PDP 01|| RAYEN KECIL

413 54 21
                                    

Hiu pren🙌

Kalian baca ini jam berapa?

Updetnya malam Jum'at aja, ya😽

Biar asik bunuh-bunuhnya

Dan maaf seharusnya publik dari kemaren tapi baru sempet hehe

Happy reading 💗

Jangan lupa vote dan comennya💬

***

Sosok anak kecil berusia 1 tahun sedang memandangi langit malam. Sunyinya suasana membuat momen pas untuk menenangkan pikiran. Anak kecil bernama Rayen Reynald itu melihat bintang-bintang yang gemerlap. Kata orang, bintang mengigatkan pada orang yang disayangi, dan mengigatkan masa lalu, Rayen akui kata-kata itu benar adanya.

Rayen merindukan perempuan berjasa pada hidupnya, perempuan itu adalah cinta pertamanya. Setiap tutur katanya bahkan gerak-geriknya selalu Rayen ingat, perempuan itu adalah mamanya.

Napas Rayen mulai tidak beraturan, setiap kali mengingat mamanya. Ini adalah efek  terlalu mengingat momen-momen itu sampai tidak bisa melupakannya.

Rasa sesak memenuhi hatinya, anak laki-laki itu masih belum mengikhlaskan kepergian sang Mama. Bagaimana bisa Rayen mengikhlaskan cinta pertamanya? Terlebih lagi mamanya pergi dengan cara yang tidak manusiawi dan didepan matanya. Mamanya wafat karena tertabrak oleh truk dan parahnya lagi wafat karena menyelamatkannya. Peristiwa itu membuat Rayen tidak bisa hidup dengan tenang rasa sesal selalu menghantui disetiap tidurnya.

"M-maafin Ray, Ma. Karena Ray Mama jadi pergi," kata Rayen mulai bercerita mengeluarkan isi hati dari lubuk terdalam.

Satu detik, dua detik, hingga tiga detik hanya angin malam yang terdengar pertanda akan hujan langit yang semula terdapat bintang-bintang pun mulai tertutup awan. Walaupun begitu, Anak laki-laki itu masih enggan untuk beranjak dari balkon dan pergi ke alam bawah sadar.

"Mama balik kesini lagi bisa nggak? Ray butuh mama."
"Ray janji nggak akan jadi anak nakal, Ma."
"Ray nggak butuh mainan yang dibeliin Mama, Ray nggak mau uang jajan yang banyak, Ray nggak butuh itu, Ma. Cukup Mama disamping Ray."

Bila Rayen tahu kejadian itu akan terjadi, Rayen tidak akan meminta ditemani oleh mamanya, Rayen lebih memilih bermain di rumah saja. Namun, takdir telah ditulis sejak lahirnya seseorang, tidak ada yang tahu bahwa mamanya pergi secepat ini dan tidak ada orang yang bisa merubah takdir. Sekarang, hanya ada penyesalan, penyesalan dan penyesalan yang memenuhi pikiran Rayen.

"Maafin Ray yang bandel ini, Ray nyesel, Ma."

Rintik hujan mulai berjatuhan, suasana malam yang dingin semakin terasa. Bintang-bintang yang gemerlap pun telah tertutup rapat oleh awan. Mengingat hujan biasanya Rayen selalu memeluk mamanya lantaran takut dengan petir dan mamanya akan mengusap-usap punggung kecil Rayen.

"Ray pengen peluk Mama waktu ujan-ujan gini."
"Ray pengen ada di waktu itu, Ma."
"Ray pengen makan, duduk sebelah Mama kayak biasanya."
"Sekaliii aja Ma, pulang kesini. Ray nggak akan nanya papa ada dimana? Kapan pulangnya? Apa papa udah makan apa belum? Rayen nggak akan nanya itu, Ma."
"Kalau Mama balik lagi, bangunin Ray setiap pagi, Rayen nggak akan susah dibangunin kayak biasanya, Ray akan bangun tanpa Mama ngomelin Ray dulu."

Bila dulu Rayen akan selalu dibangunkan oleh mamanya untuk pergi ke sekolah, makan bersama dengan Mama papanya, dan Rayen akan dinasehati bila melakukan kesalahan, sekarang tidak lagi. Sekarang posisinya berubah semenjak kejadian itu.

Setiap hari tidak ada yang membangunkan tidurnya, bila Rayen pergi kesekolah pun sering terlambat dan dimarahi guru bahkan terkadang Rayen dapat hukuman. Mamanya tidak bisa lagi membangunkannya sedangkan papanya belum tentu pulang setiap hari, papa Rayen lebih sibuk di kantor dari pada mengurusi anak. Bila dipikir lagi, anak seusia Rayen masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua.

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang