DS 1 : The Beginning of All

19.8K 369 11
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi. Happy reading

■■■■■■■■■■■■■■■

Kaki seorang wanita muda dengan pelan menuruni tangga. Langkahnya berhenti di dapur. Dia tersenyum ketika melihat punggung kokoh laki laki yang ia panggil Daddy.

Leandra Jesslyn Anderson, nama wanita itu. Dia sangat mengagumi kegagahan sang ayah angkatnya, Sean Max Anderson. Dia sempat marah ketika Sean mengambil kegadisannya beberapa minggu lalu. Tetapi, kemarahan itu hilang ketika ia mengingat kebaikan apa saja yang sudah Sean lakukan. Lagipula, teman sebayanya juga sudah banyak yang tidak perawan. Mengingat negara tempat ia tinggal memiliki aturan yang bebas.

"Daddy." Dia memanggil Sean dengan suaranya yang menggemaskan. Sean langsung membalikkan badan. Di tangannya terdapat sepiring makanan.

"Baby, sejak kapan kau disini?"

"Belum lama Dad." Lea tersenyum manis. Sean menyuruh Lea duduk. Lea dengan senang hati menurut pada Sean.

Mereka makan tanpa berbicara. Sean sesekali melirik Lea. Wanita berusia 17 tahun itu sungguh menawan. Dengan kulitnya yang putih dan wajahnya yang menggemaskan mampu membuat Sean selalu bergairah walau hanya sekedar melihatnya.

"Kau tak ke sekolah?" Sean bertanya setelah makanan di piring mereka sama sama habis. Lea hanya menggelengkan kepala lalu meneguk minumannya.

"Kenapa tak ke sekolah?"

"Aku sudah selesai ujian Dad, tidak ada yang penting di sekolah. Untuk apa aku ke sekolah?"

Sean baru ingat hal itu. Dia tak menyangka jika putrinya itu lulus begitu muda. Sean benar benar kagum dengan kecerdasan anak itu.

"Kau sama seperti ibumu. Tak hanya cantik, tapi cerdas. Sayang, kau harus jatuh di tanganku."

"Kalau begitu, ikutlah Daddy ke kantor."

"Tidak mau Dad, aku mau pergi bersama temanku saja."

"Daddy tak suka dibantah Lea." Sean berucap dingin penuh penekanan. Lea hanya menunduk. Dia tak suka jika Sean marah.

"Aku minta maaf Daddy." Lea bergumam lirih. Namun, masih bisa terdengar oleh Sean.

"Daddy maafkan, sekarang bersiap siaplah dulu." Lea mengangguk menuruti perintah Sean. Dia melangkah meninggalkan dapur dengan wajah yang sedikit muram. Dia tak tahu kenapa Sean begitu. Pemaksa dan tidak mau dibantah.

Beberapa menit kemudian, Lea akhirnya sudah rapi. Dia buru buru keluar kamar. Dia tak mau membuat Sean marah lagi karena keterlambatannya.

"Aku sudah siap Dad." Lea muncul di hadapan Sean. Tanpa berkata apapun, Sean menggandeng Lea keluar rumah.

Suasana di dalam mobil begitu hening karena tak ada obrolan antara Sean dan Lea. Sean begitu fokus menyetir. Sedangkan Lea hanya bisa memainkan kuku kuku jarinya.

Lea menghela nafas lega ketika sudah sampai tempat tujuan. Dia langsung turun dari mobil dan mendekat pada Sean. Bagai ekor, Lea berjalan di belakang Sean. Tak suka dengan posisi Lea, Sean langsung menarik Lea untuk berjalan di sampingnya.

Sean berjalan dengan wajah dinginnya. Dia mengacuhkan sapaan beberapa karyawan. Jujur, Lea merasa tidak suka dengan sikap Sean yang terlalu dingin pada karyawan. Tapi, Lea tak ada keberanian untuk menegur Sean.

Lea mengerucutkan bibir mendapat tatapan tak menyenangkan dari beberapa karyawan Sean. Untunglah, Lea semakin jauh dari mereka.

***

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang