Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.●●●●●
Lea membuka pintu utama rumah kemudian masuk. Dia merasa lega karena James tak tinggal di rumah selama dua minggu ini. Lebih tepatnya sehari sejak Lea tinggal disana, James pergi karena ada urusan. Lea menjadi tak perlu was-was pada James yang seringkali mengganggunya.
"Sampai kapan kita akan menampung Lea disini Dad? Aku semakin muak melihat anak dari si jalang Alicia." Samar-samar Lea mendengar suara Gemma dari arah dapur. Lea pun mengendap-endap untuk menguping pembicaraan selanjutnya.
"Aku juga muak melihatnya, Gem. Lea bukan darah dagingku, tapi malah aku yang harus mengurusnya. Ini karena jebakan sialan Christ."
"Kau saja yang mau membeli Alicia. Padahal kau sudah punya aku dan juga James."
"Oke, aku akui ini salahku."
"Aku tak mau tahu, pokoknya kau harus segera membawa pergi Lea dari sini."
"Iya, kau tenang saja. Sebentar lagi orang yang akan membeli Lea kesini."
"Kau serius?"
"Untuk apa aku bercanda? Orangnya sudah menghubungiku."
"Setidaknya, anak si jalang sialan itu bisa memberikan uang."
Dari tempatnya menguping, Lea meneteskan air mata. Albert yang tampak hangat dan selalu bersikap baik ternyata tak lebih dari seorang iblis yang gila uang. Dia juga bukan ayah kandungnya. Pantas saja senyaman apapun Lea tinggal bersama Albert, masih ada rasa yang mengganjal.
Lea dengan mengendap-endap segera ke kamarnya. Dia duduk di lantai dan bersandar pintu kamar. Dia menangis sambil menahan suara agar tak terdengar keluar. Dia benar-benar merasa syok karena kenyataan yang baru saja ia dapatkan.
"Kenapa begitu banyak orang yang ingin memanfaatkanku? Kenapa hidupku semenyedihkan ini?" Rasanya dada Lea sesak mengingat banyak sekali cobaan dalam hidupnya.
Lea menghapus air matanya. Dia mencoba untuk tidak meratapi nasibnya lebih dulu. Lebih penting untuk memikirkan cara agar Lea bisa pergi sebelum orang yang berjanji dengan Albert datang. Jangan sampai dirinya dibeli oleh orang yang mungkin akan menjadikan Lea seorang pemuas nafsu lagi.
"Daddy akan tunangan beberapa jam lagi dan Daddy sudah berjanji menjemputku karena dia ingin aku datang. Dengan begitu aku bisa keluar dari sini. Meskipun, aku harus datang ke acara pertunangan Daddy."
***
Sean duduk di sofa ruang keluarga dengan keadaan televisi menyala. Bukannya menonton televisi, Sean malah melamun. Ia melamunkan Lea yang sepanjang hari ini mengganggu pikiran dan hatinya. Entah mengapa dia mengkhawatirkan wanita itu. Padahal, nanti Lea akan ada bersamanya.
"Sean," panggil Sovia yang membuat Sean langsung tersadar dari lamunannya.
"Ada apa Mom?" Tanya Sean. Sovia yang tadi berdiri pun duduk di samping Sean. Dia memandang putranya.
"Kenapa kau melamun, sayang?"
"Aku merasa khawatir pada Lea, Mom. Perasaanku tidak enak tentang Lea. Apa terjadi sesuatu pada Lea?"
"Bukannya kau menyuruh orang untuk mengawasi Lea?"
"Iya. Tapi, tetap saja perasaanku tidak enak dan aku khawatir." Sean mengusap wajahnya. Sepertinya jalan untuk melupakan perasaannya pada Lea dan memilih Camella, adalah pilihan jalan yang salah. Pasalnya, Sean masih saja memiliki ikatan batin dengan Lea dan selalu memikirkan wanita itu.
"Kita doakan Lea semoga baik-baik saja. Meskipun, Mommy juga merasa khawatir pada Lea. Itu karena istri Albert yang tampak kurang suka pada Lea."
"Iya, Mom."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Sean ✓
RomansaLeandra Jesslyn Anderson, gadis manis yang harus ditinggal ibunya saat masih kecil. Diangkat menjadi anak oleh Sean Max Anderson, kehidupan Lea menjadi tak seburuk anak lain yang ditinggal orang tuanya. Dia menjadi gadis yang terpandang dan kebutuha...