DS 31 : Terbongkar

3.5K 118 6
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

●●●●●

Sean berdiri menatap ke arah luar jendela. Pikirannya tidak karuan. Hatinya juga tidak tenang. Di depan Lea, mungkin dia bisa terlihat yakin. Tapi, ketika tengah sendiri Sean merasa ragu dan ketakutan. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelahnya jika hasil tes DNA menunjukkan dirinya dan Lea adalah sedarah.

"Sejak meeting, aku melihatmu banyak melamun. Kau ada masalah lagi?" Tanya Brian membuat Sean terhempas dari lamunannya.

"Kemarin aku menemui Albert untuk mencari tahu ayah Lea yang sebenarnya."

"Lalu?" Tanya Brian ketika Sean berhenti lumayan lama.

"Ketika aku berpacaran dengan Alicia, rupanya Alicia berhubungan seks dengan pria bernama Christ."

"Apa? Bukannya dulu dia selingkuh dengan Albert?"

"Iya, tapi dia juga berhubungan dengan Christ. Bahkan, sampai saat akan menikah dengan Albert," jawab Sean.

"Rupanya masalah ini yang membuatmu kacau sejak pagi? Hey Sean, bukannya kau sudah mencintai Lea? Untuk apa kau galau untuk masalah yang telah lalu?"

"Bukan itu masalahnya, Brian. Lea bukan anak Albert. Kemungkinan, Lea anak Christ atau anakku karena Alicia berhubungan denganku juga Christ," ucap Sean membuat Brian terkejut. Lantas, Brian tertawa pelan.

"Lea bukan anakkmu bodoh!"

"Atas dasar apa kau langsung bilang begitu?" Tanya Sean dengan wajah datar. Dia tidak suka dikatai bodoh oleh sepupunya yang ia anggap lebih bodoh itu.

"Kau dengan Lea sama sekali tidak memiliki kemiripan."

"Itu jelas karena Lea sangat mirip dengan Alicia," ucap Sean. Brian memutar bola matanya. Sean diberi penenang malah membantah dan terus resah atas spekulasinya sendiri.

"Jika memang kau ayah kandung Lea, setidaknya sifatmu diturunkan pada Lea karena Alicia sudah menurunkan kemiripan fisiknya," ucap Brian. Sean terdiam cukup lama.

"Memang selama ini kau merasakan suatu ikatan batin antara ayah dan anak? Setahuku, sejauh apapun ayah dan anak akan tetap merasakan sebuah ikatan batin walau hanya sedikit," terang Brian lagi membuat suasana dalam diri Sean lumayan tenang.

"Aku tidak pernah merasakan apapun," ucap Sean. Brian lantas menerbitkan senyum.

"Bahkan, kau berniat balas dendam pada Lea kan? Mana mungkin seorang ayah kandung akan tega melakukannya. Aku sangat yakin jika kau ayahnya, maka saat kau pertama kali berniat menyentuhnya kau tidak akan tega. Melihat tatapan matanya pun, kau akan langsung urung dan kau tak akan sampai menikahinya. Kecuali, kau memang memiliki kelainan jiwa," ucap Brian.

"Ya, Brian. Semua ucapanmu, memang lumayan benar," ucap Sean dengan sedikit malas. Brian tersenyum sombong.

"Lagipula, kenapa kau tidak melakukan tes DNA?"

"Ya Tuhan! Aku baru ingat jika hari ini aku harus mengambil hasil tes DNA," ujar Sean menepuk jidatnya. Dia buru-buru memakai jas-nya kembali dan keluar dari ruangan.

"Tunggu, kau sudah melakukan tes DNA?" Tanya Brian.

"Iya, kemarin aku langsung ke rumah sakit setelah menemui Albert. Aku pergi dulu!" Sean meninggalkan Brian yang tadi sempat mencegahnya. Brian menggelengkan kepala.

"Dasar keras kepala bodoh dan pelupa!" Cibir Brian ketika Sean sudah menghilang dari pelupuk matanya.

***

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang