Happy Reading.
📕📕📕
.
.
.🌹🌹🌹🌹
"Eonni, Hari ini aku akan kembali ke Korea. Tidak ada alasan khusus, jika kalian tetap ingin disini itu bukanlah masalah besar. Selamat berlibur!"
"Ada apa sebenarnya dengan tingkah adiknya itu?" Ainsley hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan bingung saat melihat kepergian Lalisa.
🌹🌹🌹🌹
Seoul, South Korea.
Hari ini Lalisa sedang berada di Namsan tower. Siang kemarin, ia memutuskan untuk segera kembali ke Seoul setelah mendapatkan izin dari sang Kakak. Mau bagaimana lagi? Ia sudah telanjur ingkar pada Ainsley. Dan sekarang, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk berhadapan dengan sang Kakak.
Rasa bersalah menyeruak begitu dalam dihati Lalisa. Ia menyesal telah berpisah dari rombongan kakaknya jika harus berakhir di ranjang asing keesokan harinya. Maka dari itu, akhirnya ia lebih memilih untuk kembali lebih awal karena tak mampu memandang wajah kecewa Ainsley.
"Ah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Rasanya sungguh tidak sanggup jika harus bertemu dengan Ainsley saat di apartemen nanti." Gumam Lalisa dengan memusatkan pandangannya pada gedung-gedung pencakar langit yang mampu ia lihat dari atas sini. Bahkan ia tidak menyadari jika ada seseorang yang sudah berdiri dibelakangnya sejak tadi.
"Maaf, dengan Nona Lalisa Manoban?" Tanya seorang pria berbadan sedikit tambun tersebut.
Dengan perasaan enggan Lalisa membalikkan tubuhnya dan mengerutkan dahi saat didapati seorang pria asing sudah berdiri dihadapannya.
"Siapa?"
"Tuan muda memerintah saya untuk memberikan ini kepada anda." Ungkap pria asing itu. Kemudian ia meletakkan paper bag berwarna biru muda tersebut di sisi meja yang Lalisa tempati.
"Apa kau tidak salah orang, Tuan? Aku baru melihatmu disini, dan kau sudah memberikanku barang ini walau ini semua adalah perintah dari tuan mu?" Tanya Lisa kembali. Ia menyerngit heran. Seingatnya, ia tidak mengenal seorang pria manapun sebelumㅡ sebentar... Tiba-tiba ingatannya kembali pada kejadian di New York kemarin. Apakah pria itu yang mengirimnya?
Lalisa kembali menatap pria yang sedikit tua tadi kemudian bertanya dengan ragu. "Apakah tuan mu bernama Oh Sehun?"
"Anda begitu pandai menebak, Nona. Benar, ini dari tuan Oh." Jawab pria tadi seraya tersenyum.
"Semoga harimu menyenangkan, Nona. Saya permisi." Lanjut Pria itu seraya membungkuk kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Lalisa yang tengah di landa rasa gundah dan bimbang. Gundah karena terus berpikir bagaimana mungkin Sehun tau bahwa dirinya sudah berada di Korea. Bahkan Namsan tower? Ia pun bimbang antara memilih untuk membuka paper bag itu atau tidak.
"What should I do?" Tak selang berapa lama, tiba-tiba ponselnya pun berdering. Matanya membulat sempurna saat layar ponsel itu menampilkan nama sang kakak.
"Astaga... Matilah kau, Lalisa." Gumamnya pelan. Akhirnya dengan tangan gemetar Lalisa menjawab panggilan itu.
"H-halo."
"Aku sedang diluar, Kak. Ya baiklah aku akan segera kembali." Ia segera menutup panggilan itu, kemudian segera bergegas kembali ke Apartemen dan tak lupa membawa paper bag pemberian anak buah Sehun tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One
Fanfiction(21+) Mature content 🚫 "Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up." Awal publish : 16 Juli 2019 [Slow update] Highest Rank. #1 in sun (3 april - 8 april 2022). #1 in content...