DS 6 : Amarah dalam Gairah

16K 233 2
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

^^^

"Ayolah Sean, temani aku sebentar saja. Ini juga mau Mommy-mu."

"Aku sudah berjanji untuk menemani Lea hari ini, Cam."

"Kau bisa jalan dengannya setelah bersamaku Sean." Lea meremas ujung dress yang dikenakannya ketika mendengar percakapan Camella dan Sean. Acaranya akan gagal karena Camella. Lea tak bisa jika terus begini.

"Daddy pergi saja bersama Aunty Camella. Aku akan meminta grandma untuk membawaku pulang." Lea yang sudah siap untuk pergi muncul ditengah tengah Sean dan Camella. Sean yang mendengar ucapan Lea langsung menatap tak suka.

"Kau akan tetap disini, Lea." Sean menggeram. Lea menggelengkan kepala.

"Aku mau pulang." Lea menatap Sean sembari mengucapkan itu dengan lantang.

"Biarkan saja Lea pulang, Sean. Itu maunya sendiri. Bukankah kau sayang padanya? Ya sudah turuti saja maunya."

Lea menatap Camella yang memeluk lengan kokoh Sean. Lea harus bersabar melihat pemandangan itu. Masih dengan keberaniannya yang tak seberapa, Lea kembali bersuara.

"Aku mau pulang Dad." Lea kembali bersuara. Kini mata Lea menyorotkan penuh harap.

"Se-,"

"Diam Camella! Lebih baik kau pergi dari sini sekarang!" Sean membentak Camella yang sedari tadi ikut campur.

"Tap-,"

"Pergi Camella!" Mendengar bentakan Sean yang kembali keluar, Camella bungkam. Dia melepas tangannya dari lengan Sean dan perlahan mundur. Hingga akhirnya, Camella benar benar pergi dari sana.

Kini hanya tersisa Sean dan Lea. Melihat Sean yang menatap tajam kearahnya, Lea meneguk saliva susah payah. Dia benar benar merasa takut.

"Kau ingin pulang, Lea?" Sean bergerak mendekati Lea tanpa melepas pandangannya dari Lea. Dengan ragu, Lea mengangguk kecil.

"Kau yakin?" Lea melangkah mundur ketika Sean semakin dekat. Jantungnya berdebar keras melihat tatapan Sean. Kakinya sedikit bergetar.

"Kau yakin ingin pulang sekarang, Lea?" Sean menarik pinggang Lea agar mendekat kearahnya. Lea semakin takut. Dia belum siap menghadapi kemarahan Sean.

"Jawab pertanyaan Daddy, Lea!" Sean menggeram marah. Lea memejamkan mata dengan jantung semakin berdentum keras.

"Iya, Dad."

"Baiklah, jika itu maumu Lea."

"Daddy!" Sean memekik ketika Sean mengangkat dan menaruhnya di bahu kokoh Sean. Lea mumukul punggung Sean. Namun, Sean malah membawanya masuk ke kamar.

Sean lantas menjatuhkan Lea di ranjang. Gadis itu kembali memekik. Saat akan bangun, Sean menahannya. Sean menindihnya dan memegang kedua tangannya.

Sean tiba tiba menciumnya. Sedikit lebih kasar dari biasanya. Ya, Lea tahu jika Sean pasti sedang marah. Tapi, Lea tak mau amarah itu dilampiaskan dengan berhubungan intim.

"Mhhhhh...." Lea berusaha memberontak. Ini pertama kalinya Lea menolak Sean.

"Daddy akan membuatmu tak bisa pulang sekarang baby." Sean berbisik sensual seusai melepas pagutannya.

Detik berikutnya Sean langsung melepas semua pakaian yang Lea juga dirinya kenakan. Hingga keadaan mereka benar benar tak memakai sehelai benang pun. Lea merasa takut karena baru kali ini Sean menggunakan emosi saat akan menyentuhnya. Reflek Lea menutupi dada dan kemaluannya menggunakan tangan mungil yang ia miliki.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang