The Only One : Chapter 10

2.9K 219 13
                                    

Happy Reading!

📕📕📕
.
.
.

🌹🌹🌹🌹

Dengan lingerie transparan yang ia kenakan, saat ini Lalisa tengah bersantai di balkon Hotel dengan ditemani oleh segelas Wine dan juga pemandangan Menara Eiffel yang begitu bersinar saat di malam hari.

Ia sebenarnya baru saja kembali dari acara makan malam dengan Atasannya setelah janji kemarin dibatalkan secara sepihak. Sebenarnya, Lalisa bukanlah tipe orang yang suka dengan segala jenis pembatalan yang dilakukan secara mendadak. Apalagi kemarin malam Lalisa juga sudah berdandan, ia rela tidak tidur setibanya di Perancis tetapi mereka dengan mudahnya membatalkan janji? Hell, benar-benar mengesalkan!

"Cih, benar-benar membuatku kesal saja." Bahkan hingga kini pun, Lalisa masih tidak bisa mentolerir hal itu. Mereka pikir hanya mereka saja yang sibuk? Lalu dirinya tidak? Benar-benar orang kaya yang brengsek.

Lalisa menggoyangkan gelasnya dengan pelan sebelum menenggak habis Red Wine miliknya hingga tandas. Ia sedang tidak ingin mabuk, tetapi sensasi Wine yang baru saja masuk ke tenggorokannya benar-benar mengundangnya untuk kembali meminum minuman itu.

Akhirnya ia kembali menuangkan sedikit Wine ke gelasnya, lalu memutuskan untuk berdiri dan mendekati pembatas balkon yang ada di kamar itu. Melihat hiruk pikuk keramaian dibawah sana tanpa menyadari bahwa saat ini sedang ada seseorang yang mendekat kearahnya dengan perlahan namun pasti.

"Apakah aku bisa tinggal disini saja? Aku ingin berada disini daripada harus kembali ke Korea dan menghadapi masalah-masalah yang tiada akhir." Gumamnya dengan pelan.

Ia kemudian memundurkan langkahnya bermaksud untuk membalikkan badan dan kembali ke kamar nya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia menabrak sesuatu, ah bukan sepertinya yang ia tabrak ini adalah seonggok tubuh manusia. Dan saat ingin berbalik untuk melihat orang yang ia tabrak, gerakannya terhenti oleh pelukan tiba-tiba yang diberikan oleh orang tersebut. Lalisa berdebar, gerakan tangannya yang begitu lembut menyentuh pinggangnya dan berakhir di depan perutnya membuat Lalisa sedikit pusing karena merasakan kenyamanan itu. Belum lagi aroma parfum yang begitu ia kenali membuatnya semakin sulit untuk bergerak.

"Je vous ai finalement trouvé (akhirnya aku menemukanmu)" bisikan lembut itu membuatnya menahan nafas dengan tiba-tiba, tubuhnya meremang saat mendengar nya. Hampir saja ia menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang jika pria itu tidak segera beralih mengambil gelas tersebut. Lalisa masih terdiam, Lidahnya tiba-tiba saja merasa sangat kelu untuk sedekar membalas ucapan dari seseorang itu. Apalagi saat seseorang itu bernafas dilehernya dan dengan sengaja mengecup lehernya dengan lembut namun penuh perasaan. Lalisa semakin pusing dibuatnya.

"B-bagaimana kau tau aku ada disini?"
Akhirnya setelah sekian lama tergugu, ia bisa mengeluarkan suaranya walau terdengar seperti bisikan.

"Bukan hal sulit untuk menemukanmu kurasa."

*****

Seseorang itu kemudian membalikkan tubuh Lalisa dan menatapnya penuh cinta. Bisa dipastikan saat ini Lalisa benar-benar mati kutu dibuatnya, padahal kemarin malam dirinya sudah dengan lancang mematikan panggilan secara sepihak. Ah, sepertinya ini adalah karma untuknya.

"Aku pasti sedang berhalusinasi, berapa gelas yang aku minum sampai membuatku gila seperti ini?" Lalisa kemudian mendorong orang itu untuk menjauh dan kembali ke tempat duduknya tadi guna melihat seberapa banyak Wine yang ia minum.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang