DS 10 : Sick

6.5K 186 8
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi. Happy reading.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Lea mengerjapkan mata ketika sinar matahari masuk ke dalam celah jendela. Ketika membuka mata, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Sean. Wajah tampan Sean yang terlihat damai saat tidur menurut Lea cukup menyejukan. Berbeda ketika pria itu membuka mata. Selalu saja aura yang keluar begitu menakutkan.

"Kau jahat. Tetapi, aku tidak bisa berhenti menyayangimu." Lea meletakkan tangannya di rahang Sean. Bisa ia rasakan ada bulu-bulu halus disana.

Lea berusaha melepas tangan Sean yang melingkar di perutnya. Tangan Sean yang cukup berat dan tenaga Lea yang kecil membuat Lea kesusahan melepaskan diri. Hingga Sean bergerak dan membuat Lea panik. Namun, bukannya membuka mata dan bangun, Sean malah mengeratkan pelukannya.

"Jangan bergerak, Lea," ucap Sean dengan mata yang masih terpejam.

"Aku harus kuliah."

"Aku akan memberi surat izin ke kampus bahwa kau tak kuliah hari ini."

"Kau memang suka berbuat semaumu sendiri."

"Lea, aku tak mau bertengkar lagi seperti semalam," ucap Sean setelah membuka mata. Dia duduk begitupun dengan Lea yang membungkus tubuh polosnya menggunakan selimut.

"Kau yang memulainya Sean. Kau yang ingin kita bertengkar karena perbuatan semaumu itu."

"Kau masih berani memanggilku dengan nama saja? Oke, Lea. Kau mungkin sudah tak membutuhkan aku lagi sebagai ayahmu. Kalau begitu, biar aku mencabut hak asuh atas dirimu kemudian menempatkanmu di tempat seharusnya kau berada jika aku tak mengadopsimu."

"Apa maksudmu?"

"Aku kan memasukanmu ke dalam sebuah club tak jauh dari rumahmu yang dulu."

"Kau memang jahat!"

"Kau sendiri yang membuatku jahat, Lea. Kau ingin pergi setelah aku mengasuhmu 14 tahun lamanya."

"Itu karena kau berubah Sean! Kau tak seperti dulu lagi yang menyayangiku dengan tulus. Kau tak seperti dulu yang bertingkah layaknya seorang ayah pada anaknya. Sekarang kau bertindak sebagai pria pada budak seks-nya. Aku juga manusia. Aku punya perasaan. Aku punya harga diri sebagai wanita. Jangan seolah kau membeliku." Lea menangis di tempatnya. Tangisannya seperti seorang anak yang kehilangan orang tuanya.

Sean duduk di tepi ranjang dengan mata tertuju pada jendela. Walau bagaimanapun, Sean telah merawat Lea hingga tumbuh menjadi remaja seperti sekarang. Dia melihat Lea tumbuh dari umur 4 tahun sampai 18 tahun. Dia pernah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Lea. Jadi, hatinya sedikit sakit mendengar Lea menangis begitu pilu. Tangisannya juga membuat hati Sean sedikit luluh.

"Tetaplah jadi anakku. Setidaknya sampai kau menikah nanti. Aku akan berusaha untuk berubah dan kembali seperti dulu," ucap Sean tanpa menoleh pada Lea. Dia memutuskan untuk menyerah pada ego-nya. Lebih baik dia benar-benar menjadi ayah untuk Lea daripada tetap bertingkah bukan seperti ayah dan dia kehilangan Lea.

Lea tertegun mendengar jawaban Sean. Dia tak menyangka Sean akan meruntuhkan rasa egois demi mempertahankannya. Tangis Lea pun berhenti. Dia menatap Sean dari belakang dengan sisa air matanya.

"Sekarang kau mandi. Lebih baik kau hari ini tak usah kuliah karena kau pasti tak akan bisa berjalan," ucap Sean yang masih membuat Lea diam di tempatnya. Sean lantas menuju jendela untuk melihat pemandangan pagi hari menjelang siang.

Setelah mengusap bekas air matanya, Lea melilitkan seprai ke tubuhnya dan bergerak menuju tepi ranjang. Saat akan beranjak, Lea meringis sakit. Miliknya begitu perih karena semalam Sean melakukannya dengan kasar dan begitu lama. Namun, Lea tetap berusaha untuk berjalan. Dia harus mandi agar tubuhnya terasa lebih segar.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang