The Only One : Chapter 23 (END)

1.2K 93 11
                                    

Deg!

Sehun terpaku ditempat saat melihat tubuh Lalisa yang limbung dengan tiba-tiba. Pikirannya seketika kosong dan tubuhnya sama sekali tak mampu untuk di gerakkan.

"Apa yang kau suntikkan pada dirinya, Nona Ainsley?" Tanya Liam setelah lebih dulu sadar dari keterdiamannya. Matanya memicing, menatap lurus pada seorang Wanita yang sama sekali tak terlihat merasa bersalah.

Ainsley berdecih mendengar ucapan Liam. Pun, ia mengangkat bahu acuh seraya berkata, "Hanya obat bius biasa, tetapi jika kalian berdua macam-macam denganku," ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku celananya, memutar-mutarnya dengan gerakan pelan lalu mengangkatnya tepat di samping wajah, "Aku akan dengan senang hati menyuntikkan racun ini ke dalam tubuhnya."

"Brengsek, Jangan lakukan itu!" Sentak Sehun setelah sadar dari keterpakuannya. Napasnya memburu, terlihat jika saat ini ia tengah berusaha mati-matian menahan emosi yang bisa meledak kapan saja.

Liam meremas bahu Sehun. Menariknya mundur. Pun, ia lalu maju sembari melangkah dengan tenang. Tak merasa terintimidasi meski ia tau saat ini mereka berdua telah di kepung dari segala penjuru arah.

"Jangan bertindak gegabah, Nona. Meski lisan berucap benci, tapi aku yakin bahwa di hatimu masih memiliki ruang tersendiri untuk Lalisa. Apalagi kalian tumbuh besar bersama-sama." Ia sedang berusaha untuk mempengharuhi pikiran Ainsley agar sedikit lengah. Tinggal beberapa langkah lagi, ia bisa menggapai Lalisa. Liam tahu, kelemahan seorang Wanita adalah perasaannya.

Namun, sepertinya kali ini keberuntungan sedang tak berpihak pada mereka sebab Ainsley begitu memasang sikap waspada. Jadi ketika Liam mendekat, Ainsley pun segera kembali memegang pistolnya dan mengarahkan tepat pada pelipis Lalisa yang tengah tak sadarkan diri.

Dengkusan kasar terdengar, "Jangan berusaha untuk menipu diriku, Tuan. Itu sama sekali tidak akan mempan."

Pun, setelah itu Ainsley segera menolehkan kepalanya kearah pria yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dirinya dari jauh tanpa niat membantu.

"Hyunsuk-ah, bisakah kau membantuku untuk mengurus mereka berdua? Sejak tadi mereka begitu berisik, membuat kepala ku menjadi pusing."

"Tentu saja, My Queen. Segala ucapanmu adalah perintah bagiku."

Pria yang dipanggil Hyunsuk tadi kemudian menolehkan kepalanya. Mengangkat tangan pertanda untuk menyerang.

Ia kemudian mundur, menyaksikan Sehun dan juga Liam yang kini tengah di kepung oleh anak buahnya.

Baku hantam kembali tak terelakan.

Hyunsuk tetap diam hingga beberapa menit setelah menyaksikan baku hantam itu. Maniknya fokus pada dua lawan anak buahnya yang begitu pandai menangkis dan menghindar dari serangan.

Bugh!

Pukulan terakhir Sehun berikan kepada pria berbadan tambun yang hendak kembali menyerangnya menggunakan balok kayu.

"Wow, ku akui kalian berdua sangat hebat," Hyunsuk kemudian menepuk tangannya tiga kali, dari arah pintu dan depan terdapat gerombolan anak buahnya yang sudah siap untuk menyerang.

"Tapi, tidak semudah itu."

Melihat banyak orang yang berdatangan membuat Sehun dan juga Liam merapatkan tubuh mereka saling membelakangi. Berupaya saling melindungi walau kini wajah tampan mereka berdua sudah tak sebersih di awal kedatangan. Beberapa luka pukulan mereka dapatkan saat melawan anak buah Hyunsuk saat akan menerobos masuk ke sini. Dan kini kembali ditambah harus melawan anak buah pria itu yang tiada habisnya.

Napas mereka berdua terengah, Liam sedikit memiringkan kepala lalu mengajak bicara Sehun tanpa mengurangi kewaspadaan.

"Kita tidak perlu melawan mereka semua. Aku akan fokus menghalangi mereka, dan kau segeralah sampai pada Ainsley. Sebab hanya dia yang mampu menghentikan ini semua."

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang