DS 14 : Chaos

4.1K 126 7
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

●●●●●

Sean yang tengah duduk di ruang kerjanya melempar ponsel ke sofa ketika mendengar kabar dari orang suruhannya bahwa Zack menyatakan cinta pada Lea. Sean mencoba untuk bersikap biasa dan tak peduli atas hal itu. Namun, Sean tak bisa melakukannya. Membayangkan Lea dan Zack bermesraan benar-benar membuat darah Sean mendidih.

"Permisi, Mr. Anderson," ucap seorang karyawannya.

"Masuk," ucap Sean dengan nada dingin. Karyawan wanita yang menggunakan pakaian seksi itu mendekati Sean dengan gaya sensual. Tengah dilanda emosi, Sean tak memperdulikan godaan dari wanita itu.

"Ini laporan keuangan bulan ini, Sir." Veronica, perempuan itu menyerahkan berkas data keuangan. Sean langsung mengambilnya dan membaca berkas tersebut.

"Bagaimana bisa kita rugi sebesar ini Vero?!" Sean membentak dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Aaa-aku tidak tahu, Sir," ucap Veronica dengan nada takut. Sean menyugar rambutnya kemudian menghubungi Bryan. Dia menyerahkan segala urusan kantor pada sepupunya itu. Sean tak fokus bekerja karena pikiran dan hatinya tengah kacau.

Sean memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia merasa mungkin akan lebih membaik jika bersantai di rumah dengan beberapa minuman. Namun, ekspetasi Sean tak sesuai kenyataan. Ada kedua orang tuanya yang pasti akan membahas soal pernikahan. Tentu ini menjadi masalah baru.

"Kenapa kau pulang secepat ini Sean?" Tanya Sovia.

"Karena ingin," jawab Sean dengan singkat. Sovia mendengus karena sikap Sean yang terlalu dingin pada orang tuanya.

Sean lantas menuju kamar untuk istirahat. Sekalian dia ingin menghindari pembicaraan dengan orang tuanya. Sean tak mau kepalanya tambah pusing. Cukup urusan Lea dan pekerjaan saja yang membuatnya marah dan pusing.

Saat hari telah malam, Sean memutuskan turun dari kamar. Pikirannya sudah sedikit membaik. Dia pun menuju dapur untuk mengambil minuman. Setelah tidur begitu lama, Sean merasa haus.

"Sampai kapan kau akan tetap membujang dan tak memikirkan pernikahan, Sean? Usiamu makin hari itu makin tua. Kami orang tuamu juga. Kami ingin segera memiliki cucu darimu," ucap Sovia yang tiba-tiba datang ke dapur. Mendengar ucapan Sovia, Sean hanya menghela nafas dan membuang arah pandang. Dia paling tidak suka dengan pembicaraan ini.

"Bagaimana aku mau menikah Mom? Calon saja aku tidak punya."

"Itu salahmu sendiri yang tak pernah membangun hubungan serius dengan wanita. Kau hanya tahu bermain dan bersenang-senang," ucap Andrew.

"Kau bilang tak punya calon? Mommy sudah memilihkan Camella untukmu," ucap Sovia.

"Aku tidak mencintainya Mom. Lagipula Camella tak menyukai Lea."

"Cinta datang karena terbiasa Sean. Nanti kau juga akan mencintainya. Tentang Camella tak menyukai Lea itu kurasa masalah mudah. Lea sudah dewasa, dia bisa hidup sendiri. Dia tak akan mengurusi tentang kehidupanmu. Apalagi Lea juga sudah memiliki kekasih bukan?" Kalimat terakhir yang berupa pertanyaan dari Sovia membuat emosi Sean kembali terpancing. Tanpa mengucapkan apa-apa, Sean meninggalkan dapur dan kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Dia lantas meninggalkan rumah untuk mencari hiburan. Kepalanya benar-benar terasa ingin pecah karena banyak masalah yang dia hadapi.

***

Sean telah menghabiskan bergelas-gelas minuman beralkohol. Meskipun dalam keadaan tidak sadar, Sean bisa menolak beberapa jalang yang menggodanya. Saat akan minum satu gelas sekian kalinya, seseorang merebutnya. Sean mendesis kesal.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang