“Kenapa gue gak pernah beruntung kalo masalah percintaan? Apa gue gak pantes ngedapetin itu semua?” tanya Flora sambil terisak, seseorang yang ada dihadapannya hanya bisa terdiam menyaksikan.
Pasalnya sedari tadi Flora hanya sibuk mengoceh tanpa membiarkan lawan bicaranya angkat suara, dia hanya meracau tidak jelas. Sesekali menyalahkan takdir juga keadaannya yang sekarang, bahkan luka lamapun sering dia hubungkan dengan kegagalan kisah cintanya saat ini.
“Udah ngomongnya?” tanya Elang saat melihat temannya hanya diam menunduk, “Buat apa lo nyuruh gue ke sini kalo lo gak ngijinin gue buat ngomong?” tanyanya lagi yang hanya dibalas dengan gelengan.
Elang sangat mengetahui cepat atau lambat semuanya akan terjadi terlebih lagi dia sangat mengetahui karakter sahabatnya. Hanya saja ini kali pertama dia melihat Flora serapuh ini, bahkan saat dengan masa lalunya dia hanya menangis sekali lalu setelahnya seakan tidak terjadi apa-apa. Sedalam itukah dia menaruh rasa saat ini?
Hembusan nafas berat keluar dari mulut Elang, saat ini dia sedang memilih kalimat yang cocok agar tidak menyakiti perasaan wanita yang ada di depannya. “Gue udah pernah nasehatin lo kan? Dan sampai kapanpun gue gak akan ngelarang lo buat suka sama siapapun asalkan lo tau apa yang akan lo hadapin ke depannya.”
“Sebelumnya lo pernah nangis ke guekan waktu tau dia udah punya cewek? Terus kenapa sekarang lo nangis lagi untuk kedua kalinya? Bukannya ini keputusan lo sendiri buat membiarkan semuanya terjadi?” tanya Elang bertubi-tubi.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Flora semakin ingin menangis. Sejujurnya diapun tidak paham dengan perasaannya, bahkan dia sering sekali berdebat dengan dirinya sendiri. Apakah dia harus mempercayai perkataan Zayn atau membiarkan wanita itu terluka dengan perasaannya.
Kalau dibilang bodoh ya jelas Flora sangat menyadari hal itu. Dia tau persis rasanya akan sakit, tapi entah mengapa dia tidak menginginkan lelaki itu pergi. Dia rela hatinya selalu teriris asalkan lelaki itu berada disampingnya. Lagipula bersama dengannya atau berpisahpun rasanya tetap sama. Lalu untuk apa dia melepaskannya?
“Gue tau banget apa yang ada dipikiran lo sekarang, tapi apa lo tega ngebiarin diri lo terluka? Lo gak ada rasa kasihan gitu buat hati lo?” tanya Elang lagi setelah tidak mendapatkan jawaban apapun.
“Gue cinta sama dia Lang.” ucap Flora begitu lirih, bahkan saat ini dia tidak berani untuk menatap mata temannya.
“Cinta,” kata Elang sembari terkekeh, “Harus berapa kali lagi lo bego karena cinta? Lo udah disakitin sama dia, lo udah ditinggalin dia dan sekarang lo tau fakta kalo dia udah punya cewek dan lo tetep mau sama dia? Terus apa gunanya lo kesini minta pendapat gue kalo apa yang gue omongin cuma lo anggep angin lalu?” tanyanya bertubi-tubi.
Flora terdiam, dia sama sekali tidak sampai hati untuk membantah ucapan lelaki itu. Semua ini memang mutlak kesalahannya dan tidak ada satupun yang dapat mengubah keadaan selain dirinya sendiri. Hanya saja yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana? Bagaimana bisa dia berdamai dengan keadaan sedangkan hatinya sendiri belum menerima?
“Ra lo tau gue gimana, gitu juga sama gue. Tapi apa lo gak bisa ngerasain banyak orang yang sayang sama lo?” tanya Elang lagi yang hanya dibalas dengan tatapan mata tak mengerti.
“Gini loh, disini ada gue yang sayang sama lo. Gue gak mau orang yang udah gue anggap sahabat terluka sama temen gue sendiri. Di rumah ada keluarga terutama orang tua lo yang pasti lebih sayang sama lo, tapi apa? Lo milih buat nutupin semuanya dan bersikap everything ok karena gak mau mereka kecewa. Bukannya itu lebih jelas kalo rasa sayang lo ke si Zayn itu gak sebanding sama rasa sayang buat orang tua?” lanjutnya lagi.
Kali ini gadis itu mengangguk, mulai mengerti kemana arah percakapan temannya. “Disini satu-satunya yang salah itu diri gue sendiri, gue yang milih buat nyakitin diri sendiri. Terus apa gue gak sayang sama diri sendiri? Mungkin. Karena gue udah terlalu bego masalah percintaan.” Jawab Flora pada akhirnya.
Mereka diselimuti dengan keheningan, entah harus apalagi yang menjadi bahan perbincangan namun mereka tau hasilnya akan sama. Elang yang menginginkan temannya untuk mengakhiri kisah cintanya, juga Flora yang lebih memilih untuk bertahan.
“Lang kasih gue satu alasan kenapa gue harus berhenti.” Ucap Flora setelah sekian lama terdiam.
Elang terdiam, berusaha mencari alasan yang paling tepat agar tidak ada lagi pengganggu moodnya di pagi hari. Ya walaupun dia ragu semuanya akan membuahkan hasil, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?
“Dia gak baik buat lo.” alasan klise keluar begitu saja membuat Flora tersenyum miring, “Gue tau banget kalian berdua dan gue juga sangat tau kalo kalian itu keras. Yang satu pengen dia cuma jadi miliknya sedangkan satunya terlalu baik ke semua orang. Tapi ada yang gak lo sadari kalo ternyata lopun bersikap seperti itu.”
“Apa lo lupa kalo lo friendly? Sangking baiknya banyak banget temen yang mau deket sama lo, terutama cowok. Mereka pikir lo asik, tapi namanya pertemanan lawan jenis gak ada yang semuanya murni. Beberapa dari mereka mulai menyimpan rasa, tapi apa lo peka? Pada akhirnya lo cuma nganggep mereka temen dan saat itu mereka nganggep lo PHP. Yang jadi pertanyaannya apa lo peduli? Jelas enggak, nah ini yang lagi lo rasain ke dia.” Paparnya panjang lebar.
Flora mengangguk paham, tangisnyapun sudah reda sejak tadi. Apa yang dikatakan Elang memang sepenuhnya benar, “Tapi apa yang ngebuat lo berpikir kalo dia gak baik buat gue?” tanyanya lagi.
“Egois. Dia gak mikirin perasaan lo sama sekali. Dia gak mau kehilangan ceweknya tapi disisi lain dia juga masih mau berhubungan sama lo. Sedangkan lo tipe orang yang lemah sama ucapan dan janji seseorang, dan menurut gue itu poin terbesar kenapa dia gak baik buat lo.” jawab Elang mantap.
Senyuman manis terukir di bibir Flora hingga membuat Elang mengernyit, memangnya ada kalimat yang membuatnya tersenyum? Apa jangan-jangan temannya ini sudah hilang kewarasan hanya karena masalah cinta? Begitu kira-kira batinnya.
“Makasih karena lo udah sepeduli itu sama gue. Sekarang gue sadar dibalik sifat cuek lo ternyata selama ini lo merhatiin gue, dan makasih lo udah sesayang itu sama gue meskipun gue selalu nyebelin dan ngerepotin lo. Tapi maaf untuk kali ini saran lo gak akan gue terima, karena gue udah tau persis apa yang harus gue lakuin kedepannya.” Ucap Flora lalu meninggalkan Elang yang masih melongo tak percaya.
°°°
Sampe belut berbulu juga Flora gak akan bisa ngerubah pendiriannya ya gaes:(
Btw langsung aja kuy vote dan komen😚
See u💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Picollo Latte [✓]
Novela JuvenilBerawal dari kopi semua kisah terukir. Walaupun tidak ada yang mengetahui akankah semua itu berakhir menjadi kisah atau malah harus melepas yang terkasih. Hanya saja.... "Mencintai lo itu hak gue, dan sampai kapanpun lo nggak ada kewajiban buat ngeb...