Buku

452 71 1
                                    

"Hari ini ngga hujan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini ngga hujan ya..."

~

"Yo! Sehat?" Sapa gadis itu di tempatnya seperti biasa. Di ujung sebelah kiri. Hari ini ada satu orang di ujung kanan tempat duduk halte itu.

Kenma mengangguk pelan sesudah duduk di samping gadis itu. Seperti biasanya memainkan handphonenya.
Setelah beberapa saat, pria lain di sisi kanan menaiki bus yang sesuai dengan arah tujuannya.

"Hari ini lebih der-"

JEGERRR

Petir menyambar tepat di seberang jalan. Gadis itu terdiam dengan bibir terangkat dan mata terkejut. Kenma segera berhenti memainkan Handphonenya. Berbahaya!

"Ha.Ha. Abunai na... " Dia mencoba merilekskan tubuh nya yang sedikit gemetar melihat petir di depannya tadi. Jantungnya tidak kuat. Amat terkejut.

"Hm. Mungkin lebih baik ngga main handphone dulu." Pria berjaket merah itu berdehem mengiyakan.

"Kayaknya hari ini lebih deras lagi." Ujar gadis itu. Tangannya kali ini menyodorkan keripik kentang. Kenma menerima keripik itu kemudian membuka bungkusannya lalu memakannya.

Hanya terdengar bunyi hujan bersama bunyi keripik yang dikunyah samar. Rasanya hujan kali ini tak akan cepat berhenti. Jam pada layar handphone kenma mengatakan ini sudah sore. Nampaknya bus yang biasa dinaikinya akan telat karena cuaca.

Dia kemudian mematikan handphonenya lalu memasukkannya ke saku celana. Kemudian memandangi tetesan air hujan.

"Bosan." Ucapnya tanpa sengaja.

"Hm? Mau coba baca kalo gitu?" Gadis itu menyodorkan buku hitam yang dibacanya. Kenma menerima buku itu sedikit ragu. Apakah ada mantra hitam di dalamnya. Atau mungkin ini kitab seperti pada game sebelumnya. Entahlah, dia sudah membayangkan power up bila ini adalah kitab rahasia.

Dia membuka sampul itu perlahan lalu melihat judul di halaman pertamanya. "Unknown". Dibukanya lagi halaman itu dan melihat Bab 1 dari buku itu. Ini adalah buku novel berbahasa Inggris.

Dia membaca paragraf pertamanya lalu melirik ke gadis itu. Gadis itu memiliki satu buku hitam lagi.

Kenma memutuskan melanjutkan membaca novel berbahasa asing tersebut. Halaman perhalaman, dia mulai memasuki kisah buku itu. Tentang seorang gadis tanpa nama. Gadis yang merupakan tokoh utama namun namanya tak pernah disebut.

Dia hidup sebatang kara sendirian sejak kecil. Ketika bayi dia sempat dirawat di panti asuhan namun panti itu kebakaran ketika umurnya 10 tahun. Pengasuhnya di panti yang sudah tua tak pernah memberikannya nama.

Dia selalu memanggilnya dengan sebutan 'nak'. Tanpa kartu identitas, tanpa pendidikan, tanpa tempat pulang.

Sejauh yang Kenma baca, gadis ini kini berusia 16 tahun. Tinggal di kota buangan negara. Tempat asalnya penjahat, bebas tak mengenal aturan. Dengan bahasa yang sedikit harus dicerna. Bacaan yang cukup berat.

"Siapa nama penulisnya?" Kenma menoleh ke gadis di sampingnya penuh rasa penasaran.

"Hm? Buku tulisanku. Jangan bilang siapa-siapa,ya. Rahasia negara." Jawab gadis itu sedikit bercanda di akhir kalimatnya.

"Kenapa aku boleh baca?"

"Karena kamu ngga kenal aku?" Ujar gadis itu memberi jawaban. Aneh. Itulah yang ada di benak lawan bicaranya kini.

"Kozume."

"Kozume kenma." Ujarnya lagi menatap lurus aliran air dari atap halte itu.

"Lah?"

"Aku... Masih ngga kenal kamu." Ucap anak keluarga Kozume itu lagi.

"Bisa gitu ya?"

"Bisa."

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang