DS 7 : Just Me and You

10.9K 227 29
                                    

[Baca author note, ya. Ada hal yang perlu kalian tahu. Maaf kalau aku maksa. Soalnya ini berkaitan sama cerita ini. Terima kasih.]

Happy reading.

^^^

Sean duduk di sofa depan tv dengan tangan memegang sebuah gelas berisi wine. Dia melamun membayangkan kejadian beberapa saat lalu dimana jantungnya berdetak sangat kencang ketika menatap mata Lea. Dia merasa aneh akan hal itu karena tak pernah mengalami hal ini setelah Alicia menyakitinya.

"Daddy." Sean tersentak dari lamunannya mendengar suara Lea di belakangnya. Sean segera menaruh gelas yang ia pegang dan menghampiri Lea.

"Ada apa baby?"

Sean memperhatikan Lea. Gadis itu nampak gugup dan ragu menatap matanya. Sean segera merengkuh tubuh mungil Lea dan membawa Lea ke pangkuannya. Dia memperhatikan wajah cantik Lea dari samping. Hingga sebuah kalimat tulus keluar dari mulut Sean.

"Maafkan perlakuan Daddy ya Lea?" Lea menoleh ke Sean setelah kalimat maaf keluar dari mulut Sean. Gadis itu menatap Sean tanpa berkedip. Hingga Lea tersenyum tipis kemudian mengangguk.

"Apa milikmu sakit?" Tanya Sean sekali lagi. Kepala Lea menggeleng pelan sebagai jawaban. Sean tersenyum lega.

"Boleh aku tanya sesuatu pada Daddy?" Lea bertanya dengan suara lembutnya.

"Tentu baby," jawab Sean sambil tersenyum.

"Seandainya aku tidak menyetujui Daddy dengan Aunty Camella, bagaimana?" Sean menyingkirkan anak rambut Lea ke belakang telinga. Pria itu mencium pipi Lea kemudian tersenyum.

"Memang apa alasanmu tidak setuju?"

Lea tersenyum palsu. Dia kira jawaban Sean akan menuruti kemauan Lea. Tetapi, Sean malah mengajukan pertanyaan itu yang terkesan Sean ingin tetap menikah dengan Camella. Lea membuang muka. Tubuhnya memang kecil, namun umur Lea cukup dewasa untuk mengenal cinta.

"Ternyata Daddy memang hanya memiliki nafsu untukku. Tak ada cinta sebagai wanita disana. Lalu, apa aku harus menerima semua perlakuannya jika aku hanya dijadikan pemuas nafsu semata?"

"Mungkin aku hanya tak ingin waktuku dengan Daddy menjadi berkurang."

Lea turun dari pangkuan Sean. Wanita itu kemudian mulai melangkah dengan wajah yang bisa dibilang menampilkan kekecewaan. Sejak Sean merenggut hal berharganya dan menjadikan Lea pelampiasan nafsu, rasa cinta seorang wanita pada pria semakin besar ada di diri Lea. Rasa enggan, marah, dan benci ketika Sean memintanya bercinta telah berubah menjadi biasa saja. Apalagi Sean selalu lembut padanya.

"Kau mau kemana Lea?"

"Aku akan berusaha tidur kembali Daddy. Aku merasa tubuhku pegal." Lea menoleh dan memasang senyum palsu.

"Oh, baiklah. Have a nice dream, baby."

Lea kembali tersenyum. Kakinya kemudian melangkah pergi dari Sean dan menuju kamar. Setibanya di kamar, Lea menjatuhkan diri ke ranjang kemudian membungkus diri menggunakan selimut. Lea memeluk bantal guling dengan erat. Perlahan tapi pasti, mata Lea mengeluarkan cairan bening. Mengingat semua yang telah terjadi membuat Lea merasa sedih, rendah, dan kecewa.

"Why me, God?" Lea membenamkan wajah ke bantal guling untuk meredam tangisnya.

Lea tidak mau berada di posisi seperti saat ini. Dia mencintai seseorang yang cukup mustahil untuk diraih. Lea merasa takdir cukup jahat padanya. Jika bisa memilih, Lea ingin ditakdirkan tidak diadopsi oleh Sean karena malah menjadi seperti ini.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang