The Only One : Chapter 16

1.4K 122 13
                                    

Happy Reading.
.
.

The Only One : Chapter 16.

___________________________

"Ku harap kalian benar-benar tahu apa yang harus di lakukan." Ucap Seseorang diseberang telepon dengan intonasi suara yang cukup membuat merinding.

"Baik, Bos. Sesuai perintah."

Setelahnya, sambungan telepon terputus. Menyisakan Park Hyera yang memandang bingung kearah Partner balas dendamnya, Lim Junho.

"Aku tidak tahu bahwa kau masih memiliki atasan. Aku kira kau yang paling berkuasa disini." Ejek Hyera seraya menatap remeh kearah Pria berusia sekitar setengah abad yang kini tengah duduk dihadapannya.

"Tutup mulutmu atau kau akan menerima akibatnya." Ancam Pria itu kemudian. Ia meraih cerutu diatas meja lalu menyalakannya. Pandangannya tak henti menatap kearah Hyera sehingga membuat sang empu seketika terdiam, salah tingkah.

Junho menghisap cerutu miliknya dan memutuskan untuk beranjak. Namun sebelum keluar dari Markas, ia menatap anak buahnya satu-persatu.

"Lakukan sesuai perintah dari Bos. Jangan biarkan rencana kita kali ini gagal, kalian mengerti?" Setelah mengatakan instruksi yang diperintahkan oleh atasan mereka, Pria itu segera pergi beranjak dan keluar lalu berjalan menuju ke mobil yang tak terparkir jauh dari gudang.

*****

"Hai." Sapa seorang pria yang kini tengah berdiri di depan pintu ruang rawat Lalisa. Ia tersenyum seraya memegang sebuah bucket bunga matahari yang ia tahu, adalah salah satu bunga favorit Wanita itu.

 Ia tersenyum seraya memegang sebuah bucket bunga matahari yang ia tahu, adalah salah satu bunga favorit Wanita itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalisa menoleh. Tatapannya terpaku pada seorang pria dengan setelan Sweater yang dilapisi oleh sebuah Jacket berwarna hitam. Jangan lupakan juga dengan rambut hitam sang pria yang terikat kebelakang. Oh astaga, sosok Liam benar-benar tipe ideal yang Lalisa inginkan untuk menjadi kekasihnya.

"Hai, Liam. Masuklah."

"Apa aku mengganggu acara kalian?" Tanya Liam seraya menyerahkan bucket bunga tadi kepada Lalisa. Ia melirik segan kearah Wanita lain yang baru ia sadari keberadaanya. Wanita itu tengah duduk di kursi samping Tempat tidur yang sudah Lalisa tinggali selama beberapa hari ini.

"Thank you," Ucap Lalisa sembari menerima bunga pemberian Liam. Ia meletakkan bucket tersebut di sebuah meja yang terletak di samping tempat tidurnya. "Speaking of which you're not bothering at all." Lanjutnya kemudian seraya tersenyum.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang