsung ditepis oleh Zayn mengingat perlakuan yang diberikan oleh gadis itu hingga saat ini.

“Seneng banget ya keknya,” sindir Zayn membuat Flora terkekeh.

“Iya jadi gue bakal selalu deket sama lo,” jawab Flora masih dengan cengiran yang terlukis di wajahnya. Hanya saja itu hanya bertahan sebentar sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi serius, “Tapi bukan itu yang ngebuat gue seneng. Karena setelah gue telusuri kafe yang bakal jadi tempat kerja lo disana itu punya Bapak Gion Mahendra dan pastinya lo tau dong itu siapa?” tanyanya yang langsung dibalas dengan gelengan.

Flora menepuk keningnya dengan teriakan tertahan, jika saja ini masih pagi sudah pasti sumpah serapah terlontar untuk Zayn tercinta. Beruntung langit hitam itu menjadi penyelamatnya saat ini, “Dia itu bokapnya Gina, dan sebagai putri semata wayang Gina berhak untuk mengelola beberapa kafe. Termasuk yang lo kirim lamaran waktu itu.”

“Lagian gue gak habis pikir, kok bisa dunia sesempit ini? Perasaan dimana ada gue bayang-bayang si kunyuk satu itu pasti ada, mana hadirnya cuma bisa ngasih masalah lagi.” Gerutu Flora lalu menatap kedua bola mata yang sepertinya sudah kehilangan rasa kantuk.

“Kasih tau gue apa yang ada dipikiran lo.” titah Zayn tanpa banyak berbasa-basi, karena dia yakin sebenarnya Flora sudah memiliki maksud dan tujuan hingga nekat untuk datang tengah malam seperti ini.

Flora pun menyunggingkan senyum saat lelakinya begitu paham dengan apa yang ada di pikirannya, “Mereka punya sesuatu yang gak gue tau, dan gue rasa Gold Café cuma umpan tapi itu bukan tujuan mereka sebenernya. Gue sendiri gak begitu paham gimana masa lalu lo sama mereka dan kesalahan apa yang udah lo buat sampe semuanya jadi seperti ini, tapi semakin kesini gue paham kalo kehadiran gue jadi salah satu alasan mereka ngelakuin hal ini.”

“Jadi?” tanya Zayn tidak sabaran namun Flora hanya menyunggingkan senyum dan menatap manik mata hitam legam itu dalam.

Apapun yang terjadi nanti sudah Flora rencanakan, dan apapun resikonya akan dia hadapi walaupun harus seorang diri. Zayn pun sangat mengerti bagaimana watak gadis yang ada dihadapannya, jika memang itu berurusan dengan dirinya maka untuk apa dia harus berdiam diri? Rasanya semua hanya tinggal menunggu waktu saja, dan mungkin sebentar lagi. Hanya sebentar hingga ketidak sabarannya mulai menggelora.

°°°

Hadudu, makin banyak ya teka-tekinya. Author sendiri aja jadi bingung🥴

Btw langsung aja kuy vote dan komennya😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang