Nyonya Kozume

371 62 2
                                    

"Ano... Saya [Name]. Tadi Kenma-san main ke rumah saya sebentar. Tapi, mendadak dianya diare. Kozume-san, bagaimana ya? Dianya masih di toilet lagi. Udah bolak-balik."

"Ah... Begitu ya, terimakasih sudah mengabari, [Name]-san. Apakah dia sudah membaik?"

"Tadi sudah saya berikan obat. Mungkin sudah sedikit membaik."

"Begitukah... Baiklah, [Name]-san, saya akan segera kesana ya. Bisa berikan alamatnya?"

"Saya di apartemen Hanaki nomor 34, Kozume-san."

"Terimakasih, [Name]-chan."

"Terimakasih kembali, Kozume-san."

[Name] menghela nafas panjang. Mengapa dia tidak memberi tahu kepada Kenma bahwa mie itu pedas kebangetan.

Ceklek

Pintu kamar mandi dibuka. Kenma berjalan keluar dari sana seperti orang tak bernyawa. Perutnya dipegangnya erat-erat serta badan yang dibungkukkan. Dia segera pergi menuju ruang tamu apartemen milik [Name] dan meringkuk di atasnya.

"Kenma-san, Kozume-san bilang bakal jemput. Sudah baikan?" Name ikut duduk di samping Kenma yang berguling di atas sofa yang cukup lebar itu.

"He'em. Arigatou." Suara Kenma bahkan terdengar lebih lesu lagi dari suaranya biasanya.

"Kenma-san ngga mual kan?"

Kenma menggeleng sebagai jawaban.

"Bisa makan? Supaya fesesnya ngga cair lagi." Tangan [Name] menggeledah laci di sampingnya. Dia kemudian mengambil kompres hangat yang biasa dipakainya saat nyeri haid. Tangannya menempelkan kompres itu pada perut Kenma.

"Bentar, aku bikinin air hangat ya." [Name] meletakkan tangan Kenma di atas kompres itu lalu berdiri.

Tak lama dia sudah kembali dengan sebuah gelas di tangannya. Kenma duduk lalu menerima gelas tersebut dan meminum isinya. Kemudian dia meletakkan gelas itu ke atas meja.

"Kayaknya aku bakal mati." Ujar Kenma melanjutkan aktivitasnya tadi.

"Maaf, lupa bilangin."

"Ngga, Aku yang bandel. Mienya emang enak." [Name] kembali duduk di samping Kenma.

"Ngga mau numpang di kamarku?" Tawarnya menatapi sekitarnya. Rasanya sedikit canggung, mungkin bila ibunya tahu dia berduaan dengan seorang pria di apartemennya pada malam hari, ibunya akan memenggal kepalanya.

"Males." Balasnya singkat. Tangannya menggapai tangan [Name] lalu meletakkannya di atas kepalanya. Wajahnya merona seperti diberi perona pipi.

[Name] melihatnya dengan jelas, untung matanya tidak sedang kumat. Kenma menatap balik ke atas hingga mata mereka bertemu. Tak lama, lengkungan terbit di bibirnya menyadari gadis itu ikut merona.

Merasa malu dan canggung, Name turun lalu duduk di lantai. Dia menarik sedikit bagian rambut panjang Kenma. Tangannya bergerak membagi rambut itu menjadi tiga bagian. Dia kemudian mengepang rambut itu dengan telaten, kemudian disegel olehnya dengan karet kuncir di laci samping sofa.

Saat ingin mengikat kepangan ketiga, tiba-tiba saja Kenma bangun kemudian berlari terbirit-birit menuju kamar mandi. [Name] menahan tawanya. Takut berdosa, dia salah satu penyebab keadaan Kenma menjadi seperti sekarang.

Ting tong

Suara bel terdengar di telinga [Name]. Dengan segera dia membuka pintu unit apartemen miliknya. Disana terpampang jelas wajah Kuro dan seorang wanita yang tampak sudah berumur namun masih cantik.

"Yo, Cantiku-chan." Sapa Kuroo dengan nama samaran yang dibuatnya beberapa hari lalu. Tidak, hentikan itu, dia malu sekali sekarang! Bukankah anak voli yang kemarin juga temannya Kuroo.

"Selamat malam, Kuroo-san, Kozume-san." Gadis itu menyapa balik sembari menyingkirkan dari tengah pintu dan mempersilahkan keduanya masuk. Kemudian menutup kembali pintu itu.

"Sebentar ya, saya ambilkan teh."

"[Name]-chan. Gapapa kok. Kasihan nanti Kenma."

"Baik, Kozume-san. Kenma-san sedang di toile- Bruk." Kedua orang itu bertubrukan. Melihat tubuh Kenma yang sedang lemas seperti akan jatuh, dia menahan punggung pria itu agar dia tidak jatuh.

Kenma menatap mata gadis itu sebentar. Pikirannya sedang ngeblank habis keluar dari toilet.

"Daijobu?" Tanya [Name] panik melihat Kenma tak bereaksi apapun.

"Em."

"AHAHAHHAHA!" Kuroo tertawa keras melihat kepala Kenma.

~

"Tante, baik kan anaknya." Ucap Kuroo mengajak ngobrol ibu teman kecilnya sembari mengendarai mobil. Ayah Kenma sedang ada urusan di luar kota dan mungkin terlalu lama bila menunggu angkutan umum. Mau tidak mau nyonya Kozume itu meminta tolong pada anak temannya.

"Iya ya." Balasnya mengingat perilaku [Name] tadi. Sangat sopan dan baik.

"Hah... Mungkin Kenma bisa lebih baik? Kasihan Name-chan." Dia merenungi anaknya yang mungkin sikapnya sedikit...

"Kuroo! Cepetan! Diujung!"



Anjir, gue kualat sma Kenma atau apa askskskksks. Masa abis upload yg kemarin, malemny muntah" & diare. Tidur 30 menit sekali kebangun buat ke toilet. Apa maksudnya biar lebih mendalami perasaan Kenma gitu? Bab ini dibuat penuh pengalaman bestie. :)

Waduh, siapa yang katanya mau selesai-in sebelum tgl 10. Wkwk, mana sekolah saya ngga online lagi. Udah campur offline 😀👍 Simsalabim, banyak ide dari PTM wkwk.

Tenang saja readertachi tersayang, saya tetap update dua kali seminggu kok........ Insyaallah 😀🙏👍

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang