Penjahat

454 94 1
                                    

Matahari memancarkan cahayanya dari sisi barat langit. Hujan masih turun perlahan dari langit. Cahaya oranye memantul dari sudut bangunan. Manik keemasan Kenma mengalihkan pandangannya dari buku sebentar. Dia kemudian menemukan gadis itu tengah asik memotret dengan Handphonenya.

"Ano... Bukunya boleh dibawa pulang?" Dia meminta izin sembari menutup buku bersampul hitam itu.

Gadis itu nampak mengangguk sembari mengotak-atik hasil potretannya.

"Boleh kok."

"Kayaknya busnya ngga bakal Dateng deh." Ujarnya lagi menatap ke kiri dan kanan.

"Hm..." Pria bersurai Dwi warna itu mengiyakan ucapannya

"Mau naik kereta? Yuk, barengan." Ajak gadis itu.

"Boleh." Kenma memasukkan buku itu ke dalam tas di sampingnya.

~

"Pertukaran pelajar dari mana?" Kenma menanggapi obrolan gadis di sampingnya ini. Sedari kereta berjalan, mereka sedikit bercerita tentang tempat wisata di Tokyo. Dan ternyata gadis ini bukan asal Tokyo.

"Indonesia." Jawab gadis itu.

"Ooo... Asia tenggara?"

"He'em. Cuma 1 bulan proyeknya. Aku juga ngga nyangka bisa dapet." Jelasnya lagi. Mereka sudah sedikit terlihat seperti kenalan. Bukan orang asing lagi. Inikah kekuatan nama?

"Kalau gitu, tinggal berapa hari di Tokyo?"

"Sekitar 15 harian lagi. Kemarin udah sempet ke Kyoto dan Osaka. Cantik banget." Gadis itu lanjut bercerita tentang kesannya terhadap negara sakura ini.

"Rencananya, besok mau ke Roppongi. Mumpung akhir pekan."
Dia terdiam sebentar kemudian melanjutkan pembicaraan.

"Mau pergi bareng besok?" Ajak gadis itu dengan riang.

Kenma terdiam sejenak kemudian memikirkan semuanya dengan rinci. Bagaimana bila tahu-menahu gadis ini adalah penjahat? Bagaimana kalau dia mau melakukan tindak kejahatan besok. Berbahaya. Dia bahkan tidak tahu namanya.

Itu mungkin saja. Sebentar. Pikiran Kenma amat sangat kacau saat ini. Begitu banyak prasangka buruk yang baru muncul.

"Kenma-san?" Gadis itu sedikit mendekat untuk melihat wajah pria di sampingnya. Kenma tersentak melihat wajah itu muncul tiba-tiba di depannya. Pikirannya bertambah kacau, terbayang wajah cantik itu berlumuran darah sisa tindak pembunuhan.

Pemberhentian selanjutnya adalah *** Harap para penumpang bersiap turun. Terimakasih.

"Ah... Aku turun disini. Besok aku tunggu di halte ya!" Gadis itu lalu berdiri dan bersiap turun. Kereta itu berhenti bergerak maju.

"Kenma-san... Bye-bye!" Dia melambaikan tangannya ke arah pria berambut panjang itu. Kenma melambai balik. Segera gadis itu menghilang di balik kerumunan orang yang turun.

~

"Kuroo!" Kenma langsung mendobrak pintu kamar teman masa kecilnya setelah mengucapkan salam kepada teman ibunya.

"Nandayo?" Sahut Kuroo yang sedang berusaha mengambil kembali keripik kentangnya yang diambil Ace fukurodani itu. Sang setter tampak lemah, letih, dan lesu duduk di sofa yang terletak di samping lemari pakaian. Sudah ketahuan bahwa Akaashi dipaksa Bokuto untuk ikut bermain ke rumah Kuroo.

"Gimana, gimana... Baru kepikiran. Gimana kalo tau-tau cewek itu penjahat? Atau pelaku pembunuhan. Atau teroris? Buronan? Anjirlah." Ujarnya panjang lebar mencengkram pundak pria yang lebih tinggi darinya itu. Persetan dengan apapun itu, dia panik bukan main.

Dia sudah mengirimkan email kepada Hinata, tetapi masih belum dibalas. Mungkin sahabatnya masih latihan. Tapi tunggu, bagaimana bila itu pesan terakhir darinya?

"Gimana kalau gue jadi terlihat tindak kejahatan? Ngga... Mampus. Atau jangan-jangan buku itu ada apa-apanya... Atau mungkin makanan dan minumannya ada racun yang membunuh secara perlahan? Lo juga ikut mati, Kuroo!" Cerocosnya terus menerus membuat akashi takjub dengan keaktifannya saat ini.

"Cewek halte itu?"

"Iya!"

~

Orang beradab memberikan vote dan komen.

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang