The Only One : Chapter 22

1K 108 13
                                    

Happy Reading!
__________________________________

"A-ainsley..."

Ainsley melepaskan penutup mata dan juga penutup mulut yang membatasi suara sang adik yang sangat cerewet itu.

Pun, Pandangannya menatap lurus pada beberapa luka gores ditubuh sang adik. Dahinya berkerut, tanda ia tak suka dengan pemandangan ini.

Menegakkan badan, Ainsley memutar tubuh seraya menatap para anak buahnya yang kini tengah menunduk takut dengan tatapan membunuh.

"Lancang. Siapa yang berani melukai tubuh Adikku?!" Pekiknya dengan murka. Ia lalu menarik sebuah kursi dan duduk di dekat Lalisa.

Sorot penuh luka Ainsley tunjukkan. Pun, Tangannya terulur untuk mengusap beberapa luka yang terlihat masih segar dan mengeluarkan darah. "A-apakah ini sakit, Adik? Aku akan memberi pelajaran kepada mereka yang berani melukai dirimu, hm."

Ainsley berkata dengan ringan tanpa memperdulikan kondisi para pria yang kini tengah menegang ditempat.

"Tapi ini juga sudah sangat larut, kau harus beristirahat. Jadi aku akan memberikan pelajaran kepada mereka besok, oke? Dan Sembari memejamkan mata, aku akan menceritakan sebuah kisah kepadamu. Bagaimana?"

"Aku yakin, kau akan sangat tertarik saat mendengarkan kisahnya."

*****

California, Amerika serikat (2003)

Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you.

Lantunan lagu yang disertai dengan iringan piano di sebuah Mansion besar milik keluarga Manoban terdengar begitu menggema. Riuh tepuk tangan pun terdengar kala sang ratu semalam dibantu oleh kedua orang tuanya meniup lilin sebagai inti acara.

Malam ini adalah Hari istimewa, sebab Little princess mereka, Lalisa Manoban telah memasuki usianya yang ke-3. Dengan mengenakan dress berwarna soft pink, serta rambut blonde nya yang tergerai indah, Lalisa nampak duduk seraya sesekali bertepuk tangan dalam sebuah bangku yang sejajar dengan kue ulang tahunnya.

Penampilan gadis kecil itu sangat cantik, dan jangan lupakan dengan poni yang tak pernah meninggalkan tempatnya itu. Semakin menonjolkan kesan manis padanya.

"Wow, lihatlah, Mom. Bukankan Princess kita terlihat sangat cantik hari ini?" Puji Marco Vensensius Manoban, selaku Ayah dari putri yang tengah berulang tahun itu. Ia tersenyum haru. Tatapannya tertuju pada sang istri yang kini juga tengah menatapnya.

"Of course, Dad. Penampilan putri kita tak pernah mengecewakan." Ucap Vallerie Manoban dengan senyum tulus. Ia beralih menatap putrinya, putri yang membutuhkan usaha keras untuk mendapatkannya hingga akhirnya terlahir di dunia. Putri kebanggaannya, dunianya dan juga nafasnya.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang