Flora menyenderkan tubuhnya dengan peluh yang memenuhi kening, seharian ini dia sudah bekerja keras dan sekarang dia membutuhkan sedikit waktu untuk beristarahat. Hanya saja meskipun badannya tidak bergerak pikirannya terus saja dipenuhi dengan berbagai hal, mulai dari dekorasi kafe juga beberapa hal lainnya.
“Thanks udah ngebuat kafe ini jadi lebih baik.” Angkasa menghampiri Flora dengan dua cangkir kopi digenggamannya.
Flora mengangguk dan menerima kopi itu, “Kafe ini masih banyak kurangnya kak, Keknya kita harus ngebahas hal ini sebentar deh. Zayn mana?” tanyanya saat mendapati pujaan hatinya tidak terlihat sejak tadi.
“Dia lagi ngebenerin beberapa dekorasi di atas, mau gue panggilin?” Angkasa kembali bertanya yang hanya dibalas dengan anggukan.
Sambil menunggu waktu, Flora memutuskan untuk lebih memperhatikan dekorasi dan mengambil beberapa kertas dari kasir, selembar menu yang tersediapun turut diambil olehnya. Kali ini dia lebih tau apa yang akan dibahas, semoga saja pembahasan ini tidak memerlukan waktu lama mengingat kafe ini sangat membutuhkan pemasukan.
“Oke karena udah kumpul semua gue bakal ngomongin beberapa hal, tapi yang paling pertama masalah dekorasi. Ada yang mau ngasih masukan?” tanya Flora membuka percakapan.
Zayn dan Angkasa tampak berpikir sejenak, “Gue rasa outdoor harus lebih di rapihin lagi sih, soalnya kek masih kosong gitu.” Ucap Zayn.
“Oh iya gue masih belom paham sama konsep dekor kita.” Angkasa memberikan cengiran kuda yang membuat kedua orang dihadapannya menepuk kening secara bersamaan.
“Kita bahas masalah konsep dulu aja ya,” kata Flora dengan bolpoin yang sudah setia digenggamannya. “Nama kafe kita Glory café dan sesuai dengan artinya kita harus ngebuat ini jadi sesuatu yang sederhana tapi elegan. Kita harus nunjukin ke orang-orang kalo kafe ini bisa jadi pemenang diantara yang lainnya. Sampe sini ada yang mau ditanyain?” tanyanya yang langsung dibalas dengan gelengan.
“Masalah outdoor kita bisa pake tumbler di batang pohon tapi jangan yang colourfull, kalo bisa warna gold atau warm white itu bagus. Kita buat itu se-nature mungkin biar orang-orang bisa ngerasain sensasi alam. Jadi besok kita beli tumbler sama beberapa pajangan buat di dalem, soalnya menurut gue ini masih banyak kosongnya sih.” Flora mencatat beberapa poin dari perkatannya sendiri.
“Eh lo udah mesen lampu nama yang bakal dipajang di depan?” tanya Flora kepada Zayn.
“Udah, katanya lusa baru dateng sekaligus pelunasan.” Jawab Zayn. “Eh lo bilang katanya daftar menu harus di rubah?” kali ini Zayn yang bertanya terlebih dahulu dan langsung dibalas dengan anggukan.
“Daftar menu kita terlalu standar dan campur aduk gak karuan. Seenggaknya kita harus nge-highlit satu menu yang jadi ciri khas kafe ini, itu bisa dari minuman atau makanan terserah kalian. Cuma saran gue cari menu yang beda dari yang lain dan namanya bisa dirubah sedikit biar lebih menarik.” Flora memaparkan pendapatnya.
Selama beberapa menit ke depan tidak ada satu orangpun yang mengeluarkan suara. Angkasa terlihat sedang berpikir keras sedangkan Zayn sibuk merapihkan layout untuk buku menunya. Flora sendiri hanya bisa menghela nafas pasrah, ternyata kerja sama dengan kaum adam hanya bisa membuatnya mengelus dada.
“Hewoo, keknya disini kagak ada orang ya?” tanya Flora kesal sembari meneguk kopi yang sudah lama mendingin. Walaupun begitu tetapi pikirannya tetap bekerja sesekali melihat ke arah kopi yang sudah tersisa separuh. “Lo semua suka sama kopi ini?” tanyanya lagi dan sekarang dia mendapatkan respon meski hanya sebuah anggukan.
“Picollo,” gumam Flora lalu dia memukul meja, “Sweet Picollo Latte, itu menu utama kita. Gimana?” tanyanya antusias.
“Tapi lo tau sendirikan rasanya gimana? Kalo mau manis ya harus ditambahin gula secara terpisah.” Sanggah Angkasa yang langsung mendapatkan persetujuan dari Zayn.
Flora menghembuskan nafas, “Masalah perkopian kalian yang paling tau, dan sekarang tugas kalian buat takaran antara kopi dan gula biar manisnya pas dan ngebuat para pecinta kopi ngerasain sensasi tersendiri. Manisnya sih jangan sampe over, pokoknya gue percayaan itu ke kalian oke!”
Jika sudah begini Zayn dan Angkasa hanya bisa menghela nafas pasrah saja, lagipula semua yang dilakukan oleh Flora demi kebaikan kafenya. Merekapun sudah sangat bersyukur karena hadirnya Flora sangat membantu banyak dengan pengeluaran yang bisa dibilang minim.
“Oh iya gue lupa, tambahin cake and cookies ya di menunya. Tenang aja itu bagian gue, kalo misalnya kita kewalahan lo bisa buka loker lagi kok buat posisi waiters.” Ucap Flora yang lagi-lagi hanya dibalas dengan anggukan.
Setelah melalui hal yang cukup berat Flora dapat menghembuskan nafas dengan lega, dia menatap ke arah kertas yang sudah dipenuhi dengan tulisannya. Beberapa dia simpan untuk sendiri sedangkan apa saja yang harus dibeli dan data pengeluaran bulan ini dia serahkan kepada Angkasa juga Zayn.
“Makasih udah mau berpartisipasi buat semua ini, padahal lo tau kerjaan lo ini gak akan dapet fee sepeserpun.” Ucap Angkasa tidak enak hati.
Flora tersenyum dan menatap ke arahnya, “Gue ngelakuin ini tulus kok kak,” ucapnya lalu mengalihkan pandangan ke arah Zayn. “Salah satu alasan gue ada disini karena Zayn, jadi sangat gak mungkin kalo gue ngebiarin kalian terpuruk ke depannya. Lagian gue udah bersyukur banget kok udah diterima disini.” Lanjutnya tanpa menghilangkan senyuman yang sedari tadi terukir di wajahnya.
Zayn membalas senyuman yang tampak tulus itu lalu tangannya mengusap puncak kepala Flora, “Kita yang harusnya bersyukur karena lo udah banyak banget ngebantu dan selalu ada terutama buat gue, dan gue rasa kata terimakasih aja gak cukup buat semua perbuatan lo.”
Suara kekehan keluar dari mulut Flora, “Gimana bisa seorang Zayn ngeluarin kata-kata kek gitu? Padahal beberapa hari kebelakang lo orang yang paling bertekad buat ngejauhin diri dari gue.” Ucapnya hingga membuat suasana canggung seketika, tentu saja itu membuat Flora semakin mengencangkan kekehannya.
Dia menatap Zayn dalam, “Kalo terimakasih gak cukup gue rasa lo lebih tau harus ngapain.” Ucapnya lalu bangkit dan menepuk bahu lelaki yang sedari tadi tercengang dengan ucapannya.
“Besok dua jam sebelum buka kita beres-beres dulu ya, dan sekarang gue pamit.” Flora segera berlalu meninggalkan kedua lelaki yang masih tidak paham dengan tingkahnya.
°°°
Jadi kalo terimakasih aja gak cukup, Zayn harus ngapain nih guys?
Yuk votenya dikencengiin, komen-komen juga bisa dong🥴 Disini authornya gak gigit seriusan:(
Ya udah deh, see u para readerskuu😚💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Picollo Latte [✓]
Teen FictionBerawal dari kopi semua kisah terukir. Walaupun tidak ada yang mengetahui akankah semua itu berakhir menjadi kisah atau malah harus melepas yang terkasih. Hanya saja.... "Mencintai lo itu hak gue, dan sampai kapanpun lo nggak ada kewajiban buat ngeb...