Hiu🐋
Selamat siang
Eh iya, kita belum kenalan. Coba isi nama kalian disini✈
Dan kalian dari daerah mana? Masih ada di belahan bumi kan? Nggak dari belahan pluto, kan?
Bismillah
Happy reading❤
•••*•••
Ning Aza berjalan di atas bebatuan. Ning Aza mencari-cari batu yang tepat sebagai pijakan, takut-takut akan jatuh dan terbawa arus sungai.
Tadi Ning Aza sempat mendapatkan surat yang diberikan Rayen. Isi surat itu pun meminta Ning Aza untuk datang ke sungai, katanya ingin mengungkapkan sesuatu yang penting.
Awalnya Ning Aza sama sekali tidak berniat untuk datang, mana mungkin Ning Aza datang sendiri? Ning Aza terpaksa sampai disini pun karena mengingat hal penting. Dan Ning Aza sadar cara ini salah.
"Assalamualaikum," salam Ning Aza setelah sampai.
Rayen yang awalnya menatap air sungai kini mengalihkan pandangannya. "Waalaikumsalam." Rayen menundukkan pandangannya, setelah Rayen hijrah Rayen banyak mengetahui berbagai sikap yang harus diterapkan dalam kehidupan. Contohnya seperti sekarang ini.
Hening.
Haya hening yang ada diantara mereka dan hal ini berubah menjadi canggung. Mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya sendiri, seperti Ning Aza yang diam menunggu Rayen mengucapkan maksudnya dan sesekali Ning Aza menebak apa yang akan diucapkan Rayen untuk pertama kalinya. Sedangkan Rayen sibuk dengan pikirannya, bagaimana cara menyampaikan maksudnya. Padahal tadi Rayen telah menghafal kalimat yang akan diucapkan, tapi hafalan itu hilang seketika karena berganti dengan ke-grogian.
"Ning," panggil Rayen.
Ning Aza yang tadinya sibuk dengan pemikirannya pun menyakhut.
"Saya bukanlah orang puitis, terlebih mengungkapkan sesuatu untukmu."
Jujur Ning Aza sekarang dilanda dengan keguguban karena mendengar tata bahasa yang Rayen gunakan. Biasanya Rayen yang menggunakan kata 'gue-lo' dan sekarang berganti menjadi 'saya-kamu'. Ning Aza menggigit bawah bibirnya menahan gejolaknya untuk tetap sadar. Kata-kata Rayen memang sekuat ini bagi Ning Aza, padahal baru beberapa kata yang keluar dari mulut Rayen.
"Sejak awal kita bertemu, saya merasakan hal beda pada diri saya. Awalnya saya menyangkal bahwa ini hanyalah perasaan yang sesaat, tapi semakin hari bila mengingat nama Ning.. saya tidak bisa menyembunyikan ini. Dan saya cari tahu saya kenapa. Saya bertanya pada hati saya dan saya telah mendapatkan jawabanya."
"Saya tidak seperti orang pada umumnya, tapi kamu harus tau bahwa saya selalu kebingungan mengekspresikan diri saya sendiri. Salah satunya saat berdekatan denganmu."
Rayen menatap Ning Aza lekat-lekat sebelum melanjutkan ucapannya lagi. Dari awal Rayen berbicara, Ning Aza masih sama—menundukkan pandangannya. "Balik lagi ke awal ucapan saya. Saya bukanlah orang puitis dan saya tidak bisa berkata manis, tapi izinkan saya untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan. Saya.. m-menyukaimu Ning."
Bagai dilanda banjir, Ning Aza kini dibuat bingung dengan situasi. Satu sisi Ning Aza benar-benar tersentuh dengan ucapan Rayen, disatu sisi Ning Aza merasa bersalah telah membuat Rayen menyukainya.
"Bolehkah saya memilikimu, Ning?" tanya Rayen formal tanpa mengfilter ucapannya terlebih dahulu. Kata-kata Rayen barusan seperti ribuan kupu-kupu didalam perut Ning Aza. Ning Aza sangat senang mendengar kata-kata Rayen, Ning Aza bisa merasakan pipinya yang mulai kepanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psikopat Di Pesantren
Mystery / ThrillerFOLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA PREN!! •On Going Ini adalah kisah dimana anak pemilik pesatren yang mempunyai hubungan dengan seorang psikopat. Ning bernama Az-zahra, karap disapa Aza ini menikah dengan Rayen Reynald, laki-laki yang mau dengan...