PDP 14 || NING AZA MENGHILANG

111 17 15
                                    

Hiu pren🐋

Aya kira hari ini bolos up karena belum selesai ngetik, tapi Alhamdulillah Aya sanggup selesain bab ini.

Sebelumnya apa Aya boleh minta vote dan komen di setiap paragrafnya?💬

bismillah

Happy reading❤

•••*•••

Semenjak Rayen tahu Ning Aza akan tetap menikah, Rayen mendiami Ning Aza. Biasanya saat berpapasan dengan Ning Aza, Ning Aza akan tersenyum kepada Rayen dan akan Rayen balas dengan senyuman. Namun dua hari ini Rayen tidak memperlihatkan senyumnya. Saat tidak sengaja berpapasan dengan Ning Aza pun Rayen menganggap Ning Aza tidak ada.

Bukan karena Rayen marah padanya, tetapi Rayen sedang dalam fase tidak tahu berbuat apa hingga mengakibatkannya seperti ini. Dalam dua hari ini pula Rayen marah-marah tidak jelas. Farel dan Naufal juga kena semprot.

Saat melihat Gus Alif yang sebenarnya pun Rayen malah mendengus lalu pergi begitu saja. Rayen lebih memilih menjauh dari pada menjalin tali persaudaraan dengan Gus Alif untuk saat ini. Dan saat melihat Zaki pun rasanya Rayen ingin menonjok mukanya. Beruntung masih Rayen tonjok, bukan Rayen mutilasi hingga mati di tempat.

Memikirkan itu Rayen jadi ingin mengigit jari-jari manusia yang telah dibuat patah dan terdengar bunyi tulang yang Rayen gigit. Ah, rasanya mantap.

Dua hari ini Rayen tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, Rayen yang biasanya pendiam itu tiba-tiba meledak. Semua orang di sekitarnya mendapatkan amarah darinya dengan alasan yang tidak logis.

"Rey kenapa, sih?" tanya Farel pada Naufal.

"Gue nggak tau."

Saat ini Rayen sedang duduk bersandar di dinding. Lebih tepatnya dinding teras kamar. Kaki kirinya Rayen tekuk sedangkan kaki kanannya Rayen biarkan berslonjor. Tanganya sibuk memotong daun. Tatapan matanya pun terlihat kosong, seperti tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup.

Melihat itu membuat Farel iba. Farel pun mendekati Rayen dan duduk di sampingnya. Naufal juga mengikuti apa yang dilakukan Farel.

Mereka diam. Tidak ada yang membuka obrolan. Biasanya Farel dan Naufal akan ribut karena masalah kecil tiba-tiba saja mereka berubah menjadi diam.

"Lo ... nggak papa, Rey? Lo dua hari ini sering marah-marah, trus ngelamun."

Rayen diam. Tidak merespon ucapan Farel, pikirannya kosong dan sedang tidak bisa diajak bicara.

"Rayen kenapa?" tanya Zaki yang tiba-tiba datang ke kamar.

Naufal dan Farel menggeleng.

Zaki menghembuskan napas, lalu mengambil baju miliknya. Zaki gerah dan ingin mandi di siang ini.

"Gue ke toilet, mau mandi," kata Zaki berpamitan pada mereka.

Farel mengangguk mengiyakan.

Naufal bangkit dan mengecek uang miliknya. Naufal lapar ingin membeli sesuatu yang mengganjal perutnya. Namun, Naufal hanya mendapatkan satu lembar uang dan itupun hanya sepuluh ribu rupiah.

"Rey, bagi duit. Laper." Naufal menepuk-nepuk perutnya.

Mendengar itu, Rayen mengambil uang dari saku kemejanya dan Rayen berikan pada Naufal. Mata Naufal berbinar dan langsung saja Naufal berterimakasih lalu pergi dari sana.

Pakaian Rayen kembali ke semula, kaus berwarna putih dan kemeja yang dikenakan tidak dikancing. Dan rambutnya Rayen biarkan acak-acakan. Persis orang yang banyak pikiran.

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang