PDP 05 || KEPUTUSAN SEPIHAK

162 32 10
                                    

Hiu Hiu Hiu

Malam pren

Udah baca chapter sebelumnya?

Bismillah yuk mulai

Happy reading💗

***

Pada sore hari ini Rayen sedang berjalan-jalan mengelilingi pesantren. Agar Rayen tahu titik-titik penting yang akan melancarkan aksinya. Selama beberapa hari ini juga Rayen dan dua sahabatnya sering membicarakan strategi untuk kabur. Dan selama itu juga Rayen selalu bertemu dengan Aza tanpa disengaja. Contohnya seperti saat ini, Rayen melihat Aza dengan seorang bapak-bapak pemulung.

Rayen yang melihat Aza itu pun mendekati Aza, lalu mengucap salam.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Ngapain?" tanya Rayen.

Aza langsung menundukkan pandangannya, memperlihatkan sanyuman dan menggeleng. "Ah! Nggak, cuma aku kasih uang untuk bapak ini sama makanan buat dimakan."

Daerah pesatren memanglah berada di pelosok, tapi sehari-dua hari ada pemulung yang lewat. Hal ini mengundang Aza untuk berbagi kesesama. Aza percaya dengan ucapan abi-nya bahwa rezeki yang kita punya sebagian lagi adalah hak orang lain.

Rayen mengalihkan perhatiannya ke bapak pelung itu, bapak itu membawa sekotak makanan dan satu tangan lagi menggenggam uang berwarna merah beberapa lembar. Rayen yakin itu pasti dari Aza.

"Nggak kebanyakan?" tanya Rayen.

Aza lagi-lagi memperlihatkan senyumannya lalu menggeleng, "Enggak, itu emang rezekinya bapak."

Aza berpamitan kepada bapak pemulung itu lalu menyapa Rayen untuk pamit. Tapi saat berpamitan dengan Rayen, Rayen sengaja mengikuti Aza, Rayen akan ikut dengan Aza dan menjaganya.

Hal ini sontak membuat Aza tidak nyaman. "Rayen tolong kamu jaga-jarak sedikit. Aku nggak nyaman, takut dikira yang enggak-enggak sama orang lain," katanya.

Rayen mengangkat alisnya, "Kan nggak ada orang lain."

"Justru karena nggak ada orang, aku takut jadi fitnah."

Sebenernya Rayen tidak tahu apa maksud Aza karena selama ini Rayen tidak begitu mendalami ilmu agama. Akhirnya Rayen mengangguk mengikuti apa kemauan Aza.

Rayen memundur lima langkah hal ini tidak lepas dari pandangan Aza.

"Nggak papa, kan kalau gue tetep ikut lo kayak gini?" tanya Rayen masih kukuh mengikuti Aza untuk menjaganya.

Aza tidak menjawab, dia membalikkan badannya lalu melangkah pergi. Bukanya Aza tidak memperbolehkan Rayen ikut, melainkan itu adalah hak Rayen. Aza tidak bisa melarang Rayen untuk mengikutinya. Lagi pula Rayen sudah tidak terlalu dekat dengannya dan tidak akan adanya fitnah diantara mereka.

"Izinin gue buat jaga lo," kata Rayen.

Aza yang sedang berjalan itu tersenyum. Ini semua karena sikap Rayen yang manis. Memang sederhana, tapi mampu membuat hati Aza menghangat dan bahkan pipinya juga ikut hangat karena efek kemerah-merahan. Siapa yang tidak menyukai laki-laki seperti Rayen saat ini? Yang membela-belakan mengikuti Aza untuk menjaganya?

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang