Pirang

300 53 0
                                    

"A...Anjing." Umpat [Name] yang terkejut. Dia menjauhkan handphonenya dari pandangannya dengan dada naik turun. Rasanya dia tadi akan mati sebelum saatnya. Mubazir berapa bulan coba.

"Hahaha... Ketangkep." Kenma tertawa meledek. Dengan segera tulisan "WIN" muncul pada layar handphonenya dengan ukuran yang besar.

"Bentar! Kenma, ganti dulu avatarnya!" Perintah [Name] mencoba meraih handphone yang layarnya dipamerkan oleh Kenma itu.

"Ngga mau. Ngapain." Ledek Kenma menekan profilnya dan menunjukkan hantu yang dipilih olehnya. [Name] segera mengalihkan pandangan, bisa-bisa dia mimpi buruk malam ini.

"Kenma."

"Apa?"

"Ganti ih."

"Ngga mau ih."

Pria berkuncir dua itu terus meledek [Name] yang ketakutan melihat salah satu hantu dari game itu.

"Kali ini 10.000 Yen?" Tawar Kenma tersenyum menantang.

"Halah, paling entar juga kalah. Ngapain bikin kamu tambah kaya. Mending disumbangkan. Cari amal sebelum mati." Meski berkata seperti itu, uang 10.000 yen satu lembar dikeluarkan olehnya dari dompetnya.
Gadis ini orang yang akan bangkrut bila diajak berjudi.

"Haha. Waktu buat ketemu kamunya aku jadiin 4 menit deh." Tawar Kenma mulai mensetting ulang pengaturan pada game online yang akan dimainkan mereka.

"Oke." Tubuh [Name] mulai mengejang. Begitu timer pada layar benda pipih itu mulai berjalan, jantungnya serasa sedang diskotik. Jangan sampai bertemu Kenma.

Melihat layar handphone miliknya mulai memancarkan cahaya merah kelap-kelip, jantungnya berteriak minta dikeluarkan.

Dengan panik dia bersembunyi di bawah ranjang. Dia bisa melihat kaki penuh darah dari bawah sana. Tiba-tiba wajah seram itu menoleh ke bawah.

"WAAAAA!!! ANJING LO KENMA!!!"

Saat itu, jantung [Name] berhenti berdetak untuk satu detik. Handphone miliknya dilempar ke atas sofa di dekat Kenma yang kini masih saja tersenyum bangga.

"Gelut yuk. Anjir. Aku masih punya berapa bulan astaga. Kalo tadi serangan jantung?" Kenma terkekeh mendengar ucapan sangar dari [Name].

"Hahahaha... Udah deh. Hahahaha." Kenma mencoba meredakan tawanya. Di kepalanya terus tergambar wajah terkejut [Name] yang pucat pasi.

"Itu udah bisa dicuci kok harusnya." Kenma menunjuk kepala [Name] yang terbungkus plastik.

"Oh, iyakah?" [Name] melirik pada jam dinding di ruang tamunya. Dia tidak bisa menatap layar handphonenya karena pasti sekarang wajah hantu kenma masih terpampang jelas.

"Oh. Bentar ya." Tangan [Name] mencabut plastik dari kepalanya dan membuang plastik itu ke dalam kotak sampah. Dia kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

[Name] keluar dengan rambut yang sudah berwarna pirang dengan handuk di bahunya.

"Tada~" Dia memamerkan diri kepada Kenma.

"Bentar. Ambil hairdryer dulu." Ujarnya kemudian kembali pergi ke kamarnya. Tak lama dia kembali dengan hair dryer dan sisir di tangannya.

"Sini kubantu." Tawar Kenma yang dibalas [Name] dengan senyuman.
[Name] duduk di lantai dan membiarkan Kenma mengeringkan rambutnya.

"Ah iya. Buku itu ada lanjutan ceritanya?" Tanya Kenma dengan tangan yang menyisir rambut pirang [Name] dengan telaten.

"Ada kok. Sampe 6 buku. Kenma udah habis bacanya?" Jawab [Name].

"Belum. Tapi kayaknya bentar lagi mau habis."

"Kalau gitu nanti aku kasih aja bukunya ke Kenma."

"Hm? Bukannya itu buku tulisan kamu? Bisa aja aku ngaku itu buatan aku."

"Aku ikhlasin deh." Jawab [Name] sedikit terkejut meremehkan Kenma.

"Oh. Ngga bakal ada yang tahu loh, kalau itu tulisan kamu."

"Em. Tambah bagus."

"Kenapa?" Kenma sedikit memiringkan kepalanya.

"Ekhm... Kalo gitu aku ngga usah nyembunyiin buku itu lagi."

"Kenapa harus disembunyikan? Bagus kok." Kehidupan Kenma dan [Name] mungkin memang berbeda. Tapi, Kenma ingin mengerti tentang gadis ini. Sedikit lebih banyak hingga dia tidak berpikiran bahwa [Name] gadis super duper aneh yang asal curhat kepada orang.

Name memainkan jarinya. Tangannya membentuk berbagai model yang akan menyerupai berbagai bentuk hewan bila dibuat menjadi bayangan.

"Malu."

"Oh." Kenma menganggukkan kepalanya.

"Bukunya nanti ya. Belum habis kan?"

"Iya. Nanti aja, masih ada kayak 9 bab lagi."

Kenma menyisir ulang rambut [Name] yang sudah kering.

"Gimana? Cocok ngga?" Tanya [Name] setelah rambutnya kering dan rapi kembali. Dia kini memiliki tampilan baru dengan rambut berwarna blonde pendek.

"Cantik kok." Balas kenma dengan semu merah di wajahnya.

"Arigatou, Kenma."

" Tapi pirang emang kece yakan." [Name] menatap pantulan dirinya pada cermin di depannya.

"Iya."

~

"Kenma, Bye-bye! Kyou wa arigatou. [Terimakasih untuk hari ini.]" [Name] melambaikan tangannya pada Kenma yang akan menaiki bus.

"Em. Bye-bye." Jawab Kenma kemudian melangkah naik me atas bus kuning tersebut.

Melihat bus itu melaju, [Name] membuka payungnya kemudian berjalan kembali menuju bangunan apartemennya.

"PIP" Pintu itu berbunyi ketika [Name] menempelkan jari jempolnya pada sensornya. [Name] menekan daun pintu itu kemudian masuk.
Dia menutup kembali pintu itu dan meletakkan kembali payungnya.

"Lah, pada tidur?" [Name] menatapi kelima kucing yang tidur tak beraturan di atas karpet ruang tamu. Dia tersenyum lalu berjalan menuju kamarnya.

Disana perempuan itu duduk di meja belajar lalu mengambil secarik kertas. Dia mulai menulis pada kertas itu. Air matanya turun begitu saja. Kemudian dia melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam amplop coklat. Dia kemudian menempelkan amplop coklat itu pada bagian belakang dari salah satu buku hitam miliknya.

Dia kemudian beralih menulis di sebuah buku dengan sampul langit sore yang indah.

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang