Everything (1)

2.7K 188 202
                                    

Hallo, selamat malam ❤

🎤 Billie Eilish - Happier Than Ever

Chapter ini dibuat untuk ketiga chara kesayangan kita yang sedang terombang ambing dipelabuhan, bisa tebak mereka siapa? ✨

Warn! Perhatikan time skip yang aku buat. Typo(s), BxB. Lilbit angst. DLDR. Harshword.

Chapter ini lumayan panjang, jadi baca perlahan dan.. Enjoy 💜

.
.
.
.

Jakarta, April 2018

Semua orang sepertinya sudah tahu jika Fajar dan Rian adalah dua orang yang tidak bisa dipisahkan.

Fajar akan selalu ada dan siap untuk Rian. Tapi tetap saja ketika ditanya, mereka pasti menjawab hanya sebatas teman dengan dalih adik kakak.

"Mas Fajar ayo temenin Rian makan." Fajar yang lagi bermain game bersama anak-anak pria pelatnas mempause gamenya dan tersenyum lebar kearah Rian yang sedang mencucu, lucu sekali.

"Iya. Bentar ya." Fajar mematikan smartphone miliknya, "Gue cabut dulu deh. Mau titip makanan juga gak lo lo pada?"

"Beliin mie ayam ya Jay baliknya. Laper." Kevin yang pertama menyahut dan dibalas Ok oleh  Fajar, "Yang lain? Gue bawain martabak aja ya ntar?" Dan diamini oleh segenap anak-anak yang lain.

"Ayo dek." Fajar menggandeng tangan Rian, Rian memerah. Lucu sekali, "Duuuhh bau bucin." Ihsan menyeletuk dan membuat seisi ruangan tertawa.

"Bucin doang, jadian kagak." Dan Fajar mengacungkan jari tengahnya kearah Jonatan dengan penuh ikhlas.

.
.
.
.

Jogja, Desember 2018

Rian saat ini sedang menghabiskan waktu liburnya didaerah asalnya. Ingin menghabiskan tahun baru bersama keluarganya.

Tetapi bukannya tenang, Rian malah tidak fokus. Sebelum berangkat, Rian dan Fajar sempat adu mulut. Masih terekam jelas dalam ingatan Rian Fajar yang marah kepadanya.

"Kamu sakit Rian, gak usah pulang. Kamu mau nyetir. Jangan gila." Fajar berujar tenang, Rian diam.

"Aku kangen ibuk Mas. Lagipula aku cuma demam." Rian bersekiras, lagipula hanya demam dan flu ringan, tidak akan bisa membuat Rian terbaring lemah dikasur.

"Naik pesawat atau kereta. Atau gak mudik sama sekali. Pilih." Fajar menatap lurus kearah mata bulat Rian. Rian tidak gentar, "Gak. Aku bakalan tetap nyetir."

Bisa Rian lihat Fajar mengepalkan tangannya, menahan emosi, "Aku gak bisa antar kamu Rian. Mama juga lagi sakit, bisa tolong sekali aja kamu nurut sama Mas?"

Rian diam, Fajar bahkan sudah menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Mas tapi bukannya Rian tidak mau naik pesawat atau kereta, jika dirinya membawa mobil akan lebih mudah untuk kemana-mana tanpa takut ditinggal.

"Gak. Aku tetap bawa mobil. Lagipula kamu siapa ngatur-ngatur aku?" Fajar tertegun. Jantungnya serasa diremas kuat, sakit sekali mendengar ucapan Rian, "Terserah."

Fajar kemudian berbalik, meninggalkan Rian yang menatapnya sendu, "Rian bodoh." Rian memaki dirinya sendiri. Tapi memang benar, siapa Fajar sampai mengaturnya seperti itu?

Saat Rian sedang melamun, dering suara smartphone milihknya mengalihkan perhatiannya. Tertera nama Fajar PBSI dinotifikasi wasap miliknya.

 Tertera nama Fajar PBSI dinotifikasi wasap miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Boy Friend or Boyfried?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang