Coretan

3.8K 487 62
                                    

🎧 Jikustik - Puisi

Typo(s)

.
.
.
.

JoTing

"Hai.." Sapaan hangat dari pria mungil didepannya itu membuat Jonatan terdiam. Matanya memandang sayang ke sosok mungil itu. Anthony, teman seperjuangannya sedari kecil.

"Gimana kabar lo, Jo?" Suaranya lembut, bagaikan alunan musik ditelinga Jonatan. Jonatan tertegun, sudah berapa lama dirinya tidak bertegur sapa dengan sosok yang begitu dia sayangi ini?

"Eum.. Oke." Jonatan bisa melihat Anthony menggaruk kepalanya karena Jonatan tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaan Anthony, "G-gue permisi ya Jo."

Lagi, Jonatan hanya bisa terdiam. Padahal hatinya menjerit mengatakan dia harus mengejar sosok itu, kenapa malah Jonatan membiarkannya pergi?

"Selamanya aku gak akan pernah baik ketika kamu bukan miliku lagi, Anthony."

.
.
.
.
RoVin

Suasana syahdu hari itu teringat jelas diingatan Aero. Hari dimana orang terkasih nya dan juga dirinya berbahagia.

"Anjir! Nikah juga lo yaaa! Congrats!" Suara Aqsa terdengar cerah, Aero hanya memukul adiknya itu pelan, "Diem bocah. Malu-maluin aja lo." Aqsa nyengir doang, sedangkan Kevin sosok mungil (ini hanya Aero yang berani mengatakan Kevin mungil) hanya tersenyum simpul, hingga pipi chubby nya terlihat makin menggemaskan.

"Akhirnya ya Kev." Aero mengelus pelan surai hitam Kevin yang lembut, Kevin tertawa, "Iya. Akhirnya." Suara tawa Kevin entah kenapa terasa begitu menyenangkan dan juga menyesakkan.

"Bahagia ya, sayang." Aero memeluk Kevin. Kevin tersenyum dan membalas pelukan Aero sama eratnya. Menenggelamkan wajahnya dileher Aero. Mengecup pundak Aero pelan.

"Aero.. Maaf." Suara Kevin bergetar, Aero melepaskan pelukannya. Menghapus air mata yang mulai turun dari kedua mata bulat Kevin, "Sstt.. Its okay sayang. Kamu gak perlu minta maaf."

Aero mencium kedua mata Kevin, "Dengar, kamu harus bahagia. Aku yakin, pilihan mama papa kamu terbaik buat kamu." Aero tersenyum lembut.

Didalam imajinasi terliarnya sekalipun, mana pernah Aero membayangkan bahwa dirinya akan berdampingan dengan Kevin, sang kekasih dihari pernikahannya tapi bukan sebagai pendamping Kevin.

Mana pernah Aero membayangkan bahwa dirinya akan menjadi best man bagi Kevin. Sang kekasih yang sudah menjadi pengisi hatinya selama 8 tahun ini. Tapi, ketika Mama Kevin datang dan mengatakan,

"Nak, Mama mau kamu jadi best man untuk Kevin. Bisa?"

Dengan senyum teduh Aero menyanggupinya. Meskipun itu sama saja dengan membuat luka menganga dihatinya, "Maafin Kevin. Maafin.. Mama."

Aero tersenyum, "Sstt.. Udah. Masa pempelainya nangis?" Aero mencium dahi Kevin, "Yuk. Papa udah nunggu diluar."

Kevin mengangguk, dan untuk terakhir kalinya Aero menggenggam tangan Kevin. Membawa Kevin kepada sang Ayah yang siap mengantar Kevin menuju altar, "Terimakasih nak Aero."

Papa tersenyum, Aero hanya balas mengangguk. Dengan tarikan nafas panjang, Aero memilih duduk dideratan temannya. Teman-teman yang menatap Aero sendu yang dibalas Aero hanya dengan tanda OK dari tangannya.




Kevin, sayang.. Doa tulus ku menyertai semua langkahmu. Semoga kamu bahagia, aku yakin Illo akan menjaga kamu. Karena aku tau, kamu menikahi siapa. Illo, sahabat terbaik ku sendiri.

.
.
.
.

FajRi

Fajar tersenyum cerah ketika dirinya membuka kotak usang dibawah ranjangnya. Kotak usang yang memiliki debu tebal diatasnya. Dibukanya kotak itu perlahan setelah membersihkan debunya pelan.

Senyum simpul terpatri diwajah tampannya yang sudah mulai terlihat tua, "Kamu lucu banget."

Fajar tertawa, kerutan matanya terlihat. Gigi rapinya terlihat, matanya yang kini memakai kacamata terlihat menyipit memandang serius foto yang sekarang ditangannya.

"Kamu selucu itu. Gimana kabar kamu sekarang, sayang?" Fajar mengelus permukaan foto itu, yang menampilkan sosok pemuda bermata bulat yang sedang mencium pipinya lembut.

"Aa' kangen Rian." Tangannya bergetar ketika berhasil menemukan tumpukan surat yang dulu sering Fajar berikan untuk Rian. Ya, Muhammad Rian Ardianto. Partnernya, dan juga pemilik separuh hatinya.



Rian.. Jangan tersenyum.
Matahari nanti malu
Kalah cerah dari senyuman kamu.

FA. 2019


Fajar tertawa, dirinya sebodoh itu dahulu. Memorinya berputar, mengulang masa-masa ketika dirinya masih aktif di olahraga yang melambungkan namanya itu.

Kenangannya dengan sang partner. Awal mula bertemu, awal mereka berkenalan, awal mereka menjuarai turnamen, awal ketika Fajar mengatakan dia mencintai Rian, ciuman pertama mereka dan juga penyatuan mereka untuk pertama kalinya. Semua berputar di memory tua Fajar.

"Kamu sekarang pasti sudah bahagia ya, sayang? Maafin aa'." Senyum sendu hadir dibibir Fajar. Ketika teringat alasan mereka berpisah. Restu orang tua.

Cklek

"Kakek! Ayo makannn!" Suara menggemaskan bocah 5 tahun memenuhi telinga Fajar. Fajar langsung menutup kotak itu dan menaruhnya diatas kasurnya.

"Haduhh, cucu kakek lucu banget." Dengan perlahan Fajar menghampiri sang cucu yang sudah bercoleh sepanjang jalan, "Ian jangan lari-lari!"

Fajar menegur sang cucu, kemudian berlari dengan pelan kearah sang cucu. Tertawa lebar saat tubuh tuanya menangkap cucunya dengan lembut.



Rian, semoga kamu bahagia selalu disana. Disamping Tuhan yang selalu memeluk kamu dengan lembut. Aa' sekarang sudah bahagia dan tua seperti yang kamu inginkan dulu. Jadi, kamu harus bahagia juga ya disana?

.
.
.
.

Aku betulan nda tau aku nulis apa. Stuck. Ancur. Pendek. Maafin.


Yogyakarta, 03 Maret 2019
Happy weekend~! ❤

Boy Friend or Boyfried?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang