Chapter 7

21 6 4
                                    

“Zayn tolong bawain dong, gak peka banget lo jadi cowok!” gerutu Flora sambil membawa beberapa barang.

Dengan cekatan Zayn langsung menghampiri gadis yang sedari tadi tidak karuan moodnya, sedangkan Flora hanya sibuk mengomel dengan kesalahan kecil yang dibuat oleh lelaki itu. Untung saja Zayn sedang berada di mode sabar, jika tidak pecah sudah perang dunia di mobil ini.

“Eh udah ashar, lo mau sholat dulu gak? Gue lagi halangan soalnya.” Ucap Flora yang langsung dibalas dengan anggukan.

Langsung saja Flora mengajak temannya ke kosan, dan sembari menunggu gadis itu sibuk membereskan beberapa aksesoris yang masih tertinggal di kamarnya. Tinggal dua balikan saja kamar Flora akan terbebas dari barang bawaannya, dan setelah itu dia harus siap mengucapkan selamat tinggal pada ruangan yang selama ini menjadi saksi bisu kerapuhannya.

Di tengah kesibukannya suara dering telpon menghentikan aktifitasnya, Flora melirik ke sumber suara dan tampaklah ponsel Zayn yang tergeletak begitu saja. Tanpa melihat siapa yang menelpon dia langsung mengangkatnya.

“….”

“Eh maaf gue bukan Zayn, kebetulan gue partner barunya dia dan dia lagi sholat.” Jawab Flora ramah.

Beberapa percakapan singkat terjadi sebelumnya hingga sambungan itu terputus. Tepat setelah itu Flora langsung terduduk lesu, perasaannya begitu campur aduk. Dia bingung harus bagaimana, apakah dia harus diam dan memasang topeng bahagianya ataukah menuruti egonya?

“Lo kenapa? Capek ya? Biar gue aja deh yang angkut-angkut, lo tinggal pamitan ke ibu kos terus langsung ke mobil aja ya.” Zayn mengambil keputusan.

Tanpa banyak bicara Flora hanya mengangguk dan memberikan ponsel milik lelaki itu kepada pemiliknya, setelah itu dia langsung meninggalkan Zayn begitu saja. Lagipula tidak ada barang yang harus disembunyikan, jadi dia begitu mempercayai semuanya kepada teman barunya.

Disisi lain Zayn sangat terkejut saat melihat ada satu panggilan tidak terjawab di ponselnya, dan tidak menutup kemungkinan kalau Flora sempat berbicara kepada orang di seberang sana. Hanya saja Zayn langsung mengedikan bahunya acuh, yang harus dia lakukan sekarang adalah membereskan barang milik temannya atau semua akan berubah menjadi kacau.

“Udah?” tanya Zayn saat melihat Flora sudah duduk manis di dalam.
Tidak ada satu katapun yang keluar, dan itu membuat Zayn paham bahwa gadis ini sedang berada di tahap gerakan tutup mulut. Jadi sia-sia saja kalau dia mengajaknya bicara, yang ada dia seakan sedang bicara dengan tembok hidup. Tentu saja hal itu akan memicu emosinya.

Selama perjalanan tidak ada percakapan yang tercipta, sesekali Zayn melihat ke arah gadis disampingnya. Dia tidak tertidur, tapi tatapannya terus tertuju ke samping jendela seakan-akan pemandangan diluar lebih menarik. Disini Zayn menyadari bahwa diamnya orang yang ceria akan terlihat lebih menyedihkan.

“Gue tau ada yang mau lo omongin.” Zayn memancing pembicaraan.

Flora mendengus, lagipula untuk apa menutupi semua? Sudah pasti dia akan mengetahui semuanya, “Tadi yang nelpon itu cewek lo?” tanya Flora pada akhirnya.

Zayn menggeleng tegas, “Dia temen curhat gue, sama kek gue ke lo aja gimana.” Jawabnya sambil melirik sekilas.

Flora mengangguk dan kembali memalingkan wajahnya, “Tadi dia bilang bales chat, penting katanya.”
Itu merupakan kata terakhir yang diucapkan Flora, sisanya dia kembali terdiam dengan kepala terarah ke arah jendela. Membiarkan Zayn bernyanyi sesuka hatinya tanpa berniat untuk membuka mata, walaupun sebenarnya mulutnya sudah gatal untuk ikut bersenandung. Hanya saja kini rasa gengsinya sedang tinggi, dan dia merasa sedang menjadi wanita seutuhnya.

Dua jam berlalu dengan lambat, karena bosan Flora melihat ke arah ponsel. Tangannya terus menscroll semua sosial media yang dia miliki meskipun tidak ada satupun yang menarik perhatiannya. Untung saja sebelum berangkat dia sudah memberi tahu Zayn untuk tidak membawanya ke rumah, jadi sekarang dia tidak usah susah payah untuk mengeluarkan suaranya.

“Betah banget ya selama perjalanan diem,” kata Zayn mengambil sembarang topik.

“Terus gue harus ngomong apa? Gak ada yang perlu diomongin jugakan.” Jawab Flora ketus.

Zayn mengusap kepala Flora gemas, “Lo kenapa sih hm? Keknya gak suka gitu jalan bareng sama gue.” Katanya dengan kekehan. Tapi hal itu sukses menampar Flora, karena jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat bahagia bisa berada sedekat ini dengan lelaki yang selalu ada dalam pikirannya. Hanya saja waktunya salah, seharusnya mereka tidak bertemu disaat seperti ini.

“Gue cuma masih kesel aja sama takdir,” jawab Flora pada akhirnya.
Hening kembali menyelimuti, Flora tidak tau jika lelaki disampingnya ini sangat tau penyebab dia menjadi seperti ini. Tapi sama seperti lelaki pada umumnya, Zayn memilih untuk diam. Menguji seberapa kuat dia bertahan, atau sampai mana gengsi gadis itu berada. Karena sepengetahuan Zayn, Flora bukan tipikal orang yang bisa memendam. Tapi anehnya sampai sekarang gadis itu masih betah untuk mengabaikannya.

“Berapa lama lo temenan sama Elang?” pertanyaan pertama diucapkan oleh Flora setelah lama terdiam.

Zayn tersenyum tipis, sepertinya gadis ini sudah mulai bosan dengan keheningan. “Lama bangetlah, orang kita tetanggaan. Mungkin dari lahir gue sama dia udah jadi temen.” Jawabnya dengan kekehan.
Flora mengangguk, “Kalo sama Rama?”

“Sama aja.” Jawab Zayn singkat, karena sejujurnya dia tidak suka dengan topik yang dibawa oleh Flora. Lagipula untuk apa dia menanyakan teman laki-lakinya? Namun beberapa menit kemudian dia tersadar, apa haknya untuk cemburu?

Dibalik diamnya Flora tau kemana dia harus melangkah, siapa orang yang paling tepat untuk menjadi sandarannya. Tapi tentu saja semua itu tanpa sepengetahuan Zayn, karena semua rencananya akan hancur. Semua ini dia lakukan atas dasar hati, dia hanya tidak ingin tersakiti. Biar saja semua rasa itu hadir di awal cerita sebelum semuanya berakhir semakin tragis.

“Lo mau kemana? Langsung ke kafe gue aja?” tanya Zayn saat kendaraanya telah berada di kota tercintanya.

“Disana ada kosan gak ya? Gak usah gede-gede, soalnya budget gue dikit nih,” jawab Flora kembali dilanda kebingungan.

Zayn berpikir sebentar, setau dia di daerahnya jarang sekali ada kosan. Mengingat lingkungannya jauh dari anak sekolah dan juga orang dinas kebanyakan sudah memiliki rumah sendiri. Jadi untuk apa susah payah menyewa kosan? Kecuali jika mereka sedang ada masalah rumah tangga.

“Bawa gue ke rumah Elang aja ya, gue belum tau soalnya. Sekalian mau silaturahmi ke mamahnya.” Kata Flora membuat Zayn membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna.

°°°

Hayo loh, giliran lagi mewek baru inget sahabat. Dasar human😪

Langsung aja kuy vote dan komen masal biar author semangat nulisnya😚

See u💜

Sweet Picollo Latte [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang