Chapter 38

12 4 0
                                    

“Ra, lo yakin?” bisik Zayn saat mereka sudah berada di depan bangunan bertuliskan Glory Café.

Flora mengangguk mantap, setelah menghembuskan nafas dia pun melangkahkan kakinya dan segera memasuki pintu pertama.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, apalagi saat matanya mulai mengitari sekitar. Ada rasa haru disana, ternyata memang benar jika usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Hanya saja, entah mengapa ada rasa yang jauh berbeda. Tempat ini tampak sama tetapi sangat asing baginya, seperti ada sesuatu yang sudah lama hilang. Tapi apa?

“Flora?”

Suara bariton itu membuyarkan lamunannya. Dia segera berbalik dan menatap ke sumber suara, dan disana telah ada Angkasa dan juga Elang. Mereka saling bertatapan tanpa ada sepatah kata yang keluar. Selama beberapa detik itu pula Flora menangkap apa yang menjadi kegelisahannya sejak memasuki ruangan ini, setiap degupan yang dia rasakan kini terasa begitu ngilu.

“Zayn, bisa jelasin?” tanya Angkasa datar.

Baru saja Zayn membuka mulut, namun dengan cepat Flora menggenggam lengannya hingga pandangan mereka saling beradu.

“Lo semua gak ada niatan buat nyambut gue? Atau seenggaknya say hai gitu setelah sekian lama gak ketemu?” tanya Flora menatap kedua lelaki yang ada dihadapannya secara bergantian.

Zayn yang baru menyadari situasi ikut mengernyit, dia juga merasa heran dengan respon kakaknya dan juga Elang. Bukankah dulu mereka sangat menyayangkan kepergian Flora? Jangan lupakan Elang yang selalu melindungi sahabatnya dalam keadaan apa pun. Tetapi saat ini, semua seakan berbeda.

“Zayn, ikut gue.”

“Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue?” sambar Flora cepat, dia menatap Angkasa tajam masih dengan tangan yang mencekal Zayn.

Angkasa berdecak, kedua bola matanya memutar seakan malas menghadapi gadis yang sudah lama tidak dia jumpai. Sedangkan Elang hanya diam menyaksikan semuanya, sepertinya dia tidak ada keinginan untuk membuat suasana kembali menghangat seperti dahulu.

“Jangan bilang lo ada di pihak Gina?” tanya Flora yang malah di jawab dengan kekehan.

PLAK!

“Gila ya lo!” sembur Flora dengan nafas memburu, “Lo gak tau perjuangan gue buat ngehidupin kafe ini? Sekarang lo malah nusuk gue dari belakang, dengan cara kek gini?”

“Lo gak kasian sama adek lo hah? Lo gak liat gimana menderitanya dia selama ini? Kenapa lo tega?!” teriaknya dengan tangis yang sudah tidak dapat dibendung.

Melihat hal ini, Zayn langsung membawa Flora menjauh. Dia hanya tidak ingin ada kesalah pahaman disini, meskipun tadi keterkejutan sempat menghampiri namun sebagai lelaki Zayn mencoba untuk bisa berpikir jernih.

“Lo jangan nge-judge gitu, kan belom ada bukti.” Zayn berkata selembut mungkin agar tidak semakin menyulut api yang sudah berkobar.

“Apa dengan dia nge-block semua sosmed gue itu bukan bukti? Apa dengan dia tau semua alur dari permainan Gina itu bukan bukti?”

“Gue kira lo cerdik, ternyata pikiran lo picik!” ucap Flora sambil menatap Angkasa.

“Kalo gue picik, lo apa?” tanya Angkasa begitu sarkas, “Dengan lo pergi dari sini, apa itu nyelesain masalah? Lo gak tau gimana gue mati-matian ngurus kafe ini biar gak ancur? Gue ngalakuin semua ini demi Glory!”

“Tapi Glory gak akan kek gini tanpa gue!” Flora kembali meninggikan intonasi.

Bugh!

“Gue pikir lo ada di pihak gue, ternyata yang ada di pikiran lo cuma diri lo sendiri!” ucap Zayn penuh penekanan.

Mereka saling melayangkan tatapan mengintimidasi, berbeda dengan Flora yang sudah duduk bersimpuh. Dia hanya tidak habis pikir dengan skenario yang Tuhan buat, mengapa harus selalu seberat ini?

“Lo tau semua ini Lang?” tanya Flora lirih, “Apa persahabatan kita selama sebelas taun ini gak ada artinya? Apa selama ini cuma gue yang nganggep lo sahabat, sedangkan lo cuma nganggep gue boneka yang bisa lo mainin kapan pun sesuka hati lo, hah?!” intonasi Flora semakin meninggi diakhir kalimat.

Zayn merengkuh tubuh Flora, berusaha membuatnya berdiri agar tidak terlihat lemah dihadapan pengkhianat. Biar bagaimana pun juga, jalan yang mereka lalui sudah sangat panjang. Jadi sangat tidak mungkin jika mereka menyerah saat mengetahui fakta menyakitkan ini.

“Apa?” tanya Elang saat Flora sudah melayangkan tangannya, “Sekarang lo ringan tangan banget ya.” Sindirnya.

“Gue heran sama lo, kok bisa setelah sekian lama ngilang tapi rasa lo ke dia masih sama? Padahal yang dia kasih ke lo cuma luka, dan sekarang lo bersikap seolah gue tokoh antagonis?”

“Bukan gitu Lang-”

“Apanya yang bukan gitu?” satu sentakan langsung membuat Flora bungkam, “Dari dulu gue suka sama lo! Apa itu kurang jelas? Lo sengaja membutakan mata, dan gak ngeliat semua perjuangan gue buat ngelindungin lo dari hidung belang ini! Brengsek!”

Ditengah tangisannya, Flora terkekeh. Tak lupa dia memberikan tepuk tangan yang sangat meriah hingga membuat semua orang yang ada di sana bingung.

“Angkasa yang udah gue anggep kakak sendiri ternyata rela ngekhianatin adeknya demi bisnis. Terus, lamanya persahabatan ternyata gak nentuin kesetiaan seseorang. Lucunya itu cuma masalah hati.”

“Apa lo pikir gue disana gak menderita?” Flora berkata lirih, dia kembali menatap semua lelaki yang ada di sekitarnya.

Tangan Zayn terkepal, sudah gatal rasanya ingin menghabisi semua orang yang sudah membuat gadisnya menderita. Berbanding terbalik dengan Angkasa dan juga Elang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

“Ra, mending kita pergi.” Zayn menggenggam lengan gadisnya, namun Flora tetap diam.

Sudut bibir Flora terangkat, tatapannya kembali tertuju kepada salah satu karyawan yang sedari tadi melihat kejadian itu. Tanpa pikir panjang, dia meninggalkan Zayn dan menuju salah satu sudut kafe.

“Udah lama disini mas?” tanya Flora, tak lama kemudian dia membanting tubuh lelaki asing itu lalu memegang kedua lengannya dan mengunci pergerakannya.

Seakan mengerti, Zayn langsung menghampiri Flora dan mengambil barang yang sudah terlempar satu meter dari tempat serangan mendadak itu terjadi.

“Kaget?” tanya Flora saat menatap Angkasa dan juga Elang.

Sebelum bangkit, dia mengikat pergelangan tangan lelaki asing itu dengan tali yang di berikan oleh Zayn. Sisanya Flora serahkan kepada pemilik suara bass, dan sekarang dia berhadapan dengan dua orang yang sudah pucat pasi.

“Kenapa? Apa ada orang yang lagi ngawasin kita?” untuk kesekian kalinya Flora memberikan pertanyaan, hanya saja tidak ada satu pun respon yang dia dapatkan.

“Zayn, keknya kita gak boleh cepet-cepet pergi deh. Kesian mereka, pasti selama kita gak ada kondisinya tertekan banget.”

Flora kembali memberikan tatapan yang sulit diartikan, sesekali dia menampilkan senyum smirk hingga sukses membuat orang yang ada dihadapannya merinding. Angkasa dan Elang sontak mundur saat melihat Flora semakin mengikis jarak, hanya saja …

“Flora awas!”

°°°

Holla gaes, makin bingung g tuh sama alurnya?🙄

Jujurly author juga sama bingungnya kok, gak ngerti lagi sama pemikiran mereka😭

Ya udin deh, langsung aja kuy vote dan komennya

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang