The Only One : Chapter 21

1.3K 127 21
                                    

Happy Reading!

____________________________________

Di dalam sebuah gedung Apartement, tepatnya berada di lantai sembilan, ada sepasang sejoli yang baru saja melepaskan rindu-untuk yang kesekian kalinya. Bahkan sang pria begitu enggan meninggalkan sang Kekasih hati walau hanya sejenak. Hingga akhirnya ia lebih memilih mengerjakan tugasnya disamping sang Kekasih seraya mendekap erat tubuhnya. Seolah takut kehilangan.

Mereka adalah Liam dan juga Asha.

"Babe, what are you doing?" Tanya Asha pada Liam yang kini tengah sibuk dengan Laptop miliknya. Ia merapatkan diri pada sang Kekasih untuk melihat, namun ia hanya mampu mengerutkan dahi tak mengerti kala layar Laptop itu sudah dipenuhi oleh sesuatu yang ia yakini adalah sebuah kode rahasia.

"Sebuah chip yang ku letakkan di mobil milik Ainsley Manoban berhenti di titik ini," Papar Liam seraya menggerakan kursornya pada titik merah yang dia maksudkan. "Dan anehnya lagi, itu sudah berhenti sejak satu jam yang lalu, Ash. Apalagi jalanan itu begitu jarang di lewati oleh orang. Mengapa mereka ada disana selama itu? Pasti ada yang tidak beres." Lanjutnya kemudian. Ia kemudian kembali fokus pada Laptop miliknya, mengotak-atik selama beberapa saat hingga ia menemukan titik terang.

"Sial, aku kecolongan!" Liam mengumpat dengan kasar, ia kemudian segera beranjak dari atas ranjang lalu memakai celana pendeknya.

"Liam, ada apa? Kenapa kau panik seperti itu?" Asha menarik selimut yang sedikit tersingkap karena ulah refleks yang Liam lakukan. Ia kaget tentu saja. Sebab ini adalah kali pertama selama hampir empat tahun bersama dia mendengar Liam mengumpat tepat dihadapannya. Apalagi hanya karena seorang Lalisa.

Liam sendiri terkejut akan tindakannya, ia bahkan tanpa sengaja menggeser tubuh Asha dengan keras saat beranjak tadi. Pun, ia kembali mendekat pada sang Kekasih seraya mengusap pipinya dengan lembut. "Sayang, maaf kan aku. Aku harus segera pergi sebelum malam menjelang."

"Apa aku boleh ikut? Aku pandai menggunakan Hand gun dan juga pisau." Pinta Asha dengan sedikit memohon. Tatapannya tak lepas menatap iris kecoklatan milik sang Kekasih. Bagaimana pun juga, ia mengkhawatirkan keselamatan Pria-nya.

"No, you can't come with me." Sahut Liam dengan lembut. Ia tidak akan mungkin membahayakan orang yang dia cintai demi tugas yang saat ini tengah ia emban.

Jauh-jauh dia datang dari California setelah mendapatkan tugas untuk memastikan keamanan Manoban bersaudara. Jika bukan karena orang tua mereka yang dulu bersahabat, Liam tidak akan mau bersusah-payah kemari dan lebih memilih untuk hidup dengan tenang bersama Asha disana. Oh ayolah, dia itu adalah seorang Detektif, bagaimana mungkin kini ia justru menjadi Bodyguard dadakan? Dan lebih sialnya lagi, keadaan yang terjadi disini membuatnya benar-benar harus tinggal untuk keamanan hidup Sang bungsu Manoban.

"Tetaplah disini, ini juga demi keamanan dirimu. Aku berjanji, besok siang aku akan kembali dalam keadaan selamat." Sambungnya kemudian. Setelahnya, ia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Asha yang tengah mematung.

Setelah beberapa saat, ia mendapati Liam yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan pakaian lengkap. Pun, ia segera mendekat. Memeluknya dari belakang.

"Apa aku benar-benar tidak boleh ikut?" Tanya Asha dengan suara lirih. Ia sedikit memiringkan tubuhnya. Menghela nafas saat tatapan tajam Liam begitu menguncinya dari cermin di hadapan mereka.

"Okay-okay, aku tidak akan mengganggu mu lagi." Sahutnya dengan ketus. Ia mundur lalu kembali duduk di ranjang. Asha marah, tetapi juga tidak bisa berbuat banyak. Entahlah, perasaannya sangat buruk kali ini.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang