Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.●●●●●
Sean memandang Camella yang dibawa keluar oleh Hans. Sean mengusir Camella karena wanita itu terus berteriak merasa tidak terima dengan keputusan Sean. Bahkan, Camella hendak melukai Lea. Jadi, rasanya tidak salah mengusir Camella pergi.
"Entah kenapa Mom merasa pusing dengan semuanya Sean. Satu sisi, Mom merasa bahagia karena akan memiliki cucu kandung. Tapi, sisi lain Mom merasa tidak tega dengan Cam. Dia seolah dipermainkan olehmu, Sean."
"Bisakah kita bicarakan masalah kita nanti Mom? Aku ingin berbicara dengan Lea," ucap Sean.
"Kau mengusir orang tuamu sendiri?" Tanya Sovia sinis. Sean memutar bola matanya.
"Sudahlah, kita turuti saja Sean. Biar dia berbicara dengan Lea." Andrew menarik Sovia keluar dari ruang rawat. Sovia sempat mendumel, tapi dia menurut saja. Toh, memang Sean dan Lea harus berbicara.
"Baby," panggil Sean kemudian mengusap perut Lea yang masih datar. Lea tak tersenyum. Dia malah menatap Sean dengan sorot mata yang sulit terbaca.
"Aku tak meminta Daddy untuk menikahiku. Aku bisa merawat anakku sendiri," ucap Lea.
"Anak kita, Lea. Bukan anakmu saja," ucap Sean berhenti sejenak. Lalu, dia melanjutkan ucapannya. "Kau memang tak memintaku untuk menikahimu. Tapi, Daddy ingin menikahimu."
Lea terdiam menatap mata Sean. Dia memang munafik. Dia terkesan menolak keputusan Sean, padahal dia memang ingin menikah dengan Sean. Dia ingin hidup bersama Sean sebagai istri dari Sean dan Ibu dari anak Sean. Tapi, dia tak mau hidup bersama Sean disaat Sean mencintai orang lain. Dia tak mau menikah atas dasar tanggung jawab saja.
"Kau sudah bertunangan dengan Aunty Cam. Kau mencintai Aunty Cam. Bagaimana bisa aku menjadi orang ketiga yang menghancurkan hubungan indah kalian?"
"Tidak Lea, kau bukan orang ketiga. Aku juga tidak mencintai Cam. Aku bertunangan dengannya, lalu akan menikah dengannya itu atas dasar paksaan orang tua Cam." Sean menatap dalam mata Lea. Mata itu sangat indah dan menyorotkan kepolosan. Sayangnya, kepolosan itu telah Sean rusak.
"Jika nanti ada yang disalahkan, maka akulah yang patut disalahkan. Aku terlalu lambat mengambil keputusan untuk memilikimu secara resmi. Aku terlalu bodoh sehingga aku tak menyadari perasaanku padamu, baby. Hingga semuanya menjadi rumit dan semua salah menuju padamu." Sean menggenggam tangan Lea begitu erat.
Sean mengingat semua perlakuan jahatnya pada Lea. Dia mempermainkan wanita polos itu demi sebuah balas dendam dan kepuasan tersendiri. Dia merenggut keceriaan dan kebahagiaan yang Lea miliki. Dia telah menjerumuskan Lea kepada masalah rumit. Sean adalah makhluk bejat yang telah merenggut semua hak Lea.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Hidupku menjadi lebih berwarna karenamu dan hidupku hampa saat kau pergi, Lea. Maaf selama ini aku menyakitimu. Maaf aku telah merenggut semua hak-mu. Hak-mu untuk tersenyum, hak-mu untuk tertawa, dan hak-mu untuk bahagia." Sean mencium tangan Lea. Dia meneteskan air mata mengingat betapa bajingan dan brengseknya dia pada Lea.
Lea menatap Sean tak percaya. Pria itu mengungkapkan kalimat yang sedari dulu Lea harapkan. Dia juga tak menyangka Sean akan menangis untuk dirinya. Rasanya sulit menerima ini nyata, bukan mimpi.
"Jujur, aku membenci Daddy saat Daddy memperlakukanku begitu buruk. Tapi, aku tak menampik kalau semua kasih sayang dan perhatian yang Daddy beri, menimbulkan perasaan yang seharusnya tidak tumbuh. Aku juga mencintai Daddy, sejak Daddy memperkenalkan dunia yang sebelumnya tak aku ketahui."
"Kau sungguh?"
"Harusnya aku yang bertanya, seperti itu Dad. Apakah kau sungguh mencintaiku?"
"Aku sangat bersungguh-sungguh, Lea. Brian selalu menyadarkanku yang selama ini tidak sadar dengan perasaanku sendiri," ucap Sean. Lea menatap Sean begitupun sebaliknya. Mereka saling diam, sibuk pada pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Sean ✓
RomanceLeandra Jesslyn Anderson, gadis manis yang harus ditinggal ibunya saat masih kecil. Diangkat menjadi anak oleh Sean Max Anderson, kehidupan Lea menjadi tak seburuk anak lain yang ditinggal orang tuanya. Dia menjadi gadis yang terpandang dan kebutuha...