DS 30 : About Alicia

2.5K 106 4
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

●●●●●

Lea memandang pantulan dirinya di cermin. Dia tersenyum karena merasa penampilannya sudah sempurna. Dia pun segera menyusul Sean yang sudah menunggunya di lantai bawah. Dia menuruni tangga dengan sangat hati-hati karena takut terjatuh.

"Daddy!" Panggil Lea membuat Sean mengalihkan pandangannya dari ponsel. Sean tersenyum karena melihat Lea yang tampil begitu cantik.

"Kau tampak lebih cantik setelah memotong poni dan meluruskan rambutmu, baby," puji Sean membuat Lea tersipu.

"Tampak lebih dewasa bukan?" Tanya Lea menaikturunkan alisnya.

"Sedikit," jawab Sean. Lea tersenyum lalu menggandeng Sean dan keluar dari rumah.

Mereka memasuki mobil dan segera mobil yang dikendarai Hans melesat di jalan raya yang lumayan sepi. Selama perjalanan, Lea terus memeluk lengan Sean. Mulutnya sembari bersenandung kecil. Sean tersenyum tipis. Menggemaskan melihat Lea yang begitu manja.

Tak lama, mobil mereka berhenti di sebuah kantor polisi. Beberapa orang yang mengetahui Sean langsung memberi sapaan hormat. Sean hanya membalasnya dengan senyuman. Melihatnya, Lea ikut tersenyum. Sean tak lagi cuek ketika ada orang yang menyapa.

"Siang, Mr Max. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang petugas kepolisian menyapa Sean.

"Saya ingin bertemu dengan Albert John Franklin."

"Baiklah, Tuan tunggu saja di ruang temu."

Sean dan Lea langsung menuruti intruksi polisi tersebut. Tak menunggu waktu lama, Albert masuk dengan tangan di borgol. Wajahnya yang dulu tampak segar telah berubah begitu kusam.

"Sean, syukurlah kau datang kemari. Tolong cabut tuntutannya. Aku janji setelah kau mencabut tuntutanmu, aku akan pergi jauh dari keluargamu," ucap Albert penuh harap. Sean hanya tersenyum miring lantas menggeleng sekilas.

"Atas perbuatanmu pada Alicia dan Lea, aku tak akan mencabut begitu saja tuntutanku," ucap Sean.

"Kalau begitu kenapa kau kemari menemuiku? Kau ingin melihat diriku yang tersiksa?" Albert bertanya dengan mata yang penuh sorot amarah.

"Lea ingin tahu keberadaan ayah kandungnya," ucap Sean dengan begitu dingin. Albert tersenyum miring lantas menggeleng.

"Aku tidak tahu."

"Jangan bohong! Lea pernah mendengar kau menyebut satu nama. Itu pasti nama ayahnya kan?"

"Kalau pun aku tahu, aku tidak akan memberitahu. Aku tidak mau kalian semakin bahagia di atas penderitaanku," ucap Albert. Sean mengepalkan tangan. Tahu Sean marah, Lea segera menenangkan dengan menggenggam tangan suaminya itu.

"Kumohon, beritahu keberadaan ayahku. Aku janji akan menyuruh Daddy untuk meringankan hukumanmu," ucap Lea.

"Apa maksudmu, Lea? Aku tidak akan pernah meringankan hukumannya. Biar dia mendapatkan balasan atas perbuatannya. Kita bisa cari ayahmu dengan orang-orangku."

"Dad, jangan egois. Tidak mudah mencari ayahku dengan orang-orangmu. Hanya Uncle Albert yang memudahkan kita," ucap Lea. Sean mendesah pelan sebelum akhirnya mengabulkan permintaan Lea.

"Baiklah, aku akan meringankan hukumanmu jika kau memberitahu keberadaan ayah Lea," ucap Sean.

"Kau tak berbohong?" Tanya Albert memastikan.

"Aku tak pernah berbohong jika menyangkut Lea."

"Oke, aku akan memberitahu. Ayah Lea bernama Christopher, Christopher Rudolf. Dia dulu temanku," ucap Albert. Dia lantas menceritakan sebuah kisah masa lalu.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang