DS 22 : Rumah Baru

4.1K 112 3
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

●●●●●

Mobil yang membawa keluarga Albert, termasuk Lea di dalamnya terparkir sempurna di sebuah rumah yang tidak lebih mewah dari rumah Sean. Lea memandang rumah itu sebentar kemudian turun dari mobil. Dia berdiri di samping Albert sambil menunggu koper di ambil dari bagasi.

"Maaf jika rumahku tidak sebesar dan semewah rumah Sean," ucap Albert. Lea menatap Albert kemudian tersenyum.

"Tidak apa-apa, Dad. Aku tidak peduli seperti apa rumah yang aku tinggali. Terpenting aku nyaman berada di rumah itu," ucap Lea membuat Albert tersenyum juga.

Lea memasuki rumah. Entah mengapa dia langsung merasa kurang nyaman. Hatinya sedikit mengganjal. Apalagi melihat tatapan ibu James, Gemma. Rasanya Lea seperti sedang ditatap oleh penjahat. Lea tak memungkiri hal itu. Gemma mungkin tak menyukai anak dari selingkuhan suaminya.

"Gem, tolong antarkan putriku ke kamar," ucap Albert yang langsung diangguki oleh Gemma. Wanita itu pun melangkah dengan memberi isyarat pada Lea. Sesuai isyarat, Lea mengikuti langkah Gemma dengan sedikit tergopoh-gopoh karena langkah kaki wanita itu terlalu cepat. Untungnya, posisi kamar tidak terlalu jauh.

"Ini kamarmu dan ini kuncinya. Kamarnya sudah kubersihkan. Tinggal kau menata lagi interiornya sesuai keinginanmu."

"Terima kasih, Mommy."

"Aku tidak pernah melahirkanmu. Jadi, jangan pernah panggil aku Mommy." Gemma meninggalkan Lea. Mendapat tatapan dan ucapan sinis dari Gemma, Lea menghela nafas. Dia harus bersabar menghadapi wanita itu untuk beberapa minggu.

Lea pun membuka pintu kamar. Dia merasa lega ketika ucapan Gemma benar jika kamar sudah bersih. Hanya saja belum dirapikan. Lea pun segera menaruh koper dan mulai menata kamar sesuai keinginannya.

Tidak butuh waktu lama, kamar sudah tertata rapi. Lea pun segera menjatuhkan diri ke ranjang. Dia menutup mata mencoba menenangkan diri. Lalu, dia membuka mata lagi dan menatap langit-langit kamar. Dia melamun sambil mengusap perutnya.

"Perutku nanti akan membesar. Bagaimana jika respon Daddy Albert tidak baik? Apa aku harus menemui Daddy Sean dan bicara semuanya? Aku bingung." Lea membatin. Yang ia pikirkan tak jauh dari soal kehamilannya. Dia bingung bagaimana cara mengatasi semua.

"Apa aku pergi saja dan mengasuh anak ini sendiri? Lagipula Mommy Gemma juga tidak suka aku berada disini."

***

Di lain tempat lebih tepatnya dalam sebuah kamar, Sean sedang meminum wine sambil menatap sebuah foto. Di dalam foto itu terdapat figur dirinya bersama Lea. Dia merindukan gadis itu padahal belum lama Lea pergi darinya. Rasanya berat mengingat perginya Lea. Apalagi ketika mengingat perpisahan beberapa jam yang lalu.

Flashback On

Lea menarik koper miliknya dan keluar dari rumah Sovia. Wanita itu berhenti di depan rumah kemudian menatap satu-satu orang yang selama ini menjadi keluarga untuknya. Seperti Brian, Sovia, Andrew, dan Sean. Lea menatap paling lama pada Sean. Pria itu pasti akan menjadi sosok yang paling dia rindukan.

"Semoga kau betah di rumah barumu dan jangan lupa untuk mengunjungiku. Sampai kapanpun Grandma akan menyayangimu," ucap Sovia memegang lengan Lea dengan mata berkaca-kaca.

"Aku akan berusaha untuk mengunjungi Grandma. Aku juga akan menyayangi Grandma sampai kapanpun," ucap Lea dengan senyum sedih.

Sovia memeluk Lea dan menumpahkan air matanya. Dia merasa berat untuk melepas Lea. Apalagi dia merasa sedikit tidak suka dengan Albert. Jika saja hak asuh belum dipindahkan, Sovia tidak akan melepas hak asuh tersebut. Dia akan tetap mempertahankan Lea, wanita kecil yang sudah seperti cucunya sendiri. Karena wanita itu, hidup Sovia tidak begitu sepi.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang