Mimpi Indah

375 44 7
                                    

"Iya ya. Ternyata yang belum kesampaian aku lakuin sudah aku lakuin ya. Hehehe." [Name] mengingat ingat hal-hal yang dulu sangat ingin dilakukannya namun tidak bisa dilakukannya. Seperti pergi ke toko buku bersama teman atau jalan-jalan di Roppongi.

"Gitu ya."

"Ehem. Arigatou, Kenma." [Name] menganggukkan kepalanya. Kenma meletakkan kepala [Name] di bahunya.

"Kalau begitu sudah saatnya tidur kan?"

[Name] bisa merasakannya. Dia bisa merasakan tangan kenma di atas kepalanya.

"Iya ya. Udah tengah malam. Kenma mau tidur dimana?"

"Disini aja."

"Kenma..."

"Iya?"

"Kenma..."

"Kenapa?"

[Name] rasanya ingin menangis lagi. Ketika dia memanggil nama Kenma, ada yang menyahutinya. Dia memejamkan matanya. Entah mengapa kepalanya kembali terasa sakit. Tubuhnya sedikit bergetar. Rasanya dia tak bisa berdiri tegak karena tak bisa menjaga keseimbangan. Sekujur tubuhnya perlahan merasa sakit.

"Kenma?" Tanyanya sekali lagi dengan mata yang dipejamkan.

"Iya?" Jawab Kenma untuk kesekian kalinya. Suaranya sedikit terganggu oleh suara air yang turun dari langit.

"Selamat malam."

"Selamat malam, [Name]."

"Ehem. Mimpi indahnya sampai sini. Sudah waktunya pulang, [Name]" Tangan pria itu menepuk-nepuk pelan kepala [Name].

.
.
.

"[Name]! [NAME]!" Gadis itu membuka matanya perlahan. Yang dilihatnya adalah wajah ibunya yang penuh air mata. Seluruh tubuhnya terasa sakit.

"Mama ngapain ke Tokyo?" Tanya [Name] dengan suara yang sangat serak.

"Tokyo apaan? Kamu kan ngga jadi ikut pertukaran pelajar." Ibunya membuat [Name] seakan disambar petir.

"K-Kenma?" Tanyanya panik.

"Apaan sih? Orang ngga nyata gitu kamu cariin? Gila ya? Kan udah mama bilang stop nonton hal ngga bermanfaat itu."

Ketakutan [Name] terbukti sekarang. Kejadian bak mimpi  bersama Kenma itu memang mimpi belaka. Dia rasanya ingin sekali menangis saat ini.

"Selain itu..Jangan mati. Jangan mati. Katanya kamu temen mama kan? Yakan? Jangan mati. Nanti kita bisa operasi. Iya. Operasi. Apapun. Jangan mati."

Mual rasanya dia mendengar kata-kata dari mulut wanita itu.

"Ma... Kalau aku tetap hidup tapi... Harta papa habis buat ngobatin aku?"

Perempuan itu terdiam. Air hangat mengalir tanpa sengaja dari punuk mata gadis itu. Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Senyuman yang sangat lebar. Kemudian dia memejamkan matanya pelan.

"Papa?"

Bodohnya dia menanyakan hal itu.

"KAMU NGAPAIN NANYAIN BAJINGAN ITU?"

"PLAK."

[Name] memegang pipinya yang kemerahan. Tentu saja ayahnya menemani istri dan anak tercintanya... Yang lain.
Mata [Name] menatap ibunya dengan dada yang naik turun. Pandangannya buram.

Pandangannya kian menyepit karena senyumannya yang teramat lebar. Keluar setitik air dari sana. Perempuan paruh baya itu membuang wajahnya.

Mulut gadis itu tampak terbuka dan mengatup. Setelah berfikir pasrah, dia membuka suara lagi.

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang