Haechan mengehela nafasnya panjang, sejak ia bangun tadi pagi Mark tidak berbicara sedikitpun. Mark hanya menundukkan kepalanya sambil mengaitkan kedua tangannya. Dari nafas yang sedikit memburu dan raut wajah Mark yang tegang, Haechan tau Mark saat ini sedang marah.
Haechan sedikit mengerang, mendudukkan posisinya membuat Mark sedikit mengadahkan kepalanya ketika mendengar suara Haechan, tapi Haechan langsung mengatakan ia baik baik saja dan Mark kembali menundukkan wajahnya.
" Kau akan mendiami ku seperti ini?" Tanya Haechan tapi Mark tidak membalas sedikitpun
" Kau marah padaku?" Mark menggeleng
" Lau kenapa kau marah" Mark tidak menjawab, ia semakin menguatkan kepalan tangannya, bahkan kini tangannya bergetar sangking kuatnya tenaga yang ia tahan.
Ketika kita menyayangi seseorang, tuhan memberikan sebuah naluri dimana saat kita melihat orang yang sangat kita sayangi terluka, kita menjadi marah dan ingin membunuh orang yang telah menyakiti orang yang kita sayang itu. Naluri untuk melindungi, semua orang memilikinya. Dan ketika kita gagal menjaganya, kita menjadi sangat marah.
Ini yang dialami Mark saat ini, emosinya saat ini sangat meledak ledak. Mark menahan ini semua karena ia tidak bisa melakukan apa papa, melampiaskan emosinya pada Haechan juga bukanlah pilihan yang bagus. Jika Mark bisa melihat, mungkin orang yang telah melukai Haechan sudah tutup usia karena ulah tangannya.
" Seharusnya.... aku melindungi mu"
" Aku tidak pernah minta dilindungi"
" Tapi Ak-"
" Mark... sudah lah... berhenti menyalahkan dirimu"
Haechan niat menenangkan Mark, tapi sepertinya emosi pria ini tidak turun sedikit pun. Mark menghela nafasnya panjang, menyeka kasar air matanya. Mark memukul pahanya beberapa kali, melampiaskan emosi yang tidak bisa ia lepaskan . Mark sudah mengetahui apa yang terjadi malam itu dari Jeno. Karena itu emosi Mark semakin tidak bisa dikontrol, bagaimana tidak, tubuh orang yang ia sayang dilecehkan begitu saja.
" Bajingan ......"
" Bajingan....."
Tangan Mark bergetar dengan hebat, bahkan pukulan pada kakinya menghasilkan dentuman yang sangat keras. Haechan yang melihat itu hanya bisa menitikkan air matanya, ia ikut sedih melihat Mark yang frustasi seperti itu .
Haechan turun dari tempat tidur, mendekati Mark dan mememeluknya. Cara terbaik untuk meredamkan amarah seseorang adalah dengan memeluknya. Haechan tidak mengatakan apapun, hanya mengelus punggung Mark pelan
Haechan menyembunyikan kepalanya pada dada bidang Mark, Haechan bisa merasakan nafas Mark yang memburu dan detak jantungnya berdegub kencang. Getaran tubuh Mark yang menahan emosinya juga bisa Haechan rasakan.
Hanya isakan tangis Haechan yang terdengar. Mark belum membalas pelukan Haechan, ia masih berusaha meredamkan amarahnya yang sudah diujung kepala . Haechan saat ini benar benar merasa tenang dan aman, meraskan tubuh panas Mark, suara nafasnya, tidak ada lagi yang Haechan ingingkan, Ia hanya ingin bersama Mark.
Haechan ketakutan, sangat ketakutan, tapi ia menutup itu semua, dengan tawa dan senyumannya. Haechan terbiasa untuk hidup mandiri, terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, terbiasa menjadi tempat sandaran bagi orang lain. Hingga ia lupa, ia juga membutuhkan tempat untuk bersandar.
Dalam doanya, jauh didalam hatinya Haechan tidak ingin Mark kembali melihat, karena jujur saja hatinya tidak pernah siap untuk berpisah dengan Mark. Haechan tidak bisa membayangkan saat ia tidak punya lagi tempat untuk menangis, tidak punya orang untuk dipeluk untuk melepaskan kesedihan dan kekhawatirannya.
Selama ini ketika Haechan menangis dan terpuruk, ia hanya memeluk lutut dinginnya, tapi kini Haechan bisa merasakan kehangatan yang membuatnya benar benar tenang. Jadi tidak bisakah ia sedikit jahat dan meminta pada tuhan agar satu satunya kebahagiannya tidak diambil ?
Tangis Haechan pecah, ia sama sama frustasinya dengan Mark, ingin rasanya Haechan menghentikan waktu, agar moment ini tidak cepat berlalu. Ia benar benar tidak ingin berpisah dengan Mark, semakin hari Mark membuatnya jatuh cinta lagi dan lagidan semakin hari dirinya semakin terikat dengan Mark.
Haechan membenci dirinya saat ini, selama ini Haechan tidak pernah sebergantung ini pada orang lain. Selama ini Haechan bisa hidup tanpa ada yang namanya CINTA. Tapi kenapa kali ini Haechan begitu takut kehilangan Mark?
Rasa cinta itu... sudah mengubah Haechan dan mengetuk pintu hatinya
Selama ini Ia terlalu keras pada dirinya, selama ini Haechan sangat sulit untuk menerima uluran tangan seseorang.
Tapi dengan Mark, Haechan bisa mengeluh, bisa menangis bahkan tidak ragu mengulurkan tangannya sendiri untuk meminta bantuan pada Mark.
Mendengar tangisan Haechan, sukses membuat emosi Mark mereda, suara tangisan Haechan mengutarakan seribu arti,amarah, penyesalan, kebahagiaan, ketakutan, rasa syukur... semuanya bercampur aduk dalam tangisan yang Mark dengar.
Mark tidak tau bagaimana cara menghiburnya. Ia tidak tau kalimat apa yang harus ia keluarkan untuk menenangkannya, sehingga Mark hanya bisa membalas pelukan Haechan dan mengelus kepalanya.
Selama ini Mark selalu bersamanya, tapi saat ini, saat Mark memeluknya, Mark baru sadar tubuh Haechan terasa sangat kecil dan rapuh, bahkan hanya dengan satu tangannya Mark bisa mendekap seluruh tubuh Haechan.
Mark menjadi sangat sedih, tubuh kecil ini, selama ini menanggung semua beban itu sendiri. Menutup semua luka lukanya dengan suara tawanya karena Mark tidak bisa melihatnya. Mark mereasa sangat jauh dengan pujaan hatinya ini, tidak ada satu hal pun yang Mark tau tentang dirinya, bahkan sekalipun Mark tidak pernah memperhatikannya sebagai seorang pria, sebagai seseorang yang sangat Mark cintai.
Mark terlalu terlena dengan hubungan " Persahabatan " mereka. Membuat Mark berfikir bahwa pria ini baik baik saja, namun selama ini tepat di depan mata Mark, entah sudah berapa kali air mata yang tidak bisa Mark lihat.
Air mata Mark ikut mengalir, menemani suara tangisan Haechan yang sangat memilukan tapi dilain sisi membuat Mark sedikit tenang, karena pada akhirnya, semua rasa sakit dan perasaan yang tidak pernah Haechan keluarkan, akhirnya didengarkan.
Mark semakin mengeratkan pelukannya, bahkan sedikit mencengkram bahu Haechan, menenggelamkan kepalanya pada bahu Haechan, seolah mengatakan bahwa ia tidak ingin lagi Haechan menangis seperti ini, tidak ingin lagi orang yang sangat ia cintai terluka dan Mark berjanji untuk selalu menjaganya.
Haechan menangis meraung, melepaskan semua perasaannya. Bahkan tangisan Haechan lebih terdengar seperti teriakan. Haechan mengcengkram kuat baju Mark, semakin menenggelamkan wajahnya pada dada Mark, ia tidak ingin melepaskan pria ini, karena Haechan benar benar mencintainya.
Jeno membuka pintu , sedikit terkejut melihat Haechan dan Mark yang saling berpelukan. Suara tangis Haechan dan isak tangis Mark saling bersautan. Jeno bahkan melihat punggung Mark yang bergetar hebat.
Jeno kembali menutup pintu,Jeno menyandarkan tubuhnya kedinding, mengadahkan kepalanya sambil menatap langit langit. Tangisan mereka kedua, Jeno bisa merasakan seberapa sakitnya hati kedua temannya itu.
" Jaemin-ah... jujur aku juga tidak siap" Cicit Jeno pelan
Jeno tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika Mark tau semua kebenarannya .

KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Blind Love || Markhyuck
FanficMark mengira kisahnya dengan cinta pertamanya berjalan dengan mulus. Hingga saat itu ... Satu kebenaran yang membuat dirinya Menyesal....