DS 17 : Meet A Real Daddy

4.1K 119 2
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

●●●●●

Lea kembali membantu memijit tengkuk Sean ketika pria itu muntah. Lea sedikit khawatir karena muka Sean cukup pucat. Dia merasa jika Sean belum sembuh. Tetapi, Sean memaksakan diri untuk keluar dari rumah sakit. Lea benar-benar tak habis pikir dengan pria itu.

"Harusnya Daddy jangan dulu pulang. Daddy itu masih sakit," ucap Lea setelah Sean sudah duduk di ranjang.

"Daddy tidak apa-apa, Lea. Muntah seperti ini sudah Daddy alami sebelum sakit dan masuk rumah sakit. Nanti siang juga badan Daddy pasti lebih baik."

"Ya sudahlah, terserah Daddy."

"Oh iya, kau semalam meminta kue tetapi malah tertidur. Apa kau masih menginginkan kue itu? Jika iya bisa kau ambil di lemari es."

"Tidak, Daddy. Aku sudah tidak ingin memakan kue. Aku sedang ingin makan cumi panggang. Nanti kita makan itu ya?" Lea memasang puppy eyes. Sean menghela nafas kemudian mengangguk.

"Nanti kau makan sepuasnya di restoran. Sekalian kita bertemu dengan keluargamu."

"Daddy serius?" Tanya Lea dengan mata yang berbinar. Sean tersenyum lantas mengangguk. Senyum Lea langsung mengembang. Terpancar sorot kebahagiaan dari mata indah Lea.

Sean memandang Lea. Senyuman Lea memang sumber kebahagiaan Sean. Namun, alasan senyuman Lea sumber keresahan bagi Sean sendiri. Dia belum siap untuk melepas Lea jika nanti Lea diminta oleh pihak keluarganya. Dia ingin Lea tetap bersamanya. Tetapi, Sean tak ingin Lea kecewa dan bersedih karena keegoisannya.

"Kenapa aku menjadi takut berpisah dengan Lea?"

Sean mengedipkan matanya beberapa kali karena pertanyaan dalam batinnya. Dia merasa heran dengan sikap dan perasaannya sendiri pada Lea. Dia tak ingin kehilangan Lea. Dia ingin Lea tetap bersamanya dan tak boleh bersama orang lain apalagi orang yang cukup jauh dengan Lea. Sean tak mengerti kenapa menjadi lebih posesif dan egois dari dahulu, saat dirinya berniat membalaskan dendam.

"Apa Daddy mau sarapan? Aku akan mengambilkannya untukmu." Lea menawarkan sarapan untuk Sean.

"Boleh."

"Baiklah, Daddy tunggu sebentar disini." Lea meninggalkan kamar Sean untuk mengambil sarapan. Tak butuh waktu sangat lama, Lea kembali dengan membawa nampan berisikan makanan dan minuman.

Lea menaruh nampan itu di atas nakas kemudian mengambil piring berisi makanan. Lea lantas menyodorkan sendok berisikan nasi dan lauk. Sean masih menutup mulutnya kemudian terkekeh ringan. Lea mengerutkan dahi bingung. Dia pun menatap Sean dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang lucu, Dad?"

"Wajahmu saat menyuapiku. Kau seperti anak kecil yang akan menyuapi ibunya," jawab Sean membuat Lea memutar bola matanya.

"Daddy mau aku suapi tidak? Kalau tidak biar aku pergi saja." Lea hendak menaruh sendoknya kembali. Namun, Sean menahannya. Sean memegang tangan Lea. Dia mengarahkan sendok ke mulutnya dengan menuntun tangan Lea. Perlakuan kecil yang manis itu membuat Lea tersenyum. Dia merasa seperti sedang menyuapi kekasihnya.

"Aku tidak mungkin menolak untuk kau suapi," ucap Sean kemudian mengacak rambut pirang Lea. Senyum manis Lea terbit. Sean memperlakukannya sangat manis. Tapi, Lea tak boleh terlalu terlena. Pasalnya, Sean seringkali menjatuhkan setelah membawanya terbang ke titik yang tertinggi.

***

Lea memandang pantulan dirinya di cermin. Dia merasa penampilannya sudah pas. Dia tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk pergi menemui keluarganya. Namun, rasanya Lea malah sedih. Dia yakin pasti keluarganya akan meminta Lea ikut. Artinya dirinya akan berpisah dengan Sean.

Daddy Sean ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang